"Hmm, sebelumnya kami sudah pernah menjalani pemeriksaan kesehatan. Dengan kondisi tubuhnya, dia sangat sulit untuk hamil. Jadi, aku berencana untuk membiarkan Stella melahirkan anak itu, lalu meminta Rhea untuk membesarkan anak itu seperti anak sendiri.""Mengapa kamu baru mengatakan hal sepenting ini sekarang?!"Ekspresi marah menghiasi wajah Nyonya Besar Thamnin. Kala itu, kalau dia tahu Rhea tidak bisa melahirkan anak, biarpun Jerico berlutut selama satu bulan, dia juga tidak akan menyetujui mereka untuk menikah.Jerico menundukkan kepalanya, lalu berkata dengan kurang percaya diri, "Saat itu aku mengira dengan merawat tubuh, dia pasti bisa hamil ...."Nyonya Besar Thamnin memaksakan dirinya untuk tenang, lalu berkata dengan dingin, "Cepat suruh Rhea datang kemari! Kamu harus bercerai dengannya!"Karena sebelumnya Rhea bersikap tidak hormat padanya, Nyonya Besar Thamnin sudah sangat tidak puas pada Rhea. Sekarang, setelah mengetahui Rhea tidak bisa melahirkan anak, dia tidak mungki
Arieson menyipitkan matanya dengan berbahaya. Tampaknya Jerico benar-benar tidak ingin kembali ke Grup Thamnin lagi."Sekarang aku sedang rapat, nanti malam aku akan menjelaskan hal ini pada Ayah."Sekarang Rhea dan Jerico masih belum bercerai, dia tidak ingin orang-orang Keluarga Thamnin tahu dia menyukai Rhea.Bagaimanapun juga, walaupun dia terlebih dulu jatuh hati pada Rhea, orang-orang Keluarga Thamnin tetap akan mengira Rhea yang menggodanya.Tuan Besar Thamnin tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi, melainkan langsung memutus panggilan telepon tersebut.Arieson memanggil Tio untuk menghadapnya, lalu berkata dengan suara rendah, "Selidiki di mana Jerico berada. Selesai rapat, bawa dia temui aku."Rapat ini berlangsung selama lebih dari dua jam baru berakhir. Saat Arieson mengatakan rapat dibubarkan, manajer dari berbagai departemen tampak jelas menghela napas lega.Sekembalinya ke ruangannya, melihat Jerico duduk di sofa, sorot mata Arieson berubah menjadi dingin, aura mengintim
"Kamu bilang saja seseorang bernama Fabian yang mengirimkannya padamu."Kalau bukan karena Fabian tiba-tiba tidak bisa dihubungi, Arieson juga tidak akan mencari Weni."Oke, aku sudah mengerti."Selesai membicarakan hal ini, Weni juga tidak berencana untuk tetap tinggal dan makan malam bersama Arieson. Bagaimanapun juga, dia tidak akrab dengan Arieson."Kalau nggak ada urusan lain lagi, aku pergi dulu."Arieson menatapnya dan berkata dengan ekspresi serius, "Nona Weni, aku harap kamu merahasiakan hal ini. Aku nggak ingin siapa pun tahu aku yang memberikan dokumen ini padamu.""Tenang saja, aku pasti akan menjaga rahasia ini dengan baik."Setelah meninggalkan restoran, Weni langsung pergi ke rumah Rhea untuk menemui sahabatnya itu usai berpikir sejenak.Begitu melihat Weni, Rhea sangat terkejut. "Weni, kenapa kamu datang kemari?"Weni berkata sambil tersenyum, "Aku datang karena merindukanmu, biarkan aku masuk dulu."Rhea berdiri menyamping, membiarkan Weni masuk. Setelah mereka berdua
Dilanda perasaan panik, Rhea langsung menerjang ke arah Jerico."Kembalikan ponselku!"Diterjang oleh Rhea dengan ganas seperti itu, Jerico terhuyung mundur beberapa langkah sebelum mendapatkan keseimbangannya kembali.Dia langsung menarik tangan Rhea dan berkata dengan dingin, "Hari ini aku datang kemari karena ada yang ingin kudiskusikan denganmu."Rhea langsung menepis tangan pria itu dan berkata, "Nggak ada yang perlu kubicarakan denganmu."Saat dia mendongak dan menatap pria itu, sorot matanya dipenuhi dengan keras kepala dan sedingin es.Belakangan ini Rhea selalu memperlakukannya dengan dingin, Jerico sudah hampir lupa sisi lembut wanita itu."Rhea, aku sudah bilang pada Kakek dan Nenek. Aku nggak akan kembali ke Grup Thamnin, aku berencana untuk membangun karier sendiri."Tidak ada gejolak emosi apa pun yang terlihat di wajah Rhea. "Apa pun yang kamu lakukan, nggak ada hubungannya denganku."Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi gelap. "Rhea, aku adalah suamimu, kita sudah
