Kelven terdiam sejenak, lalu menoleh menatap Owen.Owen terus melanjutkan, “Kondisinya nggak terlalu buruk. Aku rasa selagi nggak membuatnya tertekan, dia akan pulih dengan cepat.”Sebelumnya, dokter memberitahunya bahwa jika pasien masih mengingat sesuatu dan lupa dengan beberapa hal, itu disebut amnesia selektif.Artinya, dia hanya memilih untuk mengingat hal-hal yang dianggapnya indah.Sedangkan hal-hal atau orang-orang yang membuatnya sedih atau terluka, dia memlih untuk tidak mengingatnya.Kelven tidak mendengarkannya, dia tetap membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan.Owen ingin menghalanginya.Namun, teringat mereka adalah suami istri, dia juga tidak berhak menghalanginya.Kelven sekali lagi berdiri di samping tempat tidur Delis, diam-diam melihatnya.Delis sedang duduk di tempat tidur dan menatap keluar jendela. Saat menyadari bahwa ada seseorang yang masuk, dia berbalik untuk melihatnya.Orang di depannya terlihat sangat tampan, tetapi Delis tidak mengenalnya.Kelven tidak s
Setelah memastikan Kelven pergi, Owen baru membawa Delis keluar dari rumah sakit.Malam itu juga, dia membawa Delis pergi ke suatu tempat yang tidak dapat ditemukan oleh Kelven.Meskipun tahu tindakan ini tidak tepat, Owen merasa bahwa Delis akan berada dalam bahaya jika tinggal di sana.Meskipun belum tahu apakah bahaya itu datang dari Kelvin, dirinya harus menunggu sampai Delis pulih sepenuhnya dan mengetahui mengapa Delis mencoba bunuh diri, Owen tidak ingin membiarkan Delis bertemu dengan Kelven.Di sudut pandang Kelven.Kelven hanya pulang untuk mandi dan mengganti pakaiannya.Saat kembali ke rumah sakit, kamarnya sudah kosong.Melihat perawat sedang merapikan tempat tidur, Kelven mendekat dan langsung bertanya, “Di mana pasien yang tinggal di sini?”Perawat terkejut dan langsung menjawab, “Su … sudah pergi sejak siang tadi.”“Apa yang kamu katakan? Bukankah dia belum sembuh? Kenapa sudah pergi?”“Aku nggak tahu, mereka bersikeras untuk pergi.”Kelven marah dan langsung mengeluark
Delis mengangguk dan perlahan kesadarannya mulai pulih, kembali menjadi orang yang normal.Dia bertanya pada Owen, “Kalau kamu bukan Kelven, jadi apa hubunganmu denganku?Owen tertegun sejenak, memikirkan jawabannya, lalu berkata, “Aku … aku teman baikmu.”“Lalu kenapa kamu nggak antar aku pulang saja dan malah membawaku ke rumah sakit lain?”“Pulang ke rumah nggak aman untukmu.”“Kenapa nggak aman? Aku ingat sepertinya aku punya sebuah rumah, ada orang yang sangat mencintaimu di sana. Dia selalu membelikanku banyak hal yang aku suka. Aku merasa sangat nyaman kalau ada dia.”Owen tahu siapa orang yang dia ceritakan.Owen bertanya balik, “Jadi kamu nggak nyaman di sampingku?”Delis tersenyum dan menggeleng. “Nyaman.”“Kamu bahkan nggak menganggapku seperti keluargamu yang sangat mencintaimu.”Delis tidak menjawab.Bolehkan begitu?Jika boleh, Delis akan melakukannya.“Owen, aku sedikit mengantuk, bolehkan aku tidur sebentar?”Delis bertanya sambil menguap, dia sudah tidak mau makan lag
Meskipun tangannya sangat sakit, Kelven juga tidak menujukkan reaksi apapun.Kelven tetap memegang erat orang dalam pelukanya dan bersikeras untuk pergi.Owen ingin menahannya, tetapi dihalangi oleh Mudi.Delis melihat orang yang menggendongnya masih tidak melepaskannya, Delis menggigitnya lebih kuat lagi.Namun, sepertinya tidak membantu sama sekali.Tiba-tiba, Delis berteriak dengan kehilangan kendali. “Aaaaa!!!” Sambil berteriak, dia menggenggam erat tinjunya dan memukul wajah Kelven dengan keras.Dan karena teriakannya, menarik perhatian orang sekitar.Owen juga sudah tidak tega melihatnya lagi, dia meneriaki Kelven, “Kamu mau memaksanya hingga mati? Nggak cukup buat dia mati sekali?”“Aaaa!!! Owen, tolong aku Owen!!!”Delis masih berusaha untuk berteriak.Kelven tidak tahan dan hanya bisa melepaskannya.Setelah dilepaskan, Delis langsung melarikan diri ke arah Owen.Dengan tubuhnya yang gemetar, Delis meraih Owen sambil bergumam, “Jangan, jangan serahkan aku padanya, aku nggak su
