Rhea menggigit bibir bawahnya dengan kuat, hingga aroma darah mulai menguar dalam mulutnya, dia juga masih enggan melepaskannya.Beberapa saat kemudian, dia baru berkata dengan dingin, "Jerico, apa hanya ini trik yang kamu punya?!""Kamu yang memaksaku. Aku hanya ingin tahu kamu pergi ke mana tadi malam, hanya itu saja. Kamu nggak bersedia memberitahuku, itu hanya akan membuatku merasa kamu merasa bersalah."Rhea menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan penuh penekanan, "Tadi malam aku menginap di rumah pamanmu."Sontak saja ucapannya ini langsung membuat orang di ujung telepon terdiam, suasana menjadi sangat hening dan menyesakkan.Rhea bisa merasakan dengan jelas napas Jerico menjadi berat. Dia berkata dengan perlahan, "Tadi malam terjadi sesuatu pada Weni. Saat itu suasana hatiku sedang nggak stabil, seharusnya dia khawatir aku pulang ke rumah dan berpikiran macam-macam, jadi ...."Jerico mencibir dan berkata, "Jadi dia membawamu ke rumahnya? Rhea, jangan bilang padaku, di saa
Di sisi lain, di rumah sakit, tak lama kemudian, Stella sudah menerima panggilan telepon dari Yurik. Setelah mengetahui Jerico memberikan donor ginjal itu pada ayahnya, dia sangat senang.Awalnya dia mengira masih butuh waktu sebelum Jerico menyetujui hal ini. Dia tidak menyangka pria itu setuju begitu cepat!Selanjutnya, dia hanya perlu mencari kesempatan untuk memberi tahu Rhea hal ini.Dia menundukkan kepalanya, mengusap-usap perutnya yang masih belum membuncit. Sorot mata penuh perhitungan tampak jelas di matanya.Sepanjang hari, Rhea sudah mencoba untuk menghubungi Jerico belasan kali, tetapi pria itu tetap tidak menjawab panggilan teleponnya.Sepertinya dia hanya bisa menunggu pria itu pulang dinas, baru menjelaskannya perlahan-lahan pada pria tersebut.Di dalam ruangan presdir.Sambil membawa dokumen, Tio mengetuk pintu dan berjalan memasuki ruangan. "Pak Arieson, kejadian tadi malam sudah ada sedikit petunjuk."Arieson meletakkan dokumennya, lalu mendongak menatap sekretarisnya
Tak disangka saat Weni melompat turun, pelaku malah mencoba untuk menariknya, sampai-sampai menyebabkan kepalanya terbentur dan kehilangan kesadaran.Ekspresi Arieson langsung berubah menjadi muram sekaligus dingin. "Lemparkan dua orang itu ke kantor polisi. Adapun mengenai Maudi, bawa beberapa orang untuk menangkapnya, lalu antar dia ke hadapan Rhea. Biarkan Rhea yang menangani wanita itu sendiri."Begitu Maudi tiba di bandara, dia langsung dihentikan oleh orang-orang Keluarga Tessa.Dengan ekspresi muram, dia berkata, "Minggir, pesawat sudah hampir lepas landas!"Biasanya, kepala pelayan Keluarga Tessa yang memimpin sekelompok orang itu hanya mendengar ucapan Gilbert."Nona, Tuan memintaku untuk membawamu pulang.""Aku nggak mau pulang, aku mau ke luar negeri! Kalau kalian nggak minggir juga, jangan salahkan aku bersikap kasar padamu!"Namun, kepala pelayan itu menganggap ucapan sang nona seperti angin lalu. Dia mengedipkan matanya pada orang di belakangnya, yang segera maju untuk me
Melihat ekspresi ketakutan wanita itu, tidak ada gejolak emosi apa pun di mata Rhea. Sebelumnya, saat Weni melompat ke bawah, dia pasti lebih takut dibandingkan Maudi sekarang, bukan?Maudi menatap Rhea dan berkata, "Rhea, apa yang kamu inginkan?"Rhea menyunggingkan seulas senyum, lalu berkata dengan penuh penekanan, "Apa yang kuinginkan? Aku hanya ingin kamu merasakan penderitaan dan ketakutan yang dirasakan oleh Weni sebelumnya."Pupil mata Maudi langsung mengecil seketika. "Awas saja kalau kamu berani! Kalau kamu berani menyentuhku, Keluarga Tessa nggak akan melepaskanmu.""Oh? Begitu, ya? Kalau Keluarga Tessa bersedia untuk melindungimu, kamu juga nggak akan muncul di sini, 'kan?"Hati Maudi diliputi oleh ketakutan. Bagaimanapun juga, tadi saat berada di Kediaman Keluarga Tessa, ayahnya memang melihatnya dibawa pergi tanpa melakukan apa pun.Mengingat hingga sekarang Weni masih berbaring di dalam ruang ICU, tidak tahu kapan akan sadar kembali, sekujur tubuh Maudi mulai gemetaran.
