Mendengar nada bicara memohon Vani, hawa dingin menjalar di punggung Rhea.Sepertinya inilah maksud wanita itu meneleponnya hari ini.Dia sudah diancam oleh Jerico dengan menggunakan donor ginjal berkali-kali, bahkan pada akhirnya pria sialan itu tidak memberikan donor ginjal kepada Bagas, melainkan memberikannya pada ayah Stella."Bibi Vani, bukannya aku nggak setuju, tapi jadi orang itu harus punya batasan. Kalau aku berkompromi lagi, kelak aku hanya akan dikendalikan oleh Jerico."Dia sudah berkompromi berkali-kali, tetapi pada akhirnya dia disakiti oleh Jerico lagi dan lagi.Dia tidak akan memercayai Jerico lagi, juga tidak akan berkompromi lagi.Setelah orang di ujung telepon terdiam cukup lama, panggilan telepon pun terputus.Rhea juga tidak memilih untuk menelepon wanita itu lagi. Dia langsung meletakkan ponselnya, lalu pergi mandi.Beberapa hari berikutnya, situasi tenang dan damai. Jerico tidak datang mencarinya lagi, kehidupan Rhea menjadi tenang kembali.Tepat pada saat dia
Tuan Besar Thamnin meneleponnya di saat seperti ini, membuatnya merasakan firasat buruk."Kakek ...."Dengan suara diliputi amarah, Tuan Besar Thamnin berkata, "Jangan panggil aku Kakek, aku nggak punya cucu sebodoh kamu! Masalah kehamilan wanita itu sudah memanas, sampai memengaruhi saham Grup Thamnin! Kamu harus mengundurkan diri dari Grup Thamnin sekarang juga!"Ekspresi Jerico tampak sangat muram. "Kakek ... kalau begitu, mengenai perpindahanku ke cabang perusahaan ....""Kamu juga jangan mengharapkan hal ini lagi. Sekarang para pemegang saham Grup Thamnin sangat nggak puas denganmu. Kamu tangani dulu masalah perselingkuhanmu itu. Kalau kamu nggak bisa menanganinya dengan baik, kamu juga nggak perlu kembali ke Grup Thamnin lagi."Ucapan sang kakek bagaikan petir yang menyambar Jerico. Dengan ekspresi panik menghiasi wajahnya, dia buru-buru berkata, "Kakek, aku akan menangani masalah ini secepatnya. Aku berjanji nggak akan terulang lagi. Kalau para pemegang saham keberatan, aku bisa
Devon tidak marah, dia berkata dengan perlahan, "Paling nggak aku nggak akan melakukan hal seperti membuat saham Grup Thamnin jatuh karena kehamilan wanita simpanan. Ya, 'kan?"Jerico menatap adik sepupunya itu dengan tatapan dingin, aura yang terpancar dari tubuhnya sangat menakutkan."Pergi sana!""Kalau begitu, aku tunggu Kak Jerico selesai beres-beres, lalu pindah kemari besok."Tak lama kemudian, semua orang di dalam ruangan itu sudah pergi, hanya tersisa Jerico sendiri.Dia langsung menyapu semua dokumen di atas mejanya ke lantai, lalu bangkit dan langsung pergi.Satu jam kemudian, Stella keluar dari pintu belakang kompleks dengan membawa sebuah koper kecil, lalu masuk ke dalam mobil Jerico."Jerico, untung saja ada kamu. Kalau nggak, aku benar-benar nggak tahu lagi apa yang harus kulakukan ...."Jerico hanya fokus mengendarai mobilnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ekspresinya tampak sangat muram dan menakutkan.Merasakan suasana hati pria itu sangat buruk, Stella mengatupk
Setelah melihat dengan jelas "bukti" di layar ponsel Jerico, kilatan mengejek melintasi mata Rhea."Oh? Hanya dengan beberapa lembar tangkapan layar obrolan ini, kamu sudah meyakini aku yang melakukannya?""Tentu saja nggak hanya ini, masih ada sebuah rekaman suara."Jerico memutar rekaman suara itu tepat di hadapan Rhea. Selesai mendengar rekaman suara itu, akhirnya Rhea sudah mengerti. Ini adalah perangkap yang dipasang untuk menjeratnya.Namun, dia tidak mengerti, keuntungan apa yang diperoleh orang itu?""Suara dalam rekaman suara ini memang sangat mirip dengan suaraku, tapi kalau rekaman suara ini diverifikasi di badan penilai, akan ketahuan rekaman suara ini palsu."Jerico menatap Rhea dengan tatapan penuh kekecewaan. "Kamu mau bukti, aku juga sudah memberikannya padamu. Sekarang kamu masih saja keras kepala seperti ini. Rhea, kapan kamu berubah menjadi begitu kejam?""Sebenarnya aku yang kejam, atau kamu yang berharap aku kejam? Alih-alih membawa rekaman suara dan riwayat obrola
