Usia gadis muda itu di antara Ethan dan Olivia, tiga belas tahun. Namanya Charlotte Foster. Dia adik kelas Ethan. Charlotte cantik dan sombong. Tapi demi Ethan, dia berkata rela merendahkan diri dan bersedia menikahi remaja lelaki itu kelak. Ada pun soal status sosial Ethan yang sepengetahuannya lebih rendah dari keluarganya, dia tidak peduli.Menghindari gadis yang dibutakan cinta lebih sulit dari pada melepaskan diri dari para gadis pengejar uang. Ethan selalu kewalahan jika bertemu Charlotte. Dia ingin pergi ke ujung dunia mana pun yang bisa di datanginya saat ini demi menghindari gadis ini.Dalam keterkejutannya, Ethan tidak membalas sapaan Charlotte.“Ethan, kau bilang, kau tidak suka berjalan-jalan.” Charlotte pernah mengajak Ethan ke mall. Dia bermaksud membelikan remaja ini sesuatu. Charlotte pikir, Ethan tidak suka ke mall karena ingin berhemat. Sekolah mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Mungkin Ethan tidak ingin mengeluarkan lebih banyak uang untuk hal yang tidak
Tiga orang segera mengikuti Willa dari belakang. Charlotte sebisa mungkin menjajari langkah Ethan. Tapi remaja itu mempercepat langkahnya hingga Charlotte kesulitan mengimbanginya.Toko yang mereka masuki kali ini hanya menjual satu merek terkenal. Tapi itu meliputi semua kebutuhan fashion. Ukuran tokonya pun lebih luas dari toko pertama. Untungnya pelayanan di sini lebih ramah. Seorang pelayan yang menyambut kedatangan mereka menanyakan keperluan mereka dan menunjukkan tempat yang memajang beberapa gaun. Olivia yang terlihat paling senang. Dia berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, meletakkan gaun di depan tubuhnya dan melihat pada cermin. Dia juga memilihkan beberapa pakaian untuk Willa dan mendorong gadis itu ke dalam kamar pas. Sementara itu dia sendiri masuk ke kamar pas lainnya dengan setumpuk baju yang dipilihnya dengan acak.Ethan duduk di sebuah sofa dengan malas. Waktu Charlotte bermaksud mendekati dan mengajaknya bicara, dia segera memasang headset dan memblokir d
Charlotte melangkah ke arah meja kasir dengan wajah masam. Dia memberikan dua kartunya sekaligus pada gadis di belakang meja. Kartu digesek, password dimasukkan. Seperti dugaannya, limit kartu tidak mencukupi.“Nona, apa kau punya kartu lainnya?” Kasir bertanya dengan sopan. Meski menyadari bahwa akan terjadi masalah dalam transaksi ini, dia tidak lantas mengubah ekspresi ramahnya. Beberapa kali pernah juga terjadi pelanggan yang berlebihan dalam belanja dan tidak menyadari bahwa limit pembayaran kartunya tidak mencukupi untuk digunakan. Tapi selalu akan ada solusi dalam setiap masalah. Dia sudah cukup mahir menanganinya.Charlotte menggeleng dengan gugup sambil menggigit bibirnya. Ini salahnya karena telah dengan percaya diri menawarkan untuk membayar semua barang yang dibeli.“Kalau begitu Nona bisa membatalkan pembelian beberapa barang.” Sang kasir memberi jalan keluar.Itu benar. Tapi bagaimana mengatakannya pada Olivia dan Willa bahwa mereka harus membatalkan pembelian beberapa b