"Setelah kamu selesai mempertimbangkannya, telepon aku."Rhea mengambil ponselnya, mengalihkan pandangannya ke bawah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Setelah Jerico pergi, Rhea segera mengunci pintu, lalu menggunakan kursi untuk menghalangi pintu. Usai melakukan semua ini, akhirnya dia merasa agak aman.Rhea berpikir sejenak sebelum menghubungi Arieson.Di ruang tamu Kediaman Keluarga Thamnin, Tuan Besar Thamnin dan Nyonya Besar Thamnin tampak sedang duduk di sofa dengan memasang ekspresi masam. Sementara itu, Arieson berdiri di samping."Jerico bilang kamu menyukai wanita yang sudah menikah, benarkah begitu?"Tuan Besar Thamnin menatap Arieson dengan lekat, sorot matanya sangat serius, tampak seperti sedang menyelidik.Di antara beberapa orang putranya, Arieson yang paling unggul. Dia tidak akan membiarkan putranya yang satu ini terlibat dengan wanita yang sudah menikah.Ekspresi Nyonya Besar Thamnin juga terlihat sangat masam. Sebelumnya, dia sudah memperkenalkan banyak nona yang
Sekitar satu jam kemudian, Arieson baru tiba di rumah Rhea."Apa yang terjadi?"Rhea menatap lawan bicaranya dengan mata sedikit memerah. "Paman, bisakah kamu membantuku mencari sebuah tempat tinggal. Kalau aku mencari tempat tinggal atas namaku sendiri, mungkin Jerico akan terus menggangguku."Melihat sorot mata lemah yang melintasi mata Rhea, sorot mata Arieson langsung berubah menjadi gelap."Tadi Jerico datang mencarimu?"Rhea mengangguk dan berkata, "Hmm, aku nggak tahu dia menemukan kunci dari mana, dia langsung membuka pintu dan masuk.""Oke, mengenai sewa tempat tinggal, akan kuurus. Mengenai perceraianmu dengannya, apa kamu membutuhkan bantuanku?"Rhea mengedipkan matanya, lalu mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Mengenai perceraian, seharusnya nggak lama lagi.""Hmm."Merasakan sorot mata Arieson tertuju pada kepalanya, Rhea menautkan jari-jarinya dengan canggung. Kemudian, dia mengumpulkan keberaniannya, lalu mendongak menatap Arieson. "Paman, aku juga nggak ada
"Siapa yang mengirimkan padamu foto-foto yang kamu kirimkan padaku tadi?!"Jerico berkata dengan dingin, "Rhea yang mengirimkannya padaku. Ayah, kamu adalah dalang di balik kejadian enam tahun yang lalu itu?"Terdengar suara penuh amarah Sizur dari ujung telepon. "Bagaimana mungkin? Mungkinkah kamu lebih bersedia memercayai seorang wanita daripada aku?""Sekarang aku percaya padamu atau nggak, nggak penting lagi. Hal yang terpenting sekarang adalah, Rhea menggunakan ini untuk memaksaku bercerai dengannya. Dia bilang kalau aku nggak setuju, dia akan mengirimkan dokumen ini ke kantor polisi.""Apa?!"Sambil menggertakkan giginya, Sizur berkata, "Jangan sampai dia mengirimkan semua ini ke kantor polisi!"Jerico tertawa getir. Sebelumnya dia masih menaruh sedikit harapan. Dia merasa semua ini dipalsukan oleh Rhea hanya untuk bercerai dengannya.Namun, reaksi Sizur sekarang membuatnya menyadari semua dokumen ini adalah asli."Ayah, mengapa kamu melakukan hal seperti ini? Bagaimana aku bisa