Sebelumnya orang tersebut sudah menyuap pelayan vila untuk mengganti gaunnya. Dia masih belum sempat mencari perhitungan dengan orang itu. Baru beberapa hari berlalu, orang itu muncul untuk cari mati lagi.Mengingat "bukti-bukti" itu, Rhea hanya merasa hal itu sangat konyol.Tanpa membawa bukti-bukti itu ke badan penilai untuk diverifikasi sebentar, itu artinya mata dan hati Jerico sudah buta.Setelah berpikir sejenak, Rhea menghubungi Yurik.Setelah mendapatkan rekaman suara yang disebut sebagai "bukti" itu, Rhea langsung pergi mengunjungi sebuah badan penilai dengan reputasi bagus di Kota Batur, lalu mengirimkan rekaman suara tersebut.Dengan mempertimbangkan uang yang ditawarkan, staf badan penilai menjanjikan dalam tiga hari saja sudah ada hasilnya.Mengingat besok Jerico pasti akan datang untuk menemuinya lagi, Rhea langsung mengambil dua setelan pakaian bersih, lalu menginap di hotel.Sebelum hasil verifikasi dari badan penilai keluar, dia tidak terlibat dalam pertengkaran sia-si
"Menanganimu, aku masih nggak membutuhkan Grup Thamnin."Ekspresi Jerico berubah menjadi makin muram, dia mencibir dan berkata, "Aku dan Rhea adalah pasangan suami istri. Kamu nggak berhak ikut campur dalam urusan kami.""Biarpun kalian adalah suami istri, kamu juga nggak berhak untuk memaksanya melakukan hal yang nggak ingin dia lakukan."Apalagi, tidak lama lagi Jerico dan Rhea sudah akan bercerai.Jerico menatap Arieson dengan tatapan dingin. Saat dua orang pria itu bertatapan, suhu di sekeliling mereka seakan-akan langsung menurun dengan signifikan."Jerico, jangan ganggu aku lagi. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan menyetujui apa yang kamu katakan tadi."Melihat ekspresi sedingin es Rhea, Jerico merasakan hatinya diliputi kekecewaan.Jelas-jelas wanita itu tahu betapa pentingnya Grup Thamnin bagi dirinya, tetapi wanita itu tidak bersedia membantunya.Namun, dia juga tahu jelas, sekarang ada Arieson di sini, dia sama sekali tidak mungkin bisa membicarakannya secara baik-baik deng
Jerico tidak memercayai ucapannya, tetapi juga tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi.Tiba-tiba saja, saku di ponselnya berdering."Pak Jerico, lebih banyak foto dan detail perselingkuhanmu dengan Stella sudah terekspos. Sekarang para netizen sudah menargetkanmu dan Stella. Selain itu ... barusan Grup Thamnin juga sudah mengeluarkan pernyataan, menyatakan kamu sudah diberhentikan ...."Pernyataan yang dikeluarkan oleh Grup Thamnin bukan menegaskan Jerico berinisiatif untuk mengundurkan diri, melainkan diberhentikan. Sangat jelas kali ini Tuan Besar Thamnin benar-benar sudah marah.Cengkeraman Jerico pada ponselnya makin erat. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, "Oke. Kalau ada informasi terkini mengenai perusahaan, beri tahu aku.""Baik."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Jerico berpikir sejenak, lalu langsung mengambil mantelnya dan beranjak pergi.Stella memanggilnya dari arah belakangnya, tetapi dia berpura-pura tidak mendengarnya.Setibanya di depan p