“Apa rencana Anda?” Daniel mencoba mencari tahu apa yang dipikirkan pria ini tentang puterinya. Dia merasa sedikit ngeri saat melihat senyum di wajah Joseph Morgan.“Bukankah kau bilang bahwa yang terjadi pada puterimu nanti sudah tidak ada hubungannya dengan kalian lagi. Kenapa kau terlihat mengkhawatirkannya?” Joseph menyeringai kini. Dia memandang rendah Daniel Anderson dan merasa sedikit puas melihat bayangan panik di matanya. “Bukan begitu. Aku hanya sedikit penasaran.” Daniel berusaha membela diri. Lalu ujarnya, “Aku tidak ingin membicarakan gadis itu lagi. Jadi, apa kau setuju dengan penawaran ini?”Joseph terlihat berpikir sebentar. “Berapa yang harus kuinvestasikan di sini?”Raut muka Daniel menjadi lebih cerah. Rachel memang pintar dengan idenya. “Sepuluh juta dollar. Hanya sepuluh juta.”Itu sedikit lebih banyak dari yang sebenarnya mereka butuhkan. Tapi siapa tahu Joseph ingin menawar.Wajah Joseph terlihat datar. Sepertinya jumlah sebesar itu tidak berpengaruh banyak bag
Ketika Aaron Harris kembali ke Lakeside, Olivia dan Ethan tidak diberitahu. Ethan sedang duduk di kursi di balkon kamarnya. Sementara Olivia dan Willa menggeledah isi kamarnya dengan tuduhan yang tidak masuk akal, Ethan menerima beberapa surat cinta dari banyak gadis dan menyembunyikannya dari Olivia dan ayah mereka.Ide itu datang dari Willa yang mendapat titipan surat bersampul merah muda dari Charlotte. Meski terasa konyol di jaman secanggih sekarang, itu memang terlihat sangat manis. Apa bagusnya mengungkapkan rasa suka lewat aplikasi perpesanan atau email? Meski waktu telah berubah banyak, anak itu masih bisa merasakan perbedaan besar antara menulis sendiri di atas kertas dan mengetikkan kata-kata di layar ponsel. Jika seorang gadis sekelas Charlotte menjadi begitu bodoh karena cintanya pada Ethan, adalah sangat mungkin ada gadis-gadis lain yang sama bodohnya. Ethan mewarisi ketampanan ayahnya. Beberapa sifat dan gerak-geriknya juga memiliki beberapa kemiripan. Jika mereka sed
Olivia dan Willa saling pandang saat mendengar perkataan Ethan. Masalahnya, bukan mereka kenal atau tidak. Tapi kata ‘wanita cantik’ itu membuat mereka berdua penasaran.“Ayo pergi ke bawah dan lihat!” ujar Willa. Mereka berdua bahkan lebih dulu sampai ke ruang tamu dibanding Ethan. Itu bertepatan dengan masuknya Aaron Harris dan seorang wanita yang mengikuti di belakang. Ada juga dua pelayan yang membantu membawakan barang.Ketika jarak mereka tinggal tiga meter lagi, dua kelompok kecil itu berhenti. Ada ketegangan yang aneh yang memenuhi udara sekitar. Aaron juga merasakannya. Dia bisa menduganya sejak dari Astoria bahwa ini akan terjadi. Tapi dia tidak berharap bau mesiunya sepekat ini.Willa dan Olivia segera mengenali Hannah. Mereka tidak mengira akan bertemu secepat ini dengannya. Terlebih lagi, mereka belum punya rencana untuk menghadapi Hannah. Wanita ini sahabat ibu Olivia, Isabella. Entah kenapa Olivia sudah tidak menyukainya sejak pertama kali melihatnya saat video call.
