Di sisi lain, di ruang presdir Perusahaan Teknologi Hongdam.Arieson tengah sibuk melihat dokumen, tiba-tiba saja ponsel pribadinya berdering.Begitu panggilan telepon terhubung, terdengar suara tegas Nyonya Besar Thamnin dari ujung telepon."Arieson, pulang makan malam hari ini."Melirik dokumen-dokumen yang belum selesai ditanganinya itu, Arieson langsung menolak."Aku sibuk.""Apa pun yang terjadi, kamu harus meluangkan waktu malam ini. Kalau nggak, aku akan pergi ke perusahaanmu secara pribadi untuk memanggilmu pulang makan."Mendengar nada bicara penuh percaya diri Nyonya Besar Thamnin, Arieson merasa sedikit tidak berdaya."Hari ini banyak urusan, malam ini benar-benar nggak ada waktu.""Nggak bisa, nggak peduli seberapa sibuk pun kamu, kamu harus tetap punya waktu untuk makan malam. Intinya, kamu harus pulang."Selesai berbicara, tanpa memberi Arieson kesempatan untuk berbicara, Nyonya Besar Thamnin langsung memutus panggilan teleponnya.Setelah Rhea dan Jerico selesai memindahk
Namun, sesaat kemudian, kilatan mengejek melintasi matanya.Wanita itu sudah menunjukkan dengan sangat jelas tidak punya perasaan apa pun terhadap dirinya. Kalau dia masih memaksakan kehendaknya, maka itu hanya akan menunjukkan dirinya terlalu sentimental."Aku mengerti."Nyonya Besar Thamnin masih ingin mencoba untuk membujuk Arieson. Begitu mendengar ucapannya, Nyonya Besar Thamnin langsung menatapnya dengan tatapan kebingungan."Kamu nggak sedang menyusun rencana jahat dalam benakmu itu, 'kan?"Arieson tidak bisa berkata-kata lagi.Melihatnya diam saja, ekspresi Nyonya Besar Thamnin langsung berubah menjadi muram. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki dari arah pintu masuk."Nyonya Besar, Nona Jeni sudah datang."Orang-orang di dalam ruang tamu langsung mengalihkan pandangan mereka. Saat itu juga, mereka melihat seorang wanita cantik berusia dua puluhan tahun berjalan masuk.Dia mengenakan sebuah gaun berwarna kuning, rambut pendek yang hanya mencapa
Senyuman di wajah Jeni berubah menjadi sedikit kaku. Sebelum dia bisa berbicara, Nyonya Besar Thamnin langsung membanting alat makannya di atas meja."Arieson, nggak ada yang menyendok sayur dan lauk pauk dengan cara seperti ini!"Dia meminta putranya menyendokkan sayur dan lauk pauk untuk Jeni, dengan harapan bisa mendekatkan hubungan antara keduanya. Alih-alih sesuai dengan harapannya, putranya malah melakukan tindakan gila seperti itu. Itu tidak dinamakan dengan menyendokkan sayur dan lauk pauk lagi, sudah hampir sama seperti memindahkan satu piring hidangan ke hadapan orang lain.Kalau hal seperti ini sampai tersebar luas, bukankah sama saja dengan menyinggung Keluarga Hartono?Sambil tersenyum, Arieson mengalihkan pandangannya ke arah Nyonya Besar Thamnin dan berkata, "Ibu, karena Ibu sendiri juga tahu aku nggak pandai melakukan hal-hal seperti ini, maka jangan menugaskan hal-hal seperti ini lagi padaku."Nyonya Besar Thamnin kesal setengah mati. Saat dia hendak meledakkan amarahn