"Aku sudah tahu aku salah ... aku akan pergi ke kantor polisi untuk menyerahkan diri. Lepaskan aku, ya?"Rhea menggelengkan kepalanya dan berkata, "Mungkin nggak bisa. Bagaimanapun juga, biarpun kamu menyerahkan diri ke kantor polisi, Keluarga Tessa juga bisa membebaskanmu. Yang kuinginkan adalah, kamu juga mengalami penderitaan yang dialami oleh Weni. Hanya dengan cara seperti ini, kamu baru bisa mengerti penderitaan yang dialaminya."Hati Maudi diliputi oleh perasaan putus asa. Dia tidak menyangka Rhea akan sekejam ini.Saat ini, dia juga sudah mulai menyesal. Mengapa dia mendengarkan saran Jeni dan menargetkan Weni? Kalau dia mendengar ucapan ayah dan ibunya dengan patuh, meminta maaf pada Rhea, saat ini dia tidak akan terjebak dalam situasi putus asa seperti ini.'Ah, benar ... Jeni yang menginstruksikanku untuk melakukan ini. Bukankah aku hanya perlu melempar kesalahan pada Jeni?'Setelah berpikir demikian, dia buru-buru mendongak menatap Rhea."Nona Rhea, Jeni yang menginstruksik
Rhea menoleh ke arah pintu. Melihat Andre berjalan ke arahnya dengan ekspresi sedingin es, dia mencibir."Oh, Pak Andre, apa yang ingin kamu lakukan?"Andre menatapnya dengan tatapan dingin dan berkata, "Lepaskan Maudi.""Seharusnya kamu juga tahu dia sudah mencelakai Weni hingga membuat Weni terbaring di ruang ICU dan masih nggak sadarkan diri hingga sekarang. Apa hakmu memintaku untuk melepaskannya?""Biarpun sekarang kamu benar-benar melemparnya ke bawah dari sini, Weni juga nggak akan bisa bangun. Lagi pula, dia juga sudah menerima hukumannya."Rhea tertawa dingin dan berkata, "Hukuman apa?"Andre mengerutkan keningnya, dia merasa karakter Rhea benar-benar menyebalkan.Maudi sudah begitu menyedihkan, tetapi wanita itu tetap saja enggan melepaskannya."Kalau kamu benar-benar melemparnya turun dari sini sekarang, sudah pasti akan menyinggung Keluarga Tessa. Kalau karena kamu menimbulkan konflik antara Grup Tessa dan Grup Thamnin, orang-orang Keluarga Thamnin juga pasti nggak akan mel
"Oke, aku akan mengantarmu ke sana.""Nggak perlu, aku mengendarai mobil sendiri."Dalam kurun waktu kurang dari setengah jam, Rhea sudah tiba di rumah sakit.Melihat Weni benar-benar sudah sadar, dia menghela napas lega, matanya juga memerah.Begitu melihatnya, ekspresi Citra langsung berubah menjadi muram."Nona Rhea, kamu nggak diterima di sini."Mendengar ucapan ibunya, Weni mengerutkan keningnya dan berkata, "Ibu, apa yang Ibu lakukan?"Citra mendengus dingin, lalu berkata, "Kalau bukan demi merayakan ulang tahunnya, kamu nggak akan mengalami kecelakaan ini.""Ini adalah dua hal yang berbeda. Memangnya kalau saat aku dalam perjalanan menuju ke sebuah restoran, aku mengalami kecelakaan, restoran itu yang disalahkan?""Intinya, ke depannya aku nggak ingin melihatmu bergaul lagi dengannya.""Aku mau bergaul dengan temanku atau nggak, bukan urusan Ibu!""Kamu!"Citra kesal setengah mati. Dia langsung membanting mangkuk dalam genggamannya di atas meja, lalu berkata dengan marah, "Bagus