Merasa situasinya tidak tepat, Hannah mengurungkan niatnya menemui Aaron. Dia akhirnya pergi ke balkon di ujung koridor dan malah bertemu Willa Anderson di sana. Gadis itu sedang menerima sebuah panggilan. Wajahnya terlihat tidak senang.“Tuan Morgan, kau salah memilih target. Seandainya kau membuat keluarga Anderson menjadi abu, aku juga tidak peduli. Apa kau belum mendengarnya? Aku sudah pergi dari rumah itu sejak kakakku mulai bermain-main denganmu.”Gadis itu mendengarkan sebentar lawan bicaranya.“Aku cemburu? Apa kau tidak punya cermin di rumahmu?” Willa tertawa penuh ejekan.Hannah mendengar beberapa potong kalimat itu sambil mencoba menebak yang tengah terjadi di sini? Siapa tuan Morgan ini? Tampaknya Willa Anderson memiliki hubungan yang buruk dengan orang ini.Di apartemen mewah miliknya, Joseph Morgan hampir membanting ponselnya. Willa Anderson memiliki mulut yang tajam. Tadi dia mencoba mengancam gadis itu dengan investasi yang mungkin batal diberikan pada keluarga Anders
Olivia mengangkat pandangan dari piring di depannya. Setelahnya dia menoleh pada Willa. Ucapan gadis itu langsung membuat ekspresi suramnya berubah. Senyumnya langsung terkembang.“Mommy, kau benar. Aku akan pergi dan mengenalkanmu pada ibu.” Nada riangnya mengejutkan semua yang hadir.Aaron tidak bisa berkata-kata. Dia senang jika akhirnya Olivia berhenti merajuk dan menyalahkannya. Tapi ide mengenalkan calon isteri ayahnya pada sang ibu membuatnya tidak nyaman. Di sisi lain meja, Hannah menyaksikan dua gadis muda itu saling berpegangan tangan dan mengoceh riang tentang segala hal yang menurutnya hanya omong kosong. Dia melirik pada Aaron, lelaki itu tidak berusaha membantah ucapan Olivia atau pun Willa. Tampaknya, asalkan puterinya bahagia, dia rela menanggung segalanya.Dalam hatinya, Hannah merasa makin cemas. Willa Anderson telah mengambil hati puteri Aaron, Hannah telah ketinggalan beberapa langkah.Besoknya adalah hari libur. Pagi sekali, semua orang telah berada di pemakaman.
“Tuan Turner, aku tidak tahu apa yang ingin kau katakan lagi. Tapi aku akan memberimu kesempatan. Waktumu cuma lima menit. Aku sedang terburu-buru.” Willa berkata dengan nada dingin. “Nona Anderson, bukankah akan lebih leluasa bila kita berbicara di sebuah tempat yang lebih nyaman. Aku tahu sebuah kafe yang tidak terlalu jauh dari sini—““Tinggal empat setengah menit lagi.” Willa melihat ke layar ponsel di tangannya.Pria di depan sana langsung menjadi lebih serius.“Baiklah. Karena hanya ada kita berdua di sini, kau bisa bicara terus terang. Tak ada yang perlu kau khawatirkan. Katakan saja masalahnya, aku akan dengan senang hati membantumu mengatasinya.” Matthew langsung mengatakan maksudnya.Alis halus Willa mengernyit. “Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.”“Aaron Harris. Dia pasti telah menekanmu dan memaksamu berada di sisinya. Bukankah saat ini perusahaan keluargamu sedang bermasalah? Apa kau memiliki kesepakatan dengannya?” Matthew telah menyelidiki. Perusahaan yang
Bagaimana pun, Willa masih punya sedikit perasaan segan yang tersisa. Dia melihat jika sang paman yang disukainya merasa tertekan karenanya. Jadi dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan segera pergi dari kamar Aaron. Dia tidak pergi ke kamarnya, tapi mendatangi Olivia. Gadis itu sudah menunggu dengan sangat penasaran dan ingin mendengar cerita lengkap makan malam dengan Matthew. Apa lagi wajah ayahnya saat pulang tidak terlalu bagus. Sesuatu pasti terjadi. “Tidak ada yang luar biasa. Tentu saja tuan Turner terkejut saat aku datang dengan ayahmu.” Terlepas dari kejadian tidak mengenakkan di antara dua pria, peran sebagai pacar Aaron Harris membuat jantung Willa melompat-lompat senang. Dia berharap suatu hari ini bukan lagi sebuah drama. Dia sudah memintanya, meminta Aaron Harris menjadi kekasihnya. “Apa mereka bertengkar?” Olivia tidak percaya jika makan malamnya sangat damai. “Apa yang bisa terjadi antara dua pria beradab yang saling benci? Mereka hanya bertukar kata-kata sal