Kalau sampai hal seperti ini tersebar keluar, bagi yang tidak tahu mungkin akan mengatakan dia sudah mengalami penderitaan di Keluarga Thamnin.Senyuman di wajah Jerico kian melebar, dia berkata pada Arieson dengan penuh penekanan, "Paman mungkin masih belum tahu, hari ini Rhea sudah pindah kembali."Pupil mata Arieson langsung menyipit, dia melemparkan sorot mata sedingin es ke arah Rhea yang sedari tadi tidak berbicara.Dia ingin mempertanyakan apakah wanita itu benar-benar berencana untuk memaafkan Jerico begitu saja. Namun, dia tidak bisa melakukannya. Dia hanyalah paman suami Rhea. Selain hubungan ini, tidak ada hubungan apa pun lagi di antara mereka. Apa haknya mempertanyakan wanita itu?Walaupun Rhea menundukkan kepalanya, tetapi dia tetap bisa merasakan pandangan Arieson tertuju padanya.Hawa dingin menjalar dari telapak kakinya, tanpa dia sadari tubuhnya sedikit gemetaran.Belasan detik kemudian, Arieson baru tertawa pelan."Oh, begitu, ya? Baguslah kalau begitu."Arieson meng
Rhea tetap berdiri mematung di tempat. Sosok Arieson saat ini sangat berbahaya baginya. Inilah yang membuatnya secara naluriah ingin menjauh."Paman, pencahayaan di sini redup, nggak pantas kita berduaan saja di sini. Aku kembali dulu."Selesai berbicara, dia berbalik untuk pergi. Baru saja melangkah beberapa langkah, dia sudah mendengar suara langkah kaki dari arah belakang.Rhea merasa sedikit panik. Secara naluriah, dia ingin mempercepat langkah kakinya, tetapi dia malah tersandung sendiri.Saat tubuhnya kehilangan keseimbangan, sebuah tangan besar menarik pinggangnya dari belakang. Saat itu pula, Rhea terjatuh dalam pelukan Arieson.Setelah berdiri dengan seimbang, dia buru-buru mendorong Arieson, lalu melangkah mundur dua langkah.Arieson menyipitkan matanya, sorot matanya terlihat makin berbahaya."Habis manis sepah dibuang, kamu sangat ahli dalam memainkan trik ini, ya."Rhea menggigit bibir bawahnya, ekspresinya tampak sedikit malu."Paman, aku sangat berterima kasih kamu sudah
"Siapa di sana?"Hanya dalam sekejap mata saja, Arieson langsung membuka pintu ruang bunga, lalu menggendong Rhea masuk ke dalam dan menutup pintu.Ruang bunga itu gelap gulita. Rhea ditekan oleh Arieson di balik pintu, tubuh keduanya menempel sangat dekat. Pria itu memeluk pinggangnya dengan satu tangan dan menggenggam gagang pintu dengan erat dengan tangan lainnya. Nyaris tidak ada jarak antara mereka berdua.Suara detak jantung stabil Arieson terdengar di telinganya, Rhea pun berkata dengan suara rendah, "Bisakah kamu melepaskan ...."Tiba-tiba saja, Arieson mendekatkan bibirnya di samping telinga Rhea, lalu berbicara dengan suara rendah yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua."Ada orang yang datang. Kalau nggak ingin ketahuan, jangan berbicara."Begitu dia selesai berbicara, terdengar suara langkah kaki di depan pintu ruang bunga.Detik berikutnya, gagang pintu mulai bergerak, jantung Rhea juga berdebar dengan kencang.Setelah mencoba untuk membuka pintu, tetapi pintu tak kunj