“Jangan mendekat, jangan sentuh aku. Sakit, aku sangat sakit.”“Kepalaku sangat sakit~”Delis merobek perban putih yang mengelilingi kepalanya.Melihat ini, Kelven langsung mendekat dan mencoba menghentikanya, “Delis, ini aku, jangan begini.”“Jangan sentuh aku, pergi kamu. Aku nggak mau melihatmu. Aku sangat sakit kalau kamu mendekat denganku. Cepat pergi dari sini.”Sambil menjauhkan Kelven, Delis sambil berteriak ketakutan.Dia sepenuhnya kehilangan akal sehat, seperti orang gila.Dia terus merobek luka di kepalanya.Kelven tidak tega melihatnya, dia bersikeras untuk menghentikannya.“Delis, jangan begini, lukamu akan terbuka. Aku Kelven, aku nggak akan menyakitimu.”Kelven memeluknya dengan erat, tetapi malah membuat Delis semakin kehilangan kendali. Dia menggigit leher Kelven dengan keras.Kelven tidak berani bergerak, membiarkannya menggigit.Setidaknya itu membuat Delis tidak melukainya sendiri.Delis menggigitnya dengan kuat, darah segar mengalir dari giginya, terlihat sangat m
Bagaimana Kelven bisa menerima kenyataan bahwa Delis hanya bisa bertahan hidup sampai malam ini?Kelven menyesal.Mungkin dia seharusnya mendengarkan Owen, tidak membuat Delis tertekan.Jadi, Kelven menyuruh Mudi untuk membawa Owen kembali.Meskipun hatinya tidak nyaman, dia hanya bisa meminta Owen untuk menjaga Delis dengan baik.Saat Owen kembali, dia melihat Kelven duduk di bangku panjang depan ruangan. Leher Kelven terluka karena digigit, darah segar menodai kemeja putihnya.Owen tak tega melihatnya.Owen berkata padanya, “Kamu pergi perban luka lehermu dulu. Aku nggak akan membawanya pergi kali ini.”Kelven menatap Owen, mata merahnya berkaca-kaca.Dengan suara serak, Kelven berusaha mengeluarkan satu kata, “Maaf.”Kelven meminta maaf atas kejadian tadi.Owen juga tak menyalahkannya. “Kalau kamu benar-benar memikirkan untuk kebaikannya, aku nggak akan menyalahkanmu. Bagaimanapun, dia juga istrimu.”“Aku sangat panik. Aku nggak tahu bahwa tindakanku ini bisa mendatangkan bahaya unt
Kali ini, Delis tertidur selama dua hari penuh.Selama dua hari ini, Owen dan Kelven terus menjaganya dan duduk di sampingnya Hingga Delis pulih kembali dan sadarkan diri, baru Kelven berdiri dan menghindar.Owen mendekat lagi dan berkata, “Delis, kamu sudah tidur sangat lama, buka mata dan lihat aku.”Mendengar ada suara, Delis perlahan membuka matanya.Banyak selang yang ada ditubuhnya sudah dicabut dan wajahnya juga sudah terlihat berwarna.Dengan lemah, dia menatap orang di samping tempat tidurnya, suaranya terdengar lemah, “Owen, aku mimpi.”Owen langsung bertanya, “Apa mimpinya?”“Aku mimpi kamu menolongku dari kolam ikan. Aku juga mimpi Kak Angel membelikan aku gaun cantik.”Owen sangat senang. “Jadi, kamu sudah ingat sekarang?”Delis mengernyit, tidak mengerti apa yang Owen katakan.Melihatnya mengerutkan kening, Owen langsung menenangkannya, “Kalau nggak ingat, nggak perlu dipaksa. Bagaimana perasaanmu sekarang? Lapar nggak? Mau makan sesuatu?”Delis mengangguk dan menjawab,
Delis merasa pikirannya sudah menjadi jauh lebih jernih.Namun, Delis selalu merasa ada sesuatu yang kosong di dalam hatinya, seolah-olah kehilangan sesuatu yang penting.Melihat Bibi Siti masuk membawakan makanan, Delis tersenyum dan memanggilnya, “Bibi Siti.”“Ya~”Jawab Bibi Siti dengan ramah. Lalu dia langsung mengeluarkan makanan dari kantong sambil bertanya, “Nona Delis, kenapa kepalamu bisa terluka seperti ini? Itu sangat parah. Sakit nggak?”Delis mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi kasihan. “Aku juga ngak tahu kenapa bisa terluka, ini sangat sakit.”“Aduh, kasihan sekali. Ayo makan dulu.”Owen mengambil mangkuknya dan berkata, “Biar aku menyuapnya saja.”Bibi Siti menatap Owen, tetapi tak menolak.Owen ingat dengan nasihat dokter bahwa hanya boleh memakan makanan cair, jadi dia menghancurkan siomai dengan sendok, lalu menambahkan sedikit kuah dan menyuapnya untuk Delis.Delis dengan senang hati membuka mulutnya dan menelan makanannya.Sambil makan, Delis sambil tersenyum m
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b