“Jadi, gadis ini sedang mencoba merayu tuan Harris?” Joseph terkekeh sendiri. “Rupanya gadis ini mengenal target gemuk. Sayangnya, gadis yang semula kukira polos ternyata tak lebih dari jalang kecil.”Pria itu masih kesal soal jebakannya yang berbalik mengenainya. Belum lagi kerepotan setelahnya karena harus menghadapi pasangan suami isteri Anderson. Setidaknya dia harus memberikan kompensasi untuk dirinya sendiri. “Gadis itu memang setan kecil yang licik. Dia berusaha menarik perhatian Aaron Harris dengan mendekati putera-puteri keluarga Harris. Olivia kecil bahkan seperti telah dicuci otaknya oleh gadis itu. Entah sihir apa yang sudah dia gunakan.” Si wanita menggoyangkan gelas di tangannya sambil melamun.Joseph Morgan tertawa keras. “Nona Russel, ini jaman modern. Tidak ada sihir semacam itu. Yang ada hanya sedikit trik licik. Tuan Harris terkenal dingin saat menghadapi wanita. Kurasa nona Anderson ini cukup pintar. Tapi menurutmu, apakah tuan Harris benar-benar tidak tertarik pa
Dua pria saling tatap dalam mode terbakar. Matthew dengan pemikiran gilanya bahwa Aaron mungkin sedang memanfaatkan gadis yang menjadi buruannya. Sementara Aaron tengah berpikir bagaimana bisa lepas dari drama menjengkelkan ini. Willa Anderson akan terus merengek soal menjadikannya pacar palsu untuk menghadapi Matthew. Belum lagi puterinya, Olivia yang harus dihadapi saat pulang nanti. Pria di depannya sungguh sangat merepotkan sejak dulu.Sudut mulut Matthew terangkat membentuk senyum sinis. “Tidak perlu bersandiwara di depanku, Tuan Harris. Aku mengenalmu sudah cukup lama. Isabella mungkin bisa tertipu dengan penampilanmu, tapi aku tahu betapa menjijikkannya dirimu. Sayang, nyonya Harris sudah terlanjur masuk perangkapmu. Dia bahkan terus terjebak hingga kematiannya. Aku bahkan sangat yakin, kaulah yang sudah mengambil sendiri nyawa isterimu.”“Tuan Turner, jangan mengada-ada!” Willa tidak menyangka otak pria yang duduk di seberang meja bisa begitu sinting. Tuduhannya sangat tidak m
“Tuan Turner, maaf sudah membuatmu menunggu.” Willa Anderson menyapa Matthew Turner begitu pandangan mereka bertemu. Ada perasaan puas saat menemukan perubahan di wajah pria itu.“Tidak masalah. Aku juga baru tiba.” Matthew membuat wajahnya kembali normal dengan sebuah senyum tipis.Tapi yang terkejut di sini bukan hanya Matthew. Aaron Harris pun tidak menyangka jika pria sinting yang dimaksud Willa adalah orang ini. Mereka pernah berseteru beberapa tahun yang lalu saat isterinya masih hidup. Matthew Turner terang-terangan mengejar Isabella. Tidak berlebihan jika Willa menyebutnya pria tidak waras.Tentu saja Willa juga menyadari keterkejutan Aaron. Dia tidak bermaksud ingin mengadu domba dua pria ini. Hanya kebetulan saja dia menginginkan Aaron menjadi ‘pacarnya’. “Tuan Turner, kenalkan. Ini pacarku, Aaron.” Willa langsung mengenalkan Aaron Harris pada Matthew meski tahu bahwa keduanya sudah saling kenal. Dia berpaling pada Aaron dan berkata juga, “Sayang, ini tuan Turner yang kucer