Ekspresi Sizur langsung berubah menjadi sangat masam. "Bisa-bisanya kamu menyalahkanku? Putra baik hasil didikanmu itu bahkan nggak bisa menangani seorang wanita simpanan dengan baik, benar-benar seorang pecundang!""Diam kamu!"Saking emosinya, dada Siska sampai naik turun. "Kalau bukan karena kamu selalu nggak pulang rumah dan punya begitu banyak wanita simpanan di luar, Jerico juga nggak akan berubah seperti sekarang ini! Dia mempelajari semua ini darimu!"Sizur mencibir dan berkata, "Aku malas bertengkar dengan mengenai hal-hal yang sudah berlalu ini denganmu. Intinya, aku juga nggak punya solusi. Sebaiknya kamu nggak menambah masalah. Kalau nggak, saat Tuan Besar benar-benar sudah marah, jangan harap Jerico bisa kembali ke Grup Thamnin lagi."Bagaimanapun juga, Jerico bukanlah satu-satunya pewaris Grup Thamnin.Melihat Sizur hendak pergi, Siska ingin menghentikan suaminya. Namun, dia malah didorong oleh suaminya hingga nyaris terjatuh.Saat dia mendapatkan kembali keseimbangan tub
Ekspresi Arieson langsung membeku. "Kapan kamu mengetahuinya?"Rhea berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Saat kamu pergi ke restoran pasangan dengannya."Keduanya terdiam. Saking heningnya, mereka bisa mendengar napas satu sama lain.Belasan detik kemudian, melihat pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan bicara, Rhea langsung berbalik, membuka pintu mobilnya, berencana untuk masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja.Tiba-tiba, Arieson menggenggam pergelangan tangannya."Rhea, salahku karena nggak memberitahumu hal ini. Maaf."Rhea menoleh menatapnya. Di bawah kegelapan malam, dia tidak bisa melihat ekspresi pria itu dengan jelas.Dia langsung menarik tangannya dan berkata, "Kalau kamu ingin balikan dengannya, aku bisa pindah malam ini juga."Arieson mengerutkan keningnya. "Aku nggak berencana untuk balikan dengannya. Aku nggak memberitahumu hal ini karena takut kamu salah paham. Aku tahu jelas orang yang kusukai sekarang adalah kamu."Rhea merasa ucapan Arieson agak konyol, di
Saat ini, Arieson sedang berjalan menghampirinya dengan perlahan sambil tersenyum.Namun, indranya yang tajam bisa merasakan saat ini suasana hati Arieson sangat buruk.Gerald menoleh, mengikuti arah pandang Rhea. Saat tatapannya bertemu dengan tatapan Arieson, secara naluriah dia menyipitkan matanya.Sepertinya pria ini memancarkan aura permusuhan yang sangat besar terhadap dirinya.Arieson langsung duduk di samping Rhea, lalu berkata sambil tersenyum, "Rhea, kamu makan bersama kakakmu, mengapa kamu nggak memberitahuku? Aku bisa datang bersamamu."Gerald juga mengalihkan pandangannya ke arah Rhea, lalu berkata dengan sorot mata kebingungan, "Ini adalah?"Ditatap oleh dua orang pria pada saat bersamaan, Rhea mengerutkan keningnya. Saat dia hendak memperkenalkan mereka pada satu sama lain, Arieson sudah mengalihkan pandangannya ke arah Gerald sambil tersenyum."Halo, Tuan Gerald, aku adalah Arieson, pacar Rhea, juga presdir Perusahaan Teknologi Hongdam."Sorot mata Gerald berkedip, dia
"Lama nggak bertemu."Gerald berjalan menghampiri Rhea, menundukkan kepalanya untuk menatap wanita itu. Dengan seulas senyum menghiasi wajahnya, dia berkata, "Hmm, lama nggak bertemu."Kalau dihitung-hitung, mereka berdua sudah tidak bertemu sekitar lima atau enam tahun, juga sangat jarang menghubungi satu sama lain, jadi Rhea merasa agak canggung."Ayo masuk dulu."Setelah duduk di dalam restoran dan memesan makanan, Rhea baru menatap pria itu dan berkata, "Mengapa kamu tiba-tiba berencana untuk mengembangkan kariermu di dalam negeri. Aku dengar dari Bibi Vani, gajimu di luar negeri cukup tinggi. Kalau kamu bekerja di sana beberapa tahun lagi, seharusnya kamu sudah bisa menetap di luar negeri, bukan?"Melihat sosok wanita yang sangat dirindukannya kini berada tepat di hadapannya, Gerald hampir melamun.Dia mengalihkan pandangannya dengan tenang, lalu berkata dengan suara rendah, "Aku nggak terbiasa dengan makanan di luar negeri."Rhea agak terkejut, sangat jelas tidak terlalu percaya.