Rhea tertegun sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata dengan tenang, "Nona Jeni, mungkin aku nggak bisa membantumu. Aku sama sekali nggak dekat dengan Pak Arieson.""Kalian adalah satu keluarga, bagaimana mungkin nggak dekat? Nona Rhea, kamu nggak ingin membantuku, 'kan?"Sorot mata menyelidik terlihat di mata Jeni. Sebelumnya, saat makan malam di Kediaman Keluarga Thamnin, dia merasa sorot mata Arieson terhadap Rhea agak aneh.Setelah pulang ke rumah dan berpikir cukup lama, dia tetap merasa ada yang aneh. Usai menyelidiki Rhea sejenak, dia mendapati sekarang Rhea bekerja di Perusahaan Teknologi Hongdam. Karena itulah, dia berencana datang untuk menguji sikap Rhea terhadap Arieson.Rhea mengalihkan pandangannya ke arah Jeni dan berkata, "Nona Jeni, bukannya aku nggak mau membantumu, tapi aku benar-benar nggak dekat dengan Pak Arieson. Masih ada pekerjaan di laboratorium yang belum kuselesaikan, aku pergi dulu."Selesai berbicara, Rhea langsung bangkit, lalu berbali
Sambil menyalakan mesin mobil, Jerico berkata, "Baguslah kalau kamu menyukainya. Ke depannya, aku menjemputmu pulang kerja setiap hari, ya?""Nggak perlu repot-repot, aku juga sudah membeli sebuah skuter. Lagi pula, kamu juga sangat sibuk bekerja."Melihat ekspresi acuh tak acuh Rhea, Jerico hanya bisa mengikuti keinginan wanita itu.Walaupun sekarang Rhea sudah pindah kembali, tetapi dia selalu merasa sepertinya wanita itu sudah makin menjauh darinya.Dia sangat tidak menyukai sensasi seperti ini, tetapi dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya agar hubungan mereka bisa seperti dulu lagi.Suasana di dalam mobil hening. Rhea mengalihkan pandangannya ke luar jendela, tidak tahu sedang memikirkan apa.Dulu, saat mereka sedang berduaan saja, Rhea selalu memiliki topik pembicaraan yang tiada habisnya, tetapi kini wanita itu bahkan tidak berinisiatif untuk mencari topik pembicaraan lagi.Jerico menghela napas dalam hati. 'Hanya bisa pelan-pelan saja,' pikirnya.Saat mendekati vila, ponsel
"Makan sarapan."Suaranya terdengar agak dingin, sangat jelas dia marah karena sikap Rhea yang dingin padanya."Sekarang aku nggak selera makan, nanti saja aku makan. Kamu kembali bekerja saja."Amarah yang sedari tadi Jerico tahan, tidak bisa ditahannya lagi. Dia menatap Rhea dengan tatapan dingin dan berkata dengan nada bicara mempertanyakan, "Kamu nggak bisa makan, atau nggak selera makan karena melihatku?"Rhea mengerutkan keningnya dan berkata, "Aku nggak bermaksud seperti itu.""Kulihat kamu memang bermaksud seperti itu. Tadi malam Nenek memanggilmu ke kediaman lama, mengapa kamu berbohong padaku dengan bilang ada acara makan dengan rekan kerja?"Kalau bukan karena dia menyadari ada yang tidak beres dan menelepon Weni, mungkin hingga sekarang dia masih tidak tahu Rhea telah membohonginya.Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata dengan ekspresi tenang, "Aku takut kamu khawatir."Jerico mencibir dan berkata, "Rhea, jangan menganggapku seperti orang bodoh, sebenarnya kamu
Melihat Rhea meringkuk di sudut ruangan, matanya terpejam dengan rapat, wajahnya memerah dengan tidak normal, tubuhnya juga terus gemetaran, sorot mata Arieson langsung berubah menjadi dingin.Saat dia hendak melangkah dengan cepat ke arah wanita itu, tiba-tiba saja Jerico mendorongnya, lalu bergegas menghampiri Rhea dan langsung menggendong istrinya.Melihat Rhea dalam kondisi tak sadarkan diri, Nyonya Besar Thamnin tidak bisa menahan diri dan mengerutkan keningnya.Dia hanya ingin mengurung Rhea selama satu malam untuk memberi Rhea pelajaran. Dia tidak menyangka situasi bisa berkembang seperti ini.Api amarah menyelimuti hati Jerico, tetapi dia tidak berani melampiaskan amarahnya pada Nyonya Besar Thamnin. Dia hanya berkata dengan suara dalam, "Nenek, aku bawa Rhea ke rumah sakit dulu."Tanpa menunggu Nyonya Besar Thamnin berbicara, dia langsung melangkah pergi dengan cepat sambil menggendong Rhea.Melihat punggung Jerico yang kian menjauh, tangan di kedua sisi tubuh Arieson langsung
