Di rumah Kelven.Wendo membawakan obat untuk ibunya dan sekaligus mencari tahu beberapa informasi untuk disampaikan kepada Nona Herli di luar negeri.Melihat sudah malam, Pak Kelven dan Nona Delis tidak pulang, Wendo bertanya-tanya pada ibunya, “Ibu, mereka berdua di mana? Mereka nggak pulang?”Bibi Siti sedang menyusun tempat tidur untuk istirahat. Sambil menyusunnya, sambil menjawab, “Nona Delis pingsan, Pak Kelven membawanya ke rumah sakit.”“Apa? Nona Delis sakit? Mengapa bisa pingsan?”Setelah tinggal di rumah tua Keluarga Rosli beberapa waktu, Wendo sudah mengenal anggota Keluarga Rosli.Keluarga Rosli hanya memiliki seorang anak laki-laki dan Pak Harris sangat ingin memiliki cicit. Dia pernah mendengar rekannya mengatakan bahwa mereka mendengar percakapan antara Pak Harris dengan Nona Delis. Asalkan Delis melahirkan seorang anak, Pak Harris akan memberinya dua triliun sebagai hadiah.Saat ini, Wendo terkejut, dua triliun loh. Itu adalah uang yang tidak akan pernah dia dapatka
Keesokan harinya.Orang di sampingnya belum bangun, tetapi Kelven sudah bangun dan turun ke bawah.Saat sarapan, dia memerintahkan Bibi Siti, “Delis hamil, ke depannya siapkan makanan yang bergizi untuk bayi dalam kandungannya.”Bibi Siti terkejut dan menjawab, “Baik, Pak Kelven.”Setelah sarapan, Kelven kembali ke atas.Wendo yang bersembunyi di dapur mendengar perkataan Kelven.Delis benar-benar hamil?Setelah mengirimkan pesan kepada Herli, Wendo segera kembali ke rumah tua Keluarga Rosli untuk bekerja.Mendapat pesan dari Wendo, Herli sangat marah.Dia tidak percaya bahwa Delis bisa hamil lagi.Bagaimana mungkin dia bisa hamil dengan begitu mudah. Kelven tidak menjadi menjadi ayah.Apakah dia mengira dengan mengusirnya ke luar negeri, mereka berdua akan hidup bahagia?Mimpi.Herli tidak akan membiarkan mereka hidup dengan bahagia.…Saat Delis terbangun, sudah pukul sembilan pagi.Dia membuka matanya dan melihat pria itu duduk di sofa dekat jendela. Dia mengenakan pakaian rumah den
Pandangan Delis jatuh pada Angel.Melihat Kak Angel, tiba-tiba matanya berkaca-kaca, suaranya terdengar serak, “Aku takut.”Angel langsung mengangkat tangannya dan memeluknya, lalu bertanya, “Apa yang kamu takutkan?”“Aku nggak tahu, aku sangat takut. Tubuhku terasa sangat ringan, seolah-olah bisa terbang kapan saja. Aku juga merasa bayiku sedang melayang bersamaku, aku nggak bisa menahannya.”Usai bicara, Delis memejamkan matanya, air mata mengalir di pipinya.Angel memeluknya dengan erat dan menghiburnya, “Delis, jangan takut, kami ada di sini, ada Kelven juga. Kami akan melindungi kamu dan bayimumu dengan baik, nggak akan ada sesuatu yang terjadi padamu dan bayimu.”“Tapi setiap kali aku tidur, aku mimpi buruk. Aku mimpi Kelven nggak menginginkanku lagi dan bayiku juga nggak menginginkanku lagi.”Delis tidak bisa menahan emosinya sendiri, air matanya terus mengalir.Anak kecil di sebelahnya bahkan juga ikut menangis melihatnya.Joel mengangkat tangan kecilnya untuk mengusap air mat
“Iya.”Angel mengerti dan memberitahu Kelven, “Kalau begitu, biarkan dia kembali ke kampus.”Kelven khawatir.Dia takut Delis akan tidak aman berada di luar jangkauannya.Namun, jika Delismerasa lebih baik saat kembali ke kampus, Kelven juga hanya bisa mengizinkannya.“Ayo Delis, berdiri dan siap-siaplah, aku akan mengantarmu kembali ke kampus.”Kelven menopangnya.Delis masih tetap diam, tetapi Kelven memperlakukannya dengan penuh perhatian seperti seorang anak kecil.Meskipun Delis duduk di kurdi penumpang samping, dia tetap diam dan hanya menatap keluar jendela sepanjang perjalanan.Namun, Kelven terus memperhatikannya sesekali.Delis yang begitu diam membuat Kelven sangat tidak nyaman.Kelven membuka pembicaraan, “Delis, jangan terlalu diam. Kalau ada yang mau kamu katakan, katakan saja. Aku lebih suka kamu marah padaku daripada kamu nggak berbicara apa-apa.”Delis yang begitu tenang membuat Kelven merasa sangat cemas.Delis merasa kepalanya kosong.Dia tidak bisa memikirkan apapun