"Tuan Besar Thamnin, ada urusan apa kamu datang mencariku?"Melihat sikap Rhea yang tidak merendah, juga tidak arogan itu, Tuan Besar Thamnin mengerutkan keningnya, berkata dengan nada bicara arogan, "Sebut saja harganya, selama kamu bersedia melepaskan Sizur."Rhea menatap pria itu dengan ekspresi acuh tak acuh. "Kamu berencana memberi berapa?""Itu tergantung berapa yang ingin kamu minta. Kejadian itu sudah berlalu selama bertahun-tahun. Biarpun kamu benar-benar memasukkan Sizur ke penjara, aku juga punya cara untuk mengeluarkannya. Keras kepala nggak ada untungnya untukmu."Rhea bangkit, lalu berkata dengan nada bicara tanpa gejolak emosi, "Karena kamu sudah berbicara demikian, kita juga nggak perlu membicarakan hal ini lagi."Raut wajah Tuan Besar Thamnin langsung berubah menjadi sedingin es. "Apa maksudmu?""Nggak bermaksud apa-apa. Aku hanya merasa kita nggak akan bisa mencapai kesepakatan. Aku masih ada kerjaan, pergi dulu."Selesai berbicara, Rhea langsung berbalik dan pergi.M
Arieson menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Erika, kamu bukanlah tipe orang yang akan memainkan trik-trik seperti ini."Tangan Erika yang terulur terhenti sejenak. Kemudian, dia menarik kembali tangannya, lalu berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Dulu kamu juga nggak akan menolakku.""Sudah kubilang, aku sudah punya pacar."Erika menatap pria itu, berkata dengan penuh penekanan, "Apa kamu mencintainya?"Melihat Arieson terdiam, tidak mengucapkan sepatah kata pun, akhirnya Erika merasakan sedikit kepercayaan diri."Lihatlah, kalau kamu mencintainya, kamu pasti akan mengakuinya tanpa ragu."Arieson mengerutkan keningnya dan berkata, "Erika, aku nggak mengakuinya hanya karena nggak ingin menyakitimu."Senyuman di wajah Erika langsung membeku. Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan suara rendah, "Walau kamu mencintainya, juga nggak masalah. Kamu pasti akan jatuh cinta kembali padaku."Awalnya Arieson ingin mengatakan dia tidak akan jatuh cinta kembali pada wanita itu, ka
Ucapan ini adalah bentuk isyarat yang sudah sangat jelas antara pria dan wanita dewasa.Arieson berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sudah larut, nggak perlu lagi. Kamu istirahatlah lebih awal."Erika agak kecewa, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum, mengangguk dan berkata, "Oke, kalau begitu, hati-hati di jalan, ya."Saat Arieson kembali ke vila, sudah jam sepuluh lewat malam.Dia baru saja berganti sepatu dan berjalan memasuki ruang tamu, pelayan sudah menghampirinya dan berkata, "Tuan Muda, malam ini Nona Rhea menunggumu pulang makan malam sangat lama. Pada akhirnya, dia langsung naik ke atas tanpa makan malam.""Oke, aku mengerti, kamu istirahat saja dulu.""Baiklah."Arieson menggulung lengan jasnya, lalu pergi ke dapur untuk membuat semangkuk mi dan membawakannya ke lantai atas.Mendengar suara ketukan pintu, Rhea mengira itu adalah pelayan vila. Dia segera bangkit untuk membuka pintu.Begitu melihat sosok bayangan yang tinggi di hadapannya itu, dia tertegun sejenak. Kem