Saat Arieson tiba di rumah sakit, Rhea tengah duduk di bangku di depan pintu UGD sambil menundukkan kepalanya. Pakaiannya berlumuran darah, memancarkan aura seperti orang yang sudah tak bernyawa.Melihat pemandangan itu, Arieson mengerutkan keningnya, lalu bergegas berjalan menghampiri Rhea dan berjongkok di hadapannya.Melihat ekspresi Rhea pucat pasi, sorot matanya berubah menjadi gelap."Apa kamu terluka?"Mendengar suaranya, seperti baru tersadar kembali, sepasang mata Rhea yang memerah itu kembali fokus perlahan-lahan.Melihat orang yang berbicara dengannya adalah Arieson, Rhea tiba-tiba mengulurkan lengannya untuk memeluk pria itu, lalu berkata dengan suara bergetar, "Paman, Jerico mengalami kecelakaan demi menyelamatkanku ... mengeluarkan banyak darah ...."Menyadari emosi Rhea sedang tidak stabil, Arieson mengulurkan lengannya, menepuk-nepuk punggung wanita itu dengan lembut dan berkata dengan lembut, "Nggak apa-apa, jangan takut, dia akan baik-baik saja.""Apa yang sedang kali
Ekspresi Arieson langsung membeku. "Kapan kamu mengetahuinya?"Rhea berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Saat kamu pergi ke restoran pasangan dengannya."Keduanya terdiam. Saking heningnya, mereka bisa mendengar napas satu sama lain.Belasan detik kemudian, melihat pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan bicara, Rhea langsung berbalik, membuka pintu mobilnya, berencana untuk masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja.Tiba-tiba, Arieson menggenggam pergelangan tangannya."Rhea, salahku karena nggak memberitahumu hal ini. Maaf."Rhea menoleh menatapnya. Di bawah kegelapan malam, dia tidak bisa melihat ekspresi pria itu dengan jelas.Dia langsung menarik tangannya dan berkata, "Kalau kamu ingin balikan dengannya, aku bisa pindah malam ini juga."Arieson mengerutkan keningnya. "Aku nggak berencana untuk balikan dengannya. Aku nggak memberitahumu hal ini karena takut kamu salah paham. Aku tahu jelas orang yang kusukai sekarang adalah kamu."Rhea merasa ucapan Arieson agak konyol, di
Saat ini, Arieson sedang berjalan menghampirinya dengan perlahan sambil tersenyum.Namun, indranya yang tajam bisa merasakan saat ini suasana hati Arieson sangat buruk.Gerald menoleh, mengikuti arah pandang Rhea. Saat tatapannya bertemu dengan tatapan Arieson, secara naluriah dia menyipitkan matanya.Sepertinya pria ini memancarkan aura permusuhan yang sangat besar terhadap dirinya.Arieson langsung duduk di samping Rhea, lalu berkata sambil tersenyum, "Rhea, kamu makan bersama kakakmu, mengapa kamu nggak memberitahuku? Aku bisa datang bersamamu."Gerald juga mengalihkan pandangannya ke arah Rhea, lalu berkata dengan sorot mata kebingungan, "Ini adalah?"Ditatap oleh dua orang pria pada saat bersamaan, Rhea mengerutkan keningnya. Saat dia hendak memperkenalkan mereka pada satu sama lain, Arieson sudah mengalihkan pandangannya ke arah Gerald sambil tersenyum."Halo, Tuan Gerald, aku adalah Arieson, pacar Rhea, juga presdir Perusahaan Teknologi Hongdam."Sorot mata Gerald berkedip, dia
"Lama nggak bertemu."Gerald berjalan menghampiri Rhea, menundukkan kepalanya untuk menatap wanita itu. Dengan seulas senyum menghiasi wajahnya, dia berkata, "Hmm, lama nggak bertemu."Kalau dihitung-hitung, mereka berdua sudah tidak bertemu sekitar lima atau enam tahun, juga sangat jarang menghubungi satu sama lain, jadi Rhea merasa agak canggung."Ayo masuk dulu."Setelah duduk di dalam restoran dan memesan makanan, Rhea baru menatap pria itu dan berkata, "Mengapa kamu tiba-tiba berencana untuk mengembangkan kariermu di dalam negeri. Aku dengar dari Bibi Vani, gajimu di luar negeri cukup tinggi. Kalau kamu bekerja di sana beberapa tahun lagi, seharusnya kamu sudah bisa menetap di luar negeri, bukan?"Melihat sosok wanita yang sangat dirindukannya kini berada tepat di hadapannya, Gerald hampir melamun.Dia mengalihkan pandangannya dengan tenang, lalu berkata dengan suara rendah, "Aku nggak terbiasa dengan makanan di luar negeri."Rhea agak terkejut, sangat jelas tidak terlalu percaya.
