Jerico menatap pamannya dengan ekspresi mengejek. Dia ingin sekali mengumumkan hal ini pada publik.Saat itu tiba, Nyonya Besar Thamnin dan Tuan Besar Thamnin pasti akan sangat kecewa pada Arieson, juga tidak akan berpikir untuk menyerahkan Grup Thamnin pada putra kesayangan mereka itu lagi."Jerico, kalau sampai terjadi sesuatu padanya, aku nggak akan melepaskanmu!"Setelah melontarkan satu kalimat itu dengan dingin, Arieson langsung berjalan menghampiri Rhea. Dia ingin menggendong Rhea, tetapi Rhea melangkah mundur satu langkah secara refleks.Sorot mata Arieson langsung berubah menjadi muram. Tanpa memedulikan penolakan wanita itu, dia langsung menggendong wanita itu tepat di hadapan Jerico."Paman, turunkan aku saja, aku bisa jalan sendiri."Arieson menundukkan kepalanya, melirik wanita itu sekilas. "Apa kamu yakin?""Hmm."Melihat Rhea bersikeras ingin diturunkan, Arieson terdiam selama beberapa detik sebelum menurunkannya sesuai keinginannya."Terima kasih, Paman.""Biar aku papa
Ekspresi Jerico langsung berubah menjadi luar biasa muram. Dia berkata dengan marah, "Mengapa sekarang baru diselidiki dengan jelas?!"Yurik berkata dengan nada bicara tidak berdaya, "Pak Jerico, sebelumnya aku ingin menyelidikinya, tapi kamu bilang nggak perlu diselidiki .... Saat pergi menjenguk seorang teman di rumah sakit tadi malam, aku bertemu dengan orang tua Nona Weni. Itulah sebabnya, aku melakukan penyelidikan ulang ...."Setelah diingatkan oleh sekretarisnya, Jerico baru teringat kala itu sepertinya dia memang mengucapkan kata-kata seperti ini saking marahnya."Kelak kalau ada kejadian seperti ini lagi, selidiki dengan jelas secepatnya!""Baik."Saat hendak memutus panggilan telepon, tiba-tiba dia teringat Rhea pergi bersama Arieson, dia berkata dengan suara dalam, "Selidiki di mana Rhea dan pamanku sekarang."Tanpa butuh waktu lama, Yurik sudah menyelidiki hal itu dengan jelas.Mengetahui setelah Arieson mengantar Rhea pulang ke tempat tinggal sewaannya, pamannya itu sudah
Saat Rhea tiba di rumah sakit, sudah lebih dari satu jam kemudian.Melihat Rhea benar-benar hanya membawakan pangsit untuknya, ekspresi kekecewaan menghiasi wajah Weni.Rhea berjalan ke sisi Weni, duduk di sampingnya, lalu membuka kotak makan dan berkata, "Sudahlah, kamu bersabar beberapa hari lagi. Setelah kamu keluar dari rumah sakit, kamu bisa memakan apa pun yang kamu inginkan."Weni menghela napas, lalu mengambil alat makan dengan pasrah."Omong-omong, dengar-dengar dua orang yang mendesakku melompat turun dari gedung adalah orang yang dicari oleh Maudi?"Mengingat kejadian setelah kedua orang itu menerobos masuk ke dalam ruangan, Weni merasakan itu seperti mimpi buruk.Kalau dia tidak melompat turun, dia tidak tahu apa lagi yang akan terjadi setelahnya.Rhea mengangguk. Dengan ekspresi agak muram, dia berkata, "Hmm, dia bilang dia hanya menyuruh dua orang itu untuk mengambil foto erotismu, nggak bermaksud untuk mendesakmu melompat turun dari gedung."Weni mencibir, lalu berkata,
Setelah menemani Weni sejenak dan Citra sudah kembali, Rhea langsung pergi.Keesokan paginya, saat Rhea keluar untuk berangkat bekerja, begitu dia turun ke bawah, dia melihat Yurik berdiri tak jauh dari sana.Dia mengerutkan keningnya, awalnya dia ingin berpura-pura tidak melihat pria itu, tetapi Yurik langsung berjalan menghampirinya dengan langkah cepat dan berdiri tepat di hadapannya."Nyonya, Pak Jerico memintaku untuk mengantarkan ini."Rhea melirik kotak perhiasan dalam genggaman pria itu, tidak ada ekspresi apa pun yang terlihat di wajahnya."Apa maksud Jerico? Ingin menyuap orang lain setelah menyakiti orang lain, begitu?"Yurik menggelengkan kepalanya, lalu memaksakan diri untuk berkata, "Bukan begitu, ini adalah hadiah permintaan maaf dari Pak Jerico untukmu. Dia nggak berani datang, jadi dia memintaku untuk membawakannya untukmu."Rhea menerima kotak perhiasan yang disodorkan oleh pria itu, lalu membukanya. Di dalam kotak perhiasan itu, ada seuntai kalung berlian yang mahal.