Setelah mendengar pekerjaan baru dengan gaji yang naik dua kali lipat, Wendo dengan cepat mengangguk setuju dan menjawab, “Baik, saya akan mengikuti semua perintah Pak Kelven.”“Kamu pergi ke Universitas A untuk menjadi pendamping Delis. Jaga dirinya dan pola makannnya. Kalau ada masalah, segera laporkan padaku. Kamu bisa melakukannya?”Menjadi pedamping di Universitas A?Untuk orang yang tidak lulus ujian masuk universitas seperti dirinya, ini adalah kesempatan yang sangat bagus.Wendo sangat bersyukur dan dengan cepat mengangguk, “Bisa, aku bisa. Tenang saja Pak Kelven, aku pasti akan menjaga Nona Delis dengan baik. Aku akan segera melaporkannya pada Pak Kelven kalau ada masalah.”“Baik. Selain itu, dia sedang hamil, jadi pastikan untuk menjaga pola makannya, kalau ada yang kamu nggak mengerti, bisa tanya pada ibumu.”“Baik.”Tidak basa-basi, Kelven langsung berkata, “Langsung pergi saja ke Universitas A, utusan asrama dan pendaftaran akan aku atur.”Kelven berpikir dia adalah putr
Owen langsung berkata, “Kakakmu bilang kamu hamil?”“ … iya!”“Selamat ya, Delis. Kamu sudah mau menjadi ibu.”Jelas suara Owen terdengar kecewa.Delis sama sekali tidak merasa senang. Dengan nada lesu, dia berkata, “Kamu nggak ada di sini, aku bahkan nggak ada teman untuk keluar jalan santai.”Owen bertanya, “Di mana Kelven? Kenapa nggak minta dia menemanimu?”“Aku nggak mau bicara dengannya. Aku nggak bahagia saat bersamanya.”“Apa yang terjadi? Kalian bertengkar lagi?”“Nggak ada. Owen, aku merasa tertekan, aku takut.”Delis kembali duduk dan turun dari tempat tidur, duduk di karpet samping kasur.Dengan ponselnya di genggamannya, dia menundukkan kepalanya dan hampir menangis.“Apa yang kamu takutkan, Delis?”Mendengar suaranya yang tidak baik-baik saja, Owen mulai khawatir.“Aku takut nggak bisa merawat bayiku sengan baik. Aku takut harus berpisah dengan bayiku setelah lahir. Aku takut dengan Kelven. Aku selalu mimpi buruk, aku merasa sangat lelah, aku nggak bisa merasa senang.”De
Selama beberapa hari berturut-turut, Delis tidak mau pulang ke rumah.Dia hanya tinggal di asrama, bahkan tidak pulang saat akhir pekan.Hal ini membuat Kelven sangat gelisah.Pada hari jumat, Kelven bahkan pergi sendiri ke pintu gerbang kampus dan menelepon Delis.Namun, Delis sangat keras kepala, bahkan tidak mengangkat teleponnya.Akhirnya, Kelven terpaksa menelepon Wendo.Delis sedang duduk di perpustakaan untuk belajar.Saat menerima panggilan dari Kelven, Wendo dengan hati-hati menyodorkan ponselnya ke hadapannya. “Nona Delis, telepon dari Pak Kelven.”Delis tidak meladeninya.Wendo hanya bisa mendekatkan ponselnya di telinga Delis.Di dalam telepon, terdengar “Delis, kamu bisa tinggal di asrama. Tapi kamu harus pulang saat akhir pekan. Aku di gerbang kampus sekarang, keluarkan dan kita pulang sekarang.”“Nggak mau.”Tolak Delis.Delis merasa tak bahagia saat bersamanya.Menghabiskan waktu di kampus, membaca dan berbicara bersama teman-teman, membuatnya merasa lebih baik daripad
“Delis … ”Kelven berdiri dan mendekatinya.Delis mengabaikannya dan duduk di meja belajar, mengulang materi dengan buku pelajarannya.Kelven mengikutinya dan membungkuk, mendekatinya dengan lembut. “Sudah beberapa hari nggak bertemu, kamu nggak merindukanku?”Suaranya lembut dan sedikit memikat.Delis berbalik, tidak membiarkan Kelven menyentuhnya. “Kamu pergi saja, teman-temanku akan datang ke sini nanti.”Sikapnya tetap dingin.Kelven menghela napas, “Masih marah?”Delis tidak menjawab, hanya terbengong melihat bukunya.Kelven membungkuk lagi dan mencoba memeluknya dari belakang, menempelkan dagunya di pundaknya. “Delis sayang~ Ayo pulang bersamaku, aku siapkan makanan untukmu di rumah.”Delis tetap tidak acuh, tetapi tidak menolak sentuhannya.Kelven merayunya lagi, menggigit telinga kecilnya, terdengar suara menawan dan memikatnya, “Kamu mau aku menggendongmu pulang? Aku nggak keberatan kalau dilihat semua orang.”Delis merasa tidak nyaman dengan rayuanya.Delis mendorong tanganny
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b