"Tuan Besar Thamnin, ada urusan apa kamu datang mencariku?"Melihat sikap Rhea yang tidak merendah, juga tidak arogan itu, Tuan Besar Thamnin mengerutkan keningnya, berkata dengan nada bicara arogan, "Sebut saja harganya, selama kamu bersedia melepaskan Sizur."Rhea menatap pria itu dengan ekspresi acuh tak acuh. "Kamu berencana memberi berapa?""Itu tergantung berapa yang ingin kamu minta. Kejadian itu sudah berlalu selama bertahun-tahun. Biarpun kamu benar-benar memasukkan Sizur ke penjara, aku juga punya cara untuk mengeluarkannya. Keras kepala nggak ada untungnya untukmu."Rhea bangkit, lalu berkata dengan nada bicara tanpa gejolak emosi, "Karena kamu sudah berbicara demikian, kita juga nggak perlu membicarakan hal ini lagi."Raut wajah Tuan Besar Thamnin langsung berubah menjadi sedingin es. "Apa maksudmu?""Nggak bermaksud apa-apa. Aku hanya merasa kita nggak akan bisa mencapai kesepakatan. Aku masih ada kerjaan, pergi dulu."Selesai berbicara, Rhea langsung berbalik dan pergi.M
Arieson menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Erika, kamu bukanlah tipe orang yang akan memainkan trik-trik seperti ini."Tangan Erika yang terulur terhenti sejenak. Kemudian, dia menarik kembali tangannya, lalu berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Dulu kamu juga nggak akan menolakku.""Sudah kubilang, aku sudah punya pacar."Erika menatap pria itu, berkata dengan penuh penekanan, "Apa kamu mencintainya?"Melihat Arieson terdiam, tidak mengucapkan sepatah kata pun, akhirnya Erika merasakan sedikit kepercayaan diri."Lihatlah, kalau kamu mencintainya, kamu pasti akan mengakuinya tanpa ragu."Arieson mengerutkan keningnya dan berkata, "Erika, aku nggak mengakuinya hanya karena nggak ingin menyakitimu."Senyuman di wajah Erika langsung membeku. Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan suara rendah, "Walau kamu mencintainya, juga nggak masalah. Kamu pasti akan jatuh cinta kembali padaku."Awalnya Arieson ingin mengatakan dia tidak akan jatuh cinta kembali pada wanita itu, ka
Ucapan ini adalah bentuk isyarat yang sudah sangat jelas antara pria dan wanita dewasa.Arieson berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sudah larut, nggak perlu lagi. Kamu istirahatlah lebih awal."Erika agak kecewa, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum, mengangguk dan berkata, "Oke, kalau begitu, hati-hati di jalan, ya."Saat Arieson kembali ke vila, sudah jam sepuluh lewat malam.Dia baru saja berganti sepatu dan berjalan memasuki ruang tamu, pelayan sudah menghampirinya dan berkata, "Tuan Muda, malam ini Nona Rhea menunggumu pulang makan malam sangat lama. Pada akhirnya, dia langsung naik ke atas tanpa makan malam.""Oke, aku mengerti, kamu istirahat saja dulu.""Baiklah."Arieson menggulung lengan jasnya, lalu pergi ke dapur untuk membuat semangkuk mi dan membawakannya ke lantai atas.Mendengar suara ketukan pintu, Rhea mengira itu adalah pelayan vila. Dia segera bangkit untuk membuka pintu.Begitu melihat sosok bayangan yang tinggi di hadapannya itu, dia tertegun sejenak. Kem