Mungkinkah dia benar-benar ingin membiarkan Jerico mengendalikannya terus seperti ini?Sepertinya satu-satunya cara untuk menjauhi pria ini hanyalah bercerai.Namun, sebelum bercerai, operasi ayahnya harus diselesaikan terlebih dulu. Kalau tidak, Jerico akan memanfaatkan hal ini untuk mengancamnya lagi dan lagi.Selain itu, kalau mengandalkan dirinya sendiri, hanya bisa menunggu antrean untuk mendapatkan donor ginjal, tidak tahu harus menunggu sampai kapan.Rhea mendongak menatap Jerico, lalu berkata dengan dingin, "Kamu ingin aku pindah kembali, bisa saja."Jerico tampak senang. Akan tetapi, kalimat yang diucapkan oleh Rhea selanjutnya membuat senyuman di wajahnya membeku."Setelah operasi penggantian ginjal ayahku selesai, aku akan pindah kembali."Seiring dengan Rhea selesai berbicara, koridor tersebut berubah menjadi sangat hening.Tanpa Jerico sadari, tangan di kedua sisi tubuhnya terkepal dengan erat. Kalau kala itu dia yang tengah diliputi emosi tidak langsung memberikan donor g
Sepertinya ada orang yang sudah mulai tidak sabar.Rhea melemparkan gaun itu ke samping. Kemudian, dia mengeluarkan sebuah gaun belah paha berwarna putih dengan leher berbentuk V, lalu melepaskan karet yang mengikat rambutnya. Rambut hitam indahnya langsung tergerai.Setelah menyisir rambutnya, dia menghabiskan waktu lima menit untuk merias wajahnya dengan riasan tipis. Selesai bersiap-siap, dia baru berbalik dan pergi.Begitu dia masuk ke dalam mobil dan hendak memasang sabuk pengamannya, tiba-tiba terdengar suara rendah dan dalam Jerico. "Kenapa kamu nggak pakai gaun yang aku instruksikan orang untuk siapkan untukmu?"Sambil mengangkat alisnya, Rhea mengalihkan pandangannya ke arah pria itu, lalu berkata dengan ekspresi dingin, "Gaun itu bukan ukuranku."Jerico adalah orang yang cerdas. Dia langsung mengerti maksud istrinya. Ekspresinya langsung berubah menjadi muram."Aku akan menyelidiki hal ini dengan jelas."Rhea tersenyum dan berkata, "Kita pergi menghadiri pesta saja dulu."Ben
Selama ini dia bersabar dan bersabar lagi, tetapi orang-orang Keluarga Thamnin malah makin menjadi-jadi dan tidak menganggap serius dirinya.Hanya saja, dulu dia bersabar karena dia masih menaruh pengharapan pada Jerico. Kini, dia sudah tidak mencintai Jerico lagi, jadi dia juga tidak perlu bersabar lagi.Dia menyunggingkan seulas senyum, lalu berkata dengan nada bicara yang santai. "Bercerai juga lebih baik daripada nggak kunjung ada yang nikahi. Benar begitu, Bibi?"Ekspresi Susana langsung berubah menjadi sangat masam, wanita itu menatapnya dengan tatapan tajam seolah-olah ingin memakan orang."Coba kamu ulangi sekali lagi?!"Dulu dia pernah berpacaran dengan seorang pria. Setelah hubungan asmara mereka berakhir, dia terus menunggu pria tersebut. Alhasil, kini usianya sudah menginjak kepala empat, tetapi dia tak kunjung menikah. Hal ini sudah menjadi sesuatu hal yang sangat mengganggunya, tetapi tidak ada orang yang berani menyebutkan hal ini di hadapannya.Raut wajah Nyonya Besar T