Kalau mereka bukan mengunjungi restoran pasangan, kalau mereka bukan duduk di sisi yang sama di meja makan, kalau Arieson tidak mengambilkan sayuran untuk wanita itu, mungkin ... dia masih bisa membohongi dirinya sendiri bahwa wanita itu adalah mitra Perusahaan Teknologi Hongdam.Dia mematikan layar ponselnya, menundukkan kepalanya, ekspresinya tampak muram.Saat dia melihat foto tersebut, dia sempat terdorong untuk menelepon Arieson, mempertanyakan pria itu. Namun, pada akhirnya dia tetap tenang kembali.Dia juga hanya memanfaatkan Arieson. Biarpun pria itu benar-benar menjalin hubungan tidak jelas dengan wanita lain, apa haknya untuk mempertanyakan pria itu?Lagi pula, bukankah dia juga tidak berencana untuk bersama pria itu selamanya?Ponselnya kembali berbunyi, Weni mengirimkan beberapa pesan untuknya.[Aku sudah meminta orang untuk menyelidiki wanita itu. Nama wanita itu adalah Erika Kilbis, cinta pertama Arieson. Setelah dia mendapatkan beasiswa penuh, dia pergi ke luar negeri un
Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, lalu berkata dengan perlahan, "Nggak apa-apa. Kamu semalaman nggak pulang ke vila, aku hanya ingin menanyakan apa urusanmu sudah selesai ditangani."Orang di ujung telepon hening sejenak sebelum terdengar suara rendah Arieson. "Sudah hampir selesai ditangani, malam ini aku akan pulang."Tanpa Rhea sadari, cengkeramannya pada ponselnya makin erat. "Oke, kalau begitu nanti malam kita makan malam bersama.""Hmm, tunggu aku pulang."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Arieson mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang tengah duduk di seberangnya sambil menangis. Dia berkata dengan dingin, "Erika, hubungan kita sudah berakhir, nanti aku akan memesan tiket pesawat untukmu."Pergerakan menyeka air mata Erika terhenti. Dengan berlinang air mata, dia menatap Arieson dan berkata, "Aku nggak mau! Kali ini aku sudah pulang, aku nggak berencana untuk pergi lagi."Arieson mengerutkan keningnya, hawa di sekelilingnya berubah menjadi sedingin es."Terserah k
Arieson mengusap-usap kepalanya, berkata dengan suara rendah, "Nggak bisa membuatmu memercayaiku sepenuhnya, itu artinya aku masih kurang baik."Rhea mendongak, menatap pria itu. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba ponsel Arieson berdering."Kamu sudah mengubah nada deringmu?"Dulu Rhea sudah pernah mendengar nada dering ponsel Arieson, sepertinya berbeda dengan nada dering hari ini.Arieson tidak berbicara, dia mengambil ponselnya dan berjalan ke samping sebelum menjawab panggilan telepon tersebut.Tidak tahu mengapa, hati Rhea diliputi oleh kegelisahan, keningnya juga berkerut.Tak lama kemudian, Arieson sudah mengakhiri panggilan telepon itu, lalu berbalik dan berjalan menghampirinya."Aku ada sedikit urusan, perlu keluar sebentar, kamu tidur saja dulu."Selesai berbicara, dia berbalik, hendak pergi. Secara naluriah, Rhea menarik tangannya."Apa urusan itu sangat penting? Bisakah kamu tetap di sini untuk menemaniku ... aku ...."Rhea juga tidak tahu harus menggunakan alasan seperti