Pelayan sama sekali tidak memberi kesempatan pada Rhea untuk meronta, langsung memasukkannya ke dalam ruang bawah tanah.Biasanya, ruang bawah tanah digunakan untuk menaruh barang-barang yang jarang digunakan, terkesan gelap dan dingin. Setelah memasukkan Rhea ke dalam, pelayan langsung mengunci pintu dan pergi.Rhea mengeluarkan ponselnya, mendapati tidak adanya sinyal, dia juga hanya bisa menghilangkan ide meminta bantuan orang untuk mengeluarkannya dari sini.Saat cahaya ponsel redup, ruang bawah tanah kembali diliputi kegelapan.Pukul sepuluh lewat malam, pintu ruang bawah tanah terbuka. Jerico berjalan memasuki ruangan dengan ekspresi muram."Apa kamu sudah menyadari kesalahanmu?"Rhea menatap pria itu dengan dingin, sama sekali tidak ada kehangatan di matanya."Jerico, sudah kujelaskan padamu, tapi kamu sendiri yang nggak mau dengar. Aku nggak merasa aku ada salah."Ekspresi Jerico berubah menjadi sangat muram, dia menatap Rhea dengan tatapan dingin yang sangat menyeramkan."Kare
Saat Weni menghubunginya, Arieson sedang rapat. Begitu mendengar ucapan Weni, dia segera bangkit dan berkata dengan suara dalam, "Oke, aku mengerti, aku akan segera meminta anak buahku untuk menyelidiki keberadaannya."Tio buru-buru berjalan ke sisi Arieson dan bertanya, "Pak Arieson, apa yang terjadi?""Rapat dibubarkan, besok baru dilanjutkan lagi. Kamu cepat hubungan dua orang yang sebelumnya disuruh untuk melindungi Rhea. Rhea menghilang."Ekspresi terkejut tampak jelas di wajah Tio, dia langsung menyadari betapa seriusnya hal ini."Akan segera kulakukan."Arieson baru saja tiba di dalam ruangannya, Tio sudah mengetuk pintu dan masuk dengan ekspresi masam."Pak Arieson, dua orang itu bilang mobil Nona Rhea terus melaju ke luar kota, aku sudah meminta mereka memikirkan cara untuk menghentikan mobil.""Hmm, kirimkan lokasi di mana dia berada sekarang.""Baik."Setelah mengirimkan lokasi, ponsel Tio kembali berdering.Mendengar beberapa patah kata dari ujung telepon, ekspresi Tio lang
"Hanya apa yang bisa diperoleh, itulah yang paling penting, apa kamu mengerti?""Ada banyak hal yang nggak adil di dunia ini, apa mungkin semua orang bisa menerima kata maaf, mendapatkan keadilan? Keadilan tidak akan berdiri pada pihak yang benar, hanya akan berdiri di pihak yang berkuasa."Rhea menatap pria itu dengan sorot mata sedingin es."Oh? Jadi, maksudmu, seharusnya aku menerima kompensasi dari kalian, lalu menganggap nggak ada yang pernah terjadi, begitu?""Aku hanya berharap kamu bisa memahami apa yang paling penting untukmu sekarang. Bersikaplah realistis sedikit, keadilan yang kamu kejar itu nggak ada artinya."Rhea menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Selama aku merasa ada artinya, itu sudah cukup."Melihat tekad yang kuat di wajah Rhea, sorot mata Jerico berubah menjadi gelap. "Jadi, apa pun yang terjadi, kamu tetap akan menyerahkan bukti-bukti itu ke polisi?""Sudah kubilang aku butuh waktu untuk mempertimbangkannya."Pada akhirnya, sedikit kehangatan yang tersisa d
Namun, Sizur adalah kakak kandung pria itu. Kalau pria itu mengetahui hal ini, seharusnya pria itu juga tidak akan membantunya.Setelah berpikir sejenak, Rhea tetap saja tidak menemukan jawabannya. Dia memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu lagi. Dia berencana untuk mencari kesempatan, menanyakan hal ini secara langsung pada Arieson.Keesokan paginya, Rhea pergi ke rumah sakit untuk melihat Jerico. Saat dia membuka pintu bangsal, dia malah melihat Stella sedang duduk di sisi tempat tidur dan menyuapi Jerico minum sup ayam.Dia menghentikan langkah kakinya, lalu berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sepertinya aku sudah mengganggu kalian."Begitu melihat Rhea, kilatan provokasi melintasi mata Stella. Namun, dia segera meletakkan mangkuk dalam genggamannya, lalu bangkit dan berkata dengan ekspresi cemas, "Nggak ... karena Nona Rhea sudah datang, maka aku pulang dulu. Setelah Nona Rhea pulang, aku akan kembali lagi untuk melihat Jerico ...."Sebelum Rhea bisa berbicara, Jerico sudah