"Pak Arieson, lama nggak bertemu. Dengar-dengar belakangan ini Perusahaan Teknologi Hongdam berinvestasi pada proyek pemerintahan pinggiran timur itu?""Aku juga berminat pada proyek pinggiran timur itu, bisakah Pak Arieson memberiku peluang untuk mendapatkan sedikit bagian?"Arieson malas untuk menanggapinya. Namun, mengingat malam ini adalah ulang tahun Nyonya Besar Thamnin, dia tetap menghentikan langkah kakinya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah pria itu dan berkata dengan ekspresi datar, "Halo, Pak Handi."Saat dia "ditahan" oleh beberapa orang mitra tersebut, Rhea sudah "menyingkirkan" pria yang berbicara dengannya. Dia hendak mencari sebuah tempat yang tenang untuk beristirahat.Tiba-tiba saja, seorang pelayan Keluarga Thamnin berjalan menghampirinya dengan tergesa-gesa."Nyonya Rhea, Nyonya Siska mengatakan ada urusan mencarimu, dia menunggumu di paviliun taman bunga."Rhea melirik ke arah Nyonya Besar Thamnin sekilas. Mendapati Siska memang tidak berada di sana, dia pun me
"Aku merasa saat itu dia sengaja melajukan mobilnya ke arahku, mungkin ini bukan kecelakaan."Dua orang polisi itu saling melempar pandangan. Kemudian, salah satu di antara mereka mengalihkan pandangannya ke arah Rhea dan berkata, "Juga nggak menutup adanya kemungkinan ini. Mengenai detailnya, masih harus menunggu hasil penyelidikan. Tapi, kalau dilihat dari situasi yang telah kami ketahui sekarang, kemungkinan paling besar adalah kecelakaan yang disebabkan oleh pengemudi mabuk. Apa belakangan ini ada orang yang kamu singgung?"Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, berpikir sejenak. Pada akhirnya, dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Seharusnya nggak ada.""Oke, aku sudah mengerti. Kami akan melakukan penyelidikan lebih detail. Kalau kamu mengingat sesuatu yang sebelumnya terlewatkan olehmu, kamu bisa menghubungi kami kapan saja.""Hmm, terima kasih."Setelah polisi pergi, Rhea tidak bisa menahan diri dan mengingat-ingat kembali detail saat mobil itu melaju ke arahnya pagi ini.
Suasana di koridor langsung berubah menjadi sangat hening, seakan-akan kalau ada sebuah jarum yang terjatuh, juga bisa terdengar.Tidak tahu sudah berapa lama berlalu, akhirnya pintu UGD terbuka.Begitu dokter melangkah keluar, Siska bergegas menghentikannya dan bertanya, "Dokter, bagaimana kondisi putraku?""Pasien sudah melewati masa kritis, tapi mungkin kelak dia nggak bisa berdiri lagi. Kalian harus mempersiapkan mental kalian.""Apa?"Tanpa Siska sadari, dia melangkah mundur beberapa langkah. Sorot matanya dipenuhi dengan ketidakpercayaan dan keterkejutan.Dia langsung menarik tangan dokter dan berkata, "Dokter, dia adalah putraku satu-satunya, kamu harus menyelamatkannya!"Kalau Jerico sudah menjadi cacat, kelak dia tidak akan bisa mewarisi Grup Thamnin lagi. Tuan Besar Thamnin tidak akan menyerahkan Grup Thamnin pada seseorang yang kedua kakinya sudah cacat.Dokter melepaskan genggaman Siska pada tangannya, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku sudah berusaha semampuku.