Kalau mereka bukan mengunjungi restoran pasangan, kalau mereka bukan duduk di sisi yang sama di meja makan, kalau Arieson tidak mengambilkan sayuran untuk wanita itu, mungkin ... dia masih bisa membohongi dirinya sendiri bahwa wanita itu adalah mitra Perusahaan Teknologi Hongdam.Dia mematikan layar ponselnya, menundukkan kepalanya, ekspresinya tampak muram.Saat dia melihat foto tersebut, dia sempat terdorong untuk menelepon Arieson, mempertanyakan pria itu. Namun, pada akhirnya dia tetap tenang kembali.Dia juga hanya memanfaatkan Arieson. Biarpun pria itu benar-benar menjalin hubungan tidak jelas dengan wanita lain, apa haknya untuk mempertanyakan pria itu?Lagi pula, bukankah dia juga tidak berencana untuk bersama pria itu selamanya?Ponselnya kembali berbunyi, Weni mengirimkan beberapa pesan untuknya.[Aku sudah meminta orang untuk menyelidiki wanita itu. Nama wanita itu adalah Erika Kilbis, cinta pertama Arieson. Setelah dia mendapatkan beasiswa penuh, dia pergi ke luar negeri un
Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, lalu berkata dengan perlahan, "Nggak apa-apa. Kamu semalaman nggak pulang ke vila, aku hanya ingin menanyakan apa urusanmu sudah selesai ditangani."Orang di ujung telepon hening sejenak sebelum terdengar suara rendah Arieson. "Sudah hampir selesai ditangani, malam ini aku akan pulang."Tanpa Rhea sadari, cengkeramannya pada ponselnya makin erat. "Oke, kalau begitu nanti malam kita makan malam bersama.""Hmm, tunggu aku pulang."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Arieson mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang tengah duduk di seberangnya sambil menangis. Dia berkata dengan dingin, "Erika, hubungan kita sudah berakhir, nanti aku akan memesan tiket pesawat untukmu."Pergerakan menyeka air mata Erika terhenti. Dengan berlinang air mata, dia menatap Arieson dan berkata, "Aku nggak mau! Kali ini aku sudah pulang, aku nggak berencana untuk pergi lagi."Arieson mengerutkan keningnya, hawa di sekelilingnya berubah menjadi sedingin es."Terserah k
Arieson mengusap-usap kepalanya, berkata dengan suara rendah, "Nggak bisa membuatmu memercayaiku sepenuhnya, itu artinya aku masih kurang baik."Rhea mendongak, menatap pria itu. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba ponsel Arieson berdering."Kamu sudah mengubah nada deringmu?"Dulu Rhea sudah pernah mendengar nada dering ponsel Arieson, sepertinya berbeda dengan nada dering hari ini.Arieson tidak berbicara, dia mengambil ponselnya dan berjalan ke samping sebelum menjawab panggilan telepon tersebut.Tidak tahu mengapa, hati Rhea diliputi oleh kegelisahan, keningnya juga berkerut.Tak lama kemudian, Arieson sudah mengakhiri panggilan telepon itu, lalu berbalik dan berjalan menghampirinya."Aku ada sedikit urusan, perlu keluar sebentar, kamu tidur saja dulu."Selesai berbicara, dia berbalik, hendak pergi. Secara naluriah, Rhea menarik tangannya."Apa urusan itu sangat penting? Bisakah kamu tetap di sini untuk menemaniku ... aku ...."Rhea juga tidak tahu harus menggunakan alasan seperti