"Makan saja supnya dulu. Aku akan mempertimbangkan apa yang kamu katakan itu baik-baik.""Rhea, ayahku juga sudah bilang, selama kamu nggak menyerahkan bukti-bukti itu ke kantor polisi, kamu boleh minta kompensasi apa saja."Rhea meletakkan mangkuk sup itu di atas meja, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Jerico. Emosi yang bergejolak di matanya tidak bisa dimengerti oleh pria itu."Sudah kubilang, aku akan mempertimbangkannya. Kamu istirahat saja dengan baik. Besok aku akan datang menjengukmu lagi."Setelah Rhea pergi, Jerico menghubungi Sizur. Dia berkata dengan nada bicara kesal, "Dia tetap nggak setuju."Sizur mencibir dan berkata, "Sejak awal sudah kubilang padamu, caramu ini nggak akan berhasil, kamu malah nggak percaya padaku. Sekarang kamu sudah sepenuhnya menyerah, 'kan?"Sebelumnya, Sizur berencana untuk langsung membunuh Rhea saja, tetapi Jerico malah menyarankan untuk bermain "pertunjukan" ini, berpura-pura seolah-olah kedua kakinya sudah cacat demi menyelamatkan Rhea.Se
Melihat Rhea sudah berjalan memasuki kompleks, Arieson pun melajukan mobilnya pergi.Sepanjang perjalanan kembali ke perusahaan, dia memikirkan bagaimana agar perceraian Jerico dan Rhea bisa berjalan dengan mulus.Demi menyelamatkan Rhea, sepasang kaki Jerico sudah cacat. Mungkin saja dia akan memanfaatkan hal ini untuk mengancam Rhea, agar Rhea tetap bersamanya.Setelah berpikir demikian, sorot mata Arieson berubah menjadi sedingin es perlahan-lahan.Di sisi lain, di dalam ruang baca Sizur."Suruh sopir itu tutup mulutnya dengan rapat. Kalau aku sampai ketahuan, aku nggak akan melepaskanmu!"Seorang pria yang berusia tiga puluhan tahun sedang berdiri di depan meja kerja Sizur sambil menundukkan kepalanya."Pak Sizur nggak perlu khawatir, dia nggak akan bisa bertahan hidup lama lagi. Biarpun demi keluarganya, dia juga akan menutup mulutnya dengan rapat."Sizur mengangguk, sorot matanya dipenuhi dengan perhitungan."Oke, ingat uang yang diberikan untuk keluarganya harus dalam bentuk uan
"Ayah, Ibu, sekarang juga sudah larut. Ada Rhea yang menemaniku di sini sudah cukup. Kalian pulang dan beristirahat dulu, besok baru datang lagi."Awalnya Siska ingin tetap berada di sini untuk menjaga Jerico. Namun, mengingat Jerico bisa menjadi seperti sekarang ini karena Rhea. Dia pun memilih untuk mendengar ucapan Jerico dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu aku akan datang menjengukmu lagi besok."Setelah mereka berdua pergi, Rhea mengalihkan pandangannya ke arah Arieson."Paman, hari ini sudah merepotkanmu. Kamu juga pulang dan istirahatlah. Aku akan mengantarmu keluar."Arieson mengerutkan keningnya, aura di sekeliling tubuhnya juga berubah menjadi sedingin es."Hari ini kamu juga sudah lelah. Nanti aku akan panggil perawat untuk menjaganya. Aku antar kamu pulang.""Nggak perlu, malam ini aku akan menjaganya di sini."Mengetahui karakter Rhea, Arieson terdiam selama beberapa detik sebelum mengangguk dan berkata, "Baiklah."Kemudian, dia berbalik dan langsung berjalan ke arah pintu