Saat Arieson tiba di rumah sakit, Rhea tengah duduk di bangku di depan pintu UGD sambil menundukkan kepalanya. Pakaiannya berlumuran darah, memancarkan aura seperti orang yang sudah tak bernyawa.Melihat pemandangan itu, Arieson mengerutkan keningnya, lalu bergegas berjalan menghampiri Rhea dan berjongkok di hadapannya.Melihat ekspresi Rhea pucat pasi, sorot matanya berubah menjadi gelap."Apa kamu terluka?"Mendengar suaranya, seperti baru tersadar kembali, sepasang mata Rhea yang memerah itu kembali fokus perlahan-lahan.Melihat orang yang berbicara dengannya adalah Arieson, Rhea tiba-tiba mengulurkan lengannya untuk memeluk pria itu, lalu berkata dengan suara bergetar, "Paman, Jerico mengalami kecelakaan demi menyelamatkanku ... mengeluarkan banyak darah ...."Menyadari emosi Rhea sedang tidak stabil, Arieson mengulurkan lengannya, menepuk-nepuk punggung wanita itu dengan lembut dan berkata dengan lembut, "Nggak apa-apa, jangan takut, dia akan baik-baik saja.""Apa yang sedang kali
"Siapa yang mengirimkan padamu foto-foto yang kamu kirimkan padaku tadi?!"Jerico berkata dengan dingin, "Rhea yang mengirimkannya padaku. Ayah, kamu adalah dalang di balik kejadian enam tahun yang lalu itu?"Terdengar suara penuh amarah Sizur dari ujung telepon. "Bagaimana mungkin? Mungkinkah kamu lebih bersedia memercayai seorang wanita daripada aku?""Sekarang aku percaya padamu atau nggak, nggak penting lagi. Hal yang terpenting sekarang adalah, Rhea menggunakan ini untuk memaksaku bercerai dengannya. Dia bilang kalau aku nggak setuju, dia akan mengirimkan dokumen ini ke kantor polisi.""Apa?!"Sambil menggertakkan giginya, Sizur berkata, "Jangan sampai dia mengirimkan semua ini ke kantor polisi!"Jerico tertawa getir. Sebelumnya dia masih menaruh sedikit harapan. Dia merasa semua ini dipalsukan oleh Rhea hanya untuk bercerai dengannya.Namun, reaksi Sizur sekarang membuatnya menyadari semua dokumen ini adalah asli."Ayah, mengapa kamu melakukan hal seperti ini? Bagaimana aku bisa
Sekitar satu jam kemudian, Arieson baru tiba di rumah Rhea."Apa yang terjadi?"Rhea menatap lawan bicaranya dengan mata sedikit memerah. "Paman, bisakah kamu membantuku mencari sebuah tempat tinggal. Kalau aku mencari tempat tinggal atas namaku sendiri, mungkin Jerico akan terus menggangguku."Melihat sorot mata lemah yang melintasi mata Rhea, sorot mata Arieson langsung berubah menjadi gelap."Tadi Jerico datang mencarimu?"Rhea mengangguk dan berkata, "Hmm, aku nggak tahu dia menemukan kunci dari mana, dia langsung membuka pintu dan masuk.""Oke, mengenai sewa tempat tinggal, akan kuurus. Mengenai perceraianmu dengannya, apa kamu membutuhkan bantuanku?"Rhea mengedipkan matanya, lalu mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Mengenai perceraian, seharusnya nggak lama lagi.""Hmm."Merasakan sorot mata Arieson tertuju pada kepalanya, Rhea menautkan jari-jarinya dengan canggung. Kemudian, dia mengumpulkan keberaniannya, lalu mendongak menatap Arieson. "Paman, aku juga nggak ada
"Setelah kamu selesai mempertimbangkannya, telepon aku."Rhea mengambil ponselnya, mengalihkan pandangannya ke bawah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Setelah Jerico pergi, Rhea segera mengunci pintu, lalu menggunakan kursi untuk menghalangi pintu. Usai melakukan semua ini, akhirnya dia merasa agak aman.Rhea berpikir sejenak sebelum menghubungi Arieson.Di ruang tamu Kediaman Keluarga Thamnin, Tuan Besar Thamnin dan Nyonya Besar Thamnin tampak sedang duduk di sofa dengan memasang ekspresi masam. Sementara itu, Arieson berdiri di samping."Jerico bilang kamu menyukai wanita yang sudah menikah, benarkah begitu?"Tuan Besar Thamnin menatap Arieson dengan lekat, sorot matanya sangat serius, tampak seperti sedang menyelidik.Di antara beberapa orang putranya, Arieson yang paling unggul. Dia tidak akan membiarkan putranya yang satu ini terlibat dengan wanita yang sudah menikah.Ekspresi Nyonya Besar Thamnin juga terlihat sangat masam. Sebelumnya, dia sudah memperkenalkan banyak nona yang