Begitu Tuan Besar Thamnin selesai berbicara, suasana di dalam ruang pertemuan itu berubah menjadi sangat hening. Semua orang menundukkan kepala mereka, tidak berani berbicara.Bagaimanapun juga, mereka ingin mencopot Jerico dari jabatan sebagai manajer umum, sedikit banyak pasti memiliki motif tersendiri.Setelah suasana hening cukup lama, akhirnya ada pemegang saham yang tidak tahan lagi dengan suasana tegang itu. Dia berkata, "Pak, kami hanya terlalu cemas ... bagaimanapun juga, hanya dalam waktu sepanjang pagi saja, Grup Thamnin sudah mengalami kerugian mencapai triliunan ...."Tuan Besar Thamnin mendengus dingin dan berkata, "Memangnya triliunan itu sangat banyak. Dalam waktu kurang dari satu tahun, dia bisa menghasilkannya kembali. Bagi siapa pun yang ingin menduduki posisi sebagai manajer umum, tunjukkan pencapaian sendiri!"Selesai berbicara, tanpa memedulikan reaksi para pemegang saham, Tuan Besar Thamnin langsung bangkit dan pergi.Berjalan keluar dari ruang pertemuan, dia lan
Rhea tersenyum getir, bagaimana mungkin hari ini dia masih bisa pulang?"Nggak perlu. Lokasi pertemuan lebih dekat dengan rumah Weni. Malam ini aku akan menginap di tempatnya."Orang di ujung telepon hening sejenak. Beberapa saat kemudian, terdengar suara rendah dan dalam Jerico. "Rhea, apa kamu masih marah padaku karena kejadian tadi malam?""Nggak, hanya saja aku juga sudah sangat lama nggak mengobrol bersama Weni. Jadi, malam ini aku berencana untuk menginap di tempatnya."Orang di ujung telepon kembali terdiam cukup lama. Pada akhirnya, Jerico berkata, "Baiklah kalau begitu. Kalau ada apa-apa, telepon aku, ya.""Oke, aku mengerti."Setelah memutus panggilan telepon, tiba-tiba muncul pemberitahuan di layar ponsel Rhea, menunjukkan bahwa baterai ponselnya hanya tersisa dua puluh persen, harus segera diisi daya.Rhea mengerutkan keningnya. Saat inilah dia baru teringat, tadi malam sepulang ke rumah dan selesai mandi, dia langsung tidur. Hari ini dia terlalu sibuk bekerja, tidak punya
Sepulang kerja, Rhea naik taksi ke kediaman lama Keluarga Thamnin.Begitu pelayan membawanya masuk ke ruang tamu, Nyonya Besar Thamnin langsung berkata dengan dingin, "Berlutut!"Rhea menghentikan langkah kakinya, menatap Nyonya Besar Thamnin dengan ekspresi datar."Nenek, kesalahan apa yang sudah kulakukan sampai harus berlutut?"Siska yang duduk di samping Nyonya Besar Thamnin, mencibir. Nada bicara menyindir terdengar jelas dalam ucapannya."Bisa-bisanya kamu menanyakan kesalahan apa yang telah kamu lakukan?! Mengapa semalam kamu memaksa Nona Maudi untuk berlutut di hadapanmu di depan begitu banyak orang? Coba kamu pikirkan sendiri, apa identitasmu dan apa identitas Nona Maudi.""Pagi hari ini, Perusahaan Farmasi Haion dan Grup Tessa sudah membatalkan kerja sama dengan Grup Thamnin, menyebabkan Grup Thamnin kehilangan triliunan. Para pemegang saham lainnya sangat nggak puas pada Jerico, mengadakan rapat dewan direksi, bersiap untuk menurunkannya dari posisi manajer umum. Dasar pemba