"Aku merasa saat itu dia sengaja melajukan mobilnya ke arahku, mungkin ini bukan kecelakaan."Dua orang polisi itu saling melempar pandangan. Kemudian, salah satu di antara mereka mengalihkan pandangannya ke arah Rhea dan berkata, "Juga nggak menutup adanya kemungkinan ini. Mengenai detailnya, masih harus menunggu hasil penyelidikan. Tapi, kalau dilihat dari situasi yang telah kami ketahui sekarang, kemungkinan paling besar adalah kecelakaan yang disebabkan oleh pengemudi mabuk. Apa belakangan ini ada orang yang kamu singgung?"Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, berpikir sejenak. Pada akhirnya, dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Seharusnya nggak ada.""Oke, aku sudah mengerti. Kami akan melakukan penyelidikan lebih detail. Kalau kamu mengingat sesuatu yang sebelumnya terlewatkan olehmu, kamu bisa menghubungi kami kapan saja.""Hmm, terima kasih."Setelah polisi pergi, Rhea tidak bisa menahan diri dan mengingat-ingat kembali detail saat mobil itu melaju ke arahnya pagi ini.
Suasana di koridor langsung berubah menjadi sangat hening, seakan-akan kalau ada sebuah jarum yang terjatuh, juga bisa terdengar.Tidak tahu sudah berapa lama berlalu, akhirnya pintu UGD terbuka.Begitu dokter melangkah keluar, Siska bergegas menghentikannya dan bertanya, "Dokter, bagaimana kondisi putraku?""Pasien sudah melewati masa kritis, tapi mungkin kelak dia nggak bisa berdiri lagi. Kalian harus mempersiapkan mental kalian.""Apa?"Tanpa Siska sadari, dia melangkah mundur beberapa langkah. Sorot matanya dipenuhi dengan ketidakpercayaan dan keterkejutan.Dia langsung menarik tangan dokter dan berkata, "Dokter, dia adalah putraku satu-satunya, kamu harus menyelamatkannya!"Kalau Jerico sudah menjadi cacat, kelak dia tidak akan bisa mewarisi Grup Thamnin lagi. Tuan Besar Thamnin tidak akan menyerahkan Grup Thamnin pada seseorang yang kedua kakinya sudah cacat.Dokter melepaskan genggaman Siska pada tangannya, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku sudah berusaha semampuku.
Saat Arieson tiba di rumah sakit, Rhea tengah duduk di bangku di depan pintu UGD sambil menundukkan kepalanya. Pakaiannya berlumuran darah, memancarkan aura seperti orang yang sudah tak bernyawa.Melihat pemandangan itu, Arieson mengerutkan keningnya, lalu bergegas berjalan menghampiri Rhea dan berjongkok di hadapannya.Melihat ekspresi Rhea pucat pasi, sorot matanya berubah menjadi gelap."Apa kamu terluka?"Mendengar suaranya, seperti baru tersadar kembali, sepasang mata Rhea yang memerah itu kembali fokus perlahan-lahan.Melihat orang yang berbicara dengannya adalah Arieson, Rhea tiba-tiba mengulurkan lengannya untuk memeluk pria itu, lalu berkata dengan suara bergetar, "Paman, Jerico mengalami kecelakaan demi menyelamatkanku ... mengeluarkan banyak darah ...."Menyadari emosi Rhea sedang tidak stabil, Arieson mengulurkan lengannya, menepuk-nepuk punggung wanita itu dengan lembut dan berkata dengan lembut, "Nggak apa-apa, jangan takut, dia akan baik-baik saja.""Apa yang sedang kali