“Ethan, bagaimana penampilanku? Apa kau menyukainya?” Willa tiba-tiba teringat dengan anak remaja itu. Ethan, seperti biasa, tidak begitu menyukai kegaduhan. Dia sedang menatap pada halaman sebuah buku tebal di pangkuannya, duduk di sebuah sofa tunggal di balkon. Willa berputar di depannya, membuat ujung gaun selututnya melambai. Ethan hanya melirik sedikit, lalu kembali pada baris-baris huruf di depannya.Gadis itu memang jadi lebih cantik hari ini. Dia tampak seperti peri yang mengambang di udara saat membuat gerakan berputar. Ethan jadi mengkhawatirkan ayahnya.Dia sudah mendengar tentang rencana makan malam itu. Entah siapa pria yang telah mengundang Willa Anderson. Tampaknya dia tidak cukup waras karena begitu percaya diri telah mengundang gadis itu dengan ‘pacarnya’ sekaligus. Apa yang akan terjadi nanti di tempat makan? Apakah akan ada sebuah keributan? Seandainya mungkin, Olivia pasti sangat ingin ikut pergi. Dia pasti akan penasaran setengah mati karena harus menunggu di rum
Alis William sedikit mengernyit. Itu bukan pertanyaan yang dia harapkan dari seorang Willa Anderson. Dan mata gadis itu, hanya ada perasaan acuh di sana. Tak ada lagi pemujaan yang ditujukan padanya. Entah kenapa, William sedikit tidak nyaman.“Kami hanya kebetulan bertemu.” William menjawab dengan nada datar. Dia sedang memikirkan kata-kata Emily sebelumnya, bahwa Willa telah pergi dengan beberapa pria berumur. Sebenarnya dia tidak mempercayainya. Tapi melihat pengabaian yang kentara oleh gadis di depannya, mau tidak mau dia jadi memikirkannya lagi.“Kami sekeluarga baik-baik saja. Willa, kuharap kau juga baik. Ini sudah beberapa hari sejak kepergian mu. Sebaiknya kau cepat pulang. Minta maaf pada ayah dan ibu. Aku yakin, mereka akan memaafkanmu. Keluarga adalah tempat pulang terbaik. Terlihat sangat buruk jika orang-orang tahu kalau kau tinggal di tempat seorang pria dewasa tanpa status hubungan yang jelas. Selain menjatuhkan harga dirimu, kau juga akan membuat malu nama keluarga An
“Willa Anderson.” Suara Aaron meninggi. “Hentikan!”Bahkan tanpa melihat wajahnya, Willa bisa merasakan kemarahan pria dalam pelukannya. Dia jadi sedikit gentar. Tapi dia cukup keras kepala untuk semakin mempererat pelukannya. Seandainya dia harus mati saat ini pun, dia merasa tidak rugi.Dulu dia begitu menjaga harga dirinya. Bahkan menyentuh tangan Michael saja, dia tidak pernah. Di kehidupan kali ini, Willa tidak ingin menahan diri lagi.“Paman, kau bunuh saja aku kalau kau tidak mau memenuhi permintaanku. Aku sudah katakan pada pria sinting itu kalau aku punya pacar. Apa yang akan terjadi kalau aku tidak dapat menunjukkan seorang pacar padanya. Aku juga tidak mungkin membawa pria lain. Orang itu sepertinya bukan pria biasa. Aku ingin memberinya pelajaran. Hanya Paman pria paling hebat di kota ini. Kurasa kau bisa membuatnya menutup mulut besarnya.” Willa menenggelamkan wajahnya pada kemeja bagian belakang Aaron. Wanginya sangat enak. Dia bahkan tidak peduli apakah Aaron akan menga
Setelah memastikan Aaron Harris sedang berada di ruang kerjanya, Willa meninggalkan kamar Olivia dan pergi ke sana. Dia mengetuk pintu tanpa ragu-ragu. Sebuah suara menyilakannya masuk.Gadis itu mendorong pintu dan melangkah masuk. Aaron Harris tidak sedang duduk di kursi kerjanya. Dia tengah memasukkan sesuatu ke sebuah laci di lemari sudut ruangan. Setelah itu dia berbalik dan menemukan Willa yang tengah memandangnya dengan terpesona. “Apa kau datang ke sini hanya untuk menontonku?” Aaron bersandar pada meja kerjanya.Gadis itu bahkan lupa menutup mulutnya. Benar-benar sangat mudah dimanfaatkan. Aaron sedikit mengkhawatirkannya.Willa segera tersadar dengan teguran itu. Tapi dia tidak tersipu. Malah berkata dengan serius. “Kalau Paman tidak keberatan, aku bersedia duduk di sini menonton sepanjang malam.”Aaron Harris seperti lukisan yang memukau. Tidak peduli apa yang dikenakan dan sedang berada di mana saja, dia adalah tokoh utamanya. Dia terlihat menonjol dibandingkan apa pun da