Dilanda perasaan panik, Rhea langsung menerjang ke arah Jerico."Kembalikan ponselku!"Diterjang oleh Rhea dengan ganas seperti itu, Jerico terhuyung mundur beberapa langkah sebelum mendapatkan keseimbangannya kembali.Dia langsung menarik tangan Rhea dan berkata dengan dingin, "Hari ini aku datang kemari karena ada yang ingin kudiskusikan denganmu."Rhea langsung menepis tangan pria itu dan berkata, "Nggak ada yang perlu kubicarakan denganmu."Saat dia mendongak dan menatap pria itu, sorot matanya dipenuhi dengan keras kepala dan sedingin es.Belakangan ini Rhea selalu memperlakukannya dengan dingin, Jerico sudah hampir lupa sisi lembut wanita itu."Rhea, aku sudah bilang pada Kakek dan Nenek. Aku nggak akan kembali ke Grup Thamnin, aku berencana untuk membangun karier sendiri."Tidak ada gejolak emosi apa pun yang terlihat di wajah Rhea. "Apa pun yang kamu lakukan, nggak ada hubungannya denganku."Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi gelap. "Rhea, aku adalah suamimu, kita sudah
"Kamu bilang saja seseorang bernama Fabian yang mengirimkannya padamu."Kalau bukan karena Fabian tiba-tiba tidak bisa dihubungi, Arieson juga tidak akan mencari Weni."Oke, aku sudah mengerti."Selesai membicarakan hal ini, Weni juga tidak berencana untuk tetap tinggal dan makan malam bersama Arieson. Bagaimanapun juga, dia tidak akrab dengan Arieson."Kalau nggak ada urusan lain lagi, aku pergi dulu."Arieson menatapnya dan berkata dengan ekspresi serius, "Nona Weni, aku harap kamu merahasiakan hal ini. Aku nggak ingin siapa pun tahu aku yang memberikan dokumen ini padamu.""Tenang saja, aku pasti akan menjaga rahasia ini dengan baik."Setelah meninggalkan restoran, Weni langsung pergi ke rumah Rhea untuk menemui sahabatnya itu usai berpikir sejenak.Begitu melihat Weni, Rhea sangat terkejut. "Weni, kenapa kamu datang kemari?"Weni berkata sambil tersenyum, "Aku datang karena merindukanmu, biarkan aku masuk dulu."Rhea berdiri menyamping, membiarkan Weni masuk. Setelah mereka berdua
Arieson menyipitkan matanya dengan berbahaya. Tampaknya Jerico benar-benar tidak ingin kembali ke Grup Thamnin lagi."Sekarang aku sedang rapat, nanti malam aku akan menjelaskan hal ini pada Ayah."Sekarang Rhea dan Jerico masih belum bercerai, dia tidak ingin orang-orang Keluarga Thamnin tahu dia menyukai Rhea.Bagaimanapun juga, walaupun dia terlebih dulu jatuh hati pada Rhea, orang-orang Keluarga Thamnin tetap akan mengira Rhea yang menggodanya.Tuan Besar Thamnin tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi, melainkan langsung memutus panggilan telepon tersebut.Arieson memanggil Tio untuk menghadapnya, lalu berkata dengan suara rendah, "Selidiki di mana Jerico berada. Selesai rapat, bawa dia temui aku."Rapat ini berlangsung selama lebih dari dua jam baru berakhir. Saat Arieson mengatakan rapat dibubarkan, manajer dari berbagai departemen tampak jelas menghela napas lega.Sekembalinya ke ruangannya, melihat Jerico duduk di sofa, sorot mata Arieson berubah menjadi dingin, aura mengintim