"Kalau aku sudah nggak mencintaimu lagi, apa kamu bersedia untuk melepaskanku?"Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi dingin. "Nggak.""Kalau begitu, apa artinya kamu menanyakan hal itu? Lagi pula, bukankah kamu yang menggunakan ayahku untuk mengancamku pindah kembali?"Menatap sorot mata tenang Rhea, Jerico tertawa seperti sedang mengejek dirinya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara lagi.Memang benar, dia yang memaksa wanita itu untuk kembali.Lagi pula, sejak hari dia berselingkuh, seharusnya dia sudah bisa menduga akan ada hari ini. Hanya saja, dia terlalu percaya diri. Dia mengira Rhea mencintainya, saking mencintainya wanita itu bersedia untuk memaafkannya.Tidak ada yang berbicara lagi, suasana di antara mereka hening. Tak lama kemudian, sopir sudah melajukan mobil kemari."Naiklah."Rhea menundukkan kepalanya dan melirik ponselnya sekilas. Karena belum menemukan pengemudi, dia pun memutuskan untuk membatalkannya.Sepanjang perjalanan pulang, mereka be
Kilatan sedingin es melintasi mata Andre. Jadi, Maudi sudah dimanfaatkan oleh Jeni?Walaupun dia tidak menyetujui tindakan Maudi, tetapi bagaimanapun juga, wanita itu melakukan hal seperti itu demi dirinya."Kelak jangan melakukan hal seperti ini lagi. Gaya bertindak Arieson sangat aneh, dia menghadapi siapa saja tanpa pandang bulu. Kalau melawannya, hanya akan rugi."Melihat Andre memasang ekspresi muram, Maudi menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Andre ... jelas-jelas hari ini Nona Rhea sama sekali nggak terluka. Selama aku meminta maaf, masalah ini sudah bisa dianggap selesai ....""Tapi, Nona Rhea malah nggak bersedia melepaskanku. Mungkinkah karena ... Nona Weni?"Andre menyipitkan matanya, lalu berkata dengan dingin, "Maksudmu, dia sedang membantu Weni melampiaskan kekesalan?""Selain kemungkinan ini, aku nggak bisa memikirkan alasan lain mengapa dia enggan melepaskanku."Rhea dan Weni adalah teman baik, ditambah lagi Weni salah paham mengenai hubungannya den
Dimaki oleh Arieson seperti itu, tangan di kedua sisi tubuh Jerico pun terkepal erat. Kilatan amarah melintas di matanya."Paman, Rhea adalah istriku, kamu nggak berhak atur-atur aku!"Arieson mencibir dan berkata, "Bahkan Andre saja masih tahu untuk maju melindungi Maudi. Sedangkan kamu? Kamu nggak hanya sudah berselingkuh, juga seorang pengecut. Aku benar-benar nggak mengerti bagaimana Keluarga Thamnin bisa punya keturunan sepertimu."Jerico menggertakkan giginya, lalu berkata dengan dingin, "Paling nggak, aku nggak mengincar istri orang lain.""Oh, begitu, ya? Percaya atau nggak, aku bisa membuat kalian bercerai besok."Dia tidak bertindak sesuai keinginannya hanya karena ingin menghormati Rhea. Dia ingin menunggu wanita itu memikirkan segala sesuatu dengan jelas, saat itulah dia akan membantu wanita itu.Ekspresi tajam terlihat menghiasi wajah Jerico. Tentu saja dia tahu Arieson memiliki kemampuan ini. Biarpun pamannya itu ingin langsung merebut Rhea dari sisinya saat ini, dia juga
Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg