Olivia dan Willa saling pandang saat mendengar perkataan Ethan. Masalahnya, bukan mereka kenal atau tidak. Tapi kata ‘wanita cantik’ itu membuat mereka berdua penasaran.“Ayo pergi ke bawah dan lihat!” ujar Willa. Mereka berdua bahkan lebih dulu sampai ke ruang tamu dibanding Ethan. Itu bertepatan dengan masuknya Aaron Harris dan seorang wanita yang mengikuti di belakang. Ada juga dua pelayan yang membantu membawakan barang.Ketika jarak mereka tinggal tiga meter lagi, dua kelompok kecil itu berhenti. Ada ketegangan yang aneh yang memenuhi udara sekitar. Aaron juga merasakannya. Dia bisa menduganya sejak dari Astoria bahwa ini akan terjadi. Tapi dia tidak berharap bau mesiunya sepekat ini.Willa dan Olivia segera mengenali Hannah. Mereka tidak mengira akan bertemu secepat ini dengannya. Terlebih lagi, mereka belum punya rencana untuk menghadapi Hannah. Wanita ini sahabat ibu Olivia, Isabella. Entah kenapa Olivia sudah tidak menyukainya sejak pertama kali melihatnya saat video call.
Merasa situasinya tidak tepat, Hannah mengurungkan niatnya menemui Aaron. Dia akhirnya pergi ke balkon di ujung koridor dan malah bertemu Willa Anderson di sana. Gadis itu sedang menerima sebuah panggilan. Wajahnya terlihat tidak senang.“Tuan Morgan, kau salah memilih target. Seandainya kau membuat keluarga Anderson menjadi abu, aku juga tidak peduli. Apa kau belum mendengarnya? Aku sudah pergi dari rumah itu sejak kakakku mulai bermain-main denganmu.”Gadis itu mendengarkan sebentar lawan bicaranya.“Aku cemburu? Apa kau tidak punya cermin di rumahmu?” Willa tertawa penuh ejekan.Hannah mendengar beberapa potong kalimat itu sambil mencoba menebak yang tengah terjadi di sini? Siapa tuan Morgan ini? Tampaknya Willa Anderson memiliki hubungan yang buruk dengan orang ini.Di apartemen mewah miliknya, Joseph Morgan hampir membanting ponselnya. Willa Anderson memiliki mulut yang tajam. Tadi dia mencoba mengancam gadis itu dengan investasi yang mungkin batal diberikan pada keluarga Anders
Olivia mengangkat pandangan dari piring di depannya. Setelahnya dia menoleh pada Willa. Ucapan gadis itu langsung membuat ekspresi suramnya berubah. Senyumnya langsung terkembang.“Mommy, kau benar. Aku akan pergi dan mengenalkanmu pada ibu.” Nada riangnya mengejutkan semua yang hadir.Aaron tidak bisa berkata-kata. Dia senang jika akhirnya Olivia berhenti merajuk dan menyalahkannya. Tapi ide mengenalkan calon isteri ayahnya pada sang ibu membuatnya tidak nyaman. Di sisi lain meja, Hannah menyaksikan dua gadis muda itu saling berpegangan tangan dan mengoceh riang tentang segala hal yang menurutnya hanya omong kosong. Dia melirik pada Aaron, lelaki itu tidak berusaha membantah ucapan Olivia atau pun Willa. Tampaknya, asalkan puterinya bahagia, dia rela menanggung segalanya.Dalam hatinya, Hannah merasa makin cemas. Willa Anderson telah mengambil hati puteri Aaron, Hannah telah ketinggalan beberapa langkah.Besoknya adalah hari libur. Pagi sekali, semua orang telah berada di pemakaman.
Aaron sedikit terbatuk waktu mendengar ucapan Olivia. Puterinya ini sekarang lebih memihak Willa dibanding ayahnya sendiri. Dia bahkan menyerangnya dengan hal yang bersifat pribadi yang hanya diketahui oleh beberapa orang.Di sisi lain, Hannah hanya bisa tersenyum kecut menyaksikan interaksi ketiga orang itu. Meski dari percakapan itu terdengar tidak cocok, tapi Hannah bisa merasakan kedekatan di antara mereka.Hannah sendiri telah mengetahui hal ini sejak lama. Dia bahkan pernah menjadi sasaran kecemburuan Aaron karena sangat dekat dengan Isabella. Di pihak lain, dia juga cemburu dengan kebersamaan Aaron dan Isabella. Hanya Isabella yang memiliki hati yang jernih. Dia bahagia karena memiliki suami yang dicintainya dan sahabat yang disayangi. Untuk beberapa saat, Aaron hanya berdiri di depan makam tanpa mengatakan apa-apa. Dia teringat banyak kenangan bersama isterinya. Meski kini kepergian Isabella tidak terasa semenyakitkan dulu lagi, dia masih mengingat banyak hal dengan jelas.“A
Ada perasaan ngilu saat Hannah mendengar rahasia yang dimaksudkan Ethan. Dia mencoba terlihat tenang. “ Pembunuh? Kenapa kalian berpikir kalau Isabella meninggal karena dibunuh? Bukankah tidak ada hal-hal aneh yang ditemukan?”Hannah mendengar bahwa kematian Isabella memang terkesan aneh. Tapi tidak ditemukan kejanggalan apa pun. “Ibu tidak memiliki riwayat suatu penyakit mematikan. Dia sangat sehat.” Ethan menatap ke kejauhan. Dia masih mengingat dengan jelas hari itu. Ibunya terlihat bersemangat karena akan bertemu seorang teman. Semua tahu kalau teman yang dimaksud adalah nona Russel. Orang luar yang terakhir dijumpainya segera menjadi target kecurigaan jika saja mereka bisa menemukan sebuah bukti semacam racun di tubuh ibunya. Tapi tidak ada apa-apa. Tubuh nyonya Harris bersih layaknya orang yang sehat. “Justru karena ibu sangat sehat, kami curiga seseorang telah membunuhnya.”“Kematian bisa datang kapan saja, bukan? Meski tanpa sebuah alasan, dia tetap akan datang jika memang su
Willa jadi tertarik untuk mendengar tentang Matthew. Meski terlihat sembarangan dalam sikapnya, pria itu tampaknya bukan orang biasa. Jika Olivia saja bisa tahu tentang dia, bukankah dia cukup memiliki nama yang populer. Apalagi gadis ini memanggilnya dengan sebutan tuan Turner. Meski pun dia menyebutkannya dengan nada tidak suka. “Dia datang bersama geng Black Hand. Kupikir dia hendak membela Edward dan saudaranya. Ternyata dia orang sinting.” Willa hanya memberitahu Olivia kejadian kemarin secara singkat.“Dia memang orang sinting. Ethan bilang tuan Turner menyukai ibu. Padahal ayah dan ibu sudah menikah saat itu. Bukankah itu gila?” Olivia teringat cerita Ethan suatu ketika. Saat itu dia masih terlalu kecil untuk mengerti tentang urusan orang dewasa.“Benarkah? Dasar pria tidak tahu malu. Dan sekarang dia berusaha merayuku—“ “Eh, dia merayu Mommy? Apa dia tahu hubunganmu dengan ayah?” Olivia pikir ini sebuah pengulangan. Matthew Turner kembali berusaha merebut milik ayahnya. Dia
Setelah memastikan Aaron Harris sedang berada di ruang kerjanya, Willa meninggalkan kamar Olivia dan pergi ke sana. Dia mengetuk pintu tanpa ragu-ragu. Sebuah suara menyilakannya masuk.Gadis itu mendorong pintu dan melangkah masuk. Aaron Harris tidak sedang duduk di kursi kerjanya. Dia tengah memasukkan sesuatu ke sebuah laci di lemari sudut ruangan. Setelah itu dia berbalik dan menemukan Willa yang tengah memandangnya dengan terpesona. “Apa kau datang ke sini hanya untuk menontonku?” Aaron bersandar pada meja kerjanya.Gadis itu bahkan lupa menutup mulutnya. Benar-benar sangat mudah dimanfaatkan. Aaron sedikit mengkhawatirkannya.Willa segera tersadar dengan teguran itu. Tapi dia tidak tersipu. Malah berkata dengan serius. “Kalau Paman tidak keberatan, aku bersedia duduk di sini menonton sepanjang malam.”Aaron Harris seperti lukisan yang memukau. Tidak peduli apa yang dikenakan dan sedang berada di mana saja, dia adalah tokoh utamanya. Dia terlihat menonjol dibandingkan apa pun da
“Willa Anderson.” Suara Aaron meninggi. “Hentikan!”Bahkan tanpa melihat wajahnya, Willa bisa merasakan kemarahan pria dalam pelukannya. Dia jadi sedikit gentar. Tapi dia cukup keras kepala untuk semakin mempererat pelukannya. Seandainya dia harus mati saat ini pun, dia merasa tidak rugi.Dulu dia begitu menjaga harga dirinya. Bahkan menyentuh tangan Michael saja, dia tidak pernah. Di kehidupan kali ini, Willa tidak ingin menahan diri lagi.“Paman, kau bunuh saja aku kalau kau tidak mau memenuhi permintaanku. Aku sudah katakan pada pria sinting itu kalau aku punya pacar. Apa yang akan terjadi kalau aku tidak dapat menunjukkan seorang pacar padanya. Aku juga tidak mungkin membawa pria lain. Orang itu sepertinya bukan pria biasa. Aku ingin memberinya pelajaran. Hanya Paman pria paling hebat di kota ini. Kurasa kau bisa membuatnya menutup mulut besarnya.” Willa menenggelamkan wajahnya pada kemeja bagian belakang Aaron. Wanginya sangat enak. Dia bahkan tidak peduli apakah Aaron akan menga
Mereka telah dipersilakan masuk dan menunggu di ruang tamu. Minuman dan beberapa camilan telah disajikan, tapi Aaron masih saja belum kelihatan. Dia belum pulang dari perusahaan. Tapi itu memang wajar. Menunggu bintang keberuntungan bukan masalah. Jadi mereka dengan bersemangat mulai menunggu.Nyonya Thompson memandang sekeliling dengan antusias. Dia telah mengagumi bangunan mewah ini dalam beberapa kali kunjungan yang jarang. Membayangkan dia bisa dengan bebas keluar masuk tempat ini suatu saat sungguh membuat perasaannya mengembang seperti balon udara. Itu akan luar biasa!Ethan dan Aaron tahu bahwa sedang ada tamu yang menunggu ayahnya di bawah. Tapi mereka tidak berniat untuk menemui keluarga Thompson. Itu merupakan urusan ayahnya. Lagi pula, mereka tidak cukup dekat hingga harus pergi untuk menyapa.Keluarga Thompson telah menunggu selama lebih dari satu jam. William yang awalnya sudah enggan ikut pergi, kini wajahnya semakin muram. Dia terus mengece
Olivia di tempat duduknya merasa tidak perlu berpikir saat menjawab. “Itu kakek dan nenek saat menikah.”Selain foto pernikahan orangtuanya, hanya ada foto pernikahan kakek neneknya. Tidak ada yang lain lagi.Meski sudah memiliki tebakan dan ternyata benar, tetap saja Willa merasakan sebuah kejutan. Rasanya antara ingin menangis dan tertawa.Ini konyol sekali. Dulu dia jatuh cinta pada Michael. Di kehidupan barunya, cintanya berlanjut pada generasi berikutnya dari Michael.“Astaga.” Willa bergumam pelan sembari menggelengkan kepala. Dia merasa dikutuk oleh Michael. Entah apa kesalahannya di awal penciptaannya di masa lalu. Adakah dia sudah membunuh makhluk satu galaksi?“Mommy, ada apa?” Olivia mengamati ekspresi Willa yang berubah-ubah.“Tidak. Aku cuma merasa kalau kakek kalian juga sangat tampan. Kalau saja aku hidup satu generasi dengannya, mungkin aku juga akan jatuh cinta padanya.” Willa tertawa pelan. Dia melirik Aaron. Pria itu entah kenapa sepertinya terlihat tidak senang.“T
“Paman.” Sekali lagi Willa menegur. Dari ekspresi Aaron, dia yakin, ayah Olivia ini tahu sesuatu tentang Omega. Willa menjadi sedikit gugup. Di kehidupan barunya ini, mendengar lagi tentang Omega membuatnya merindukan banyak orang.Bagaimana keadaan ayah ibu dan kakak laki-lakinya? Telah lima puluh tahun lewat, jika cukup beruntung, mungkin kakaknya masih hidup. Walau mungkin saat ini dia akan berusia tujuh puluh tahun lebih. Sementara ayah dan ibunya, besar kemungkinan mereka sudah tiada.DI mana mereka di makamkan? Di mana juga makamnya sendiri?Perasaan Willa jadi campur aduk.“Aku akan menyelidikinya.” Aaron berkata dengan kepala dipenuhi pemikiran. Dia tidak boleh mempercayai sepenuhnya sebuah penglihatan seperti ini. Apa lagi Hannah selama ini merupakan wanita yang cukup dipercaya olehnya.“Apa kau pernah mendengar tentang Omega?” Willa penasaran dengan hal ini.“Itu semacam organisasi rahasia.” Aaron mengatakannya sambil lalu. Willa mengangguk mendengar jawaban itu. Dia sudah
Aaron baru saja selesai berganti pakaian waktu dia mendengar ketukan di pintu kamarnya. Suara lembut yang memanggilnya membuat bulu halus di sekujur tubuhnya berdiri tegak. Dia segera meningkatkan kewaspadaannya.Bisa saja dia pura-pura tidur atau mengabaikan ketukan pintu Willa Anderson. Tapi Aaron tahu itu akan percuma saja. Gadis Anderson ini adalah tipe orang yang gigih dan pantang menyerah. Jadi, dengan perasaan was-was Aaron membuka pintu kamarnya.Tidak ada yang aneh dari penampilan gadis yang berdiri di depan pintu. Selain baju tidur yang kelihatannya masih baru, dia hanya menggelung rambutnya secara acak dan tersenyum manis seperti biasanya. Tetap saja pemandangan itu membuat Aaron mengumpat di dalam hatinya. Willa Anderson menjadi makin menarik setiap harinya, terlepas dari disengaja atau tidak pada penampilannya.Ini sudah cukup larut untuk mengetuk pintu seorang pria. Aaron menelan ludahnya, merasa curiga.“Paman,” tegur Willa pelan. “Aku ingin bicara sebentar. Ada hal pe
Hannah Russel! Wanita itu adalah Hannah Russel. Willa segera merasa ada yang tidak beres. Begitu Hannah pergi, Willa melihat sekeliling kamar dan memiliki sebuah tebakan. Jika tidak salah, dia sedang berada di kediaman Harris. Dan dilihat dari ukuran tempat tidur dan beberapa foto dan perabot lainnya, kamar ini adalah kamar tidur utama. Ini kamar tidur orangtua Olivia dan Ethan. Kamar tidur Aaron dan Isabella. Dia segera pergi memeriksa teko air. Isinya tampak jernih. Apa pun yang dimasukkan ke dalamnya tidak akan mempengaruhi warna dan rasanya. Willa membuka tutup teko dan menunduk untuk membaui isinya. Sebagai bagian dari pelatihan di pulau, dia telah belajar beberapa hal termasuk segala sesuatu tentang racun. Yang membuatnya terkejut adalah bahwa sesuatu yang dimasukkan ke dalam sini adalah jenis racun yang pernah dikembangkan oleh organisasi tapi kemudian dimusnahkan karena beberapa alasan. Racun Diam! Racun ini saat masuk ke dalam tubuh korban dan membuat jantung ber
Willa memandang Olivia sesaat, lalu akhirnya tertawa geli.“Paman, terima kasih atas ucapan selamatnya. Apa kau tidak ingin memberiku sesuatu juga?” Willa memikirkan banyak hal yang kemungkinan bisa dia dapatkan.“Tidak. Ini terlalu mendadak,” jawab Aaron cepat tanpa menghiraukan perasaan kecewa Willa. Dia memanggil kepala pelayan untuk mengiris kue ulang tahunnya.“Biar aku. Aku bisa melakukannya.” Willa merebut pisau di tangan Aaron dan menggeser nampan berisi kue. Lalu memotongnya dalam ukuran kecil, meletakkannya di piring. Dia mengambil sedikit dengan sendok dan mendekati Aaron.“Paman, suapan pertama untukmu.” Willa mengarahkan sendok ke mulut pria itu.Aaron melirik pada gadis itu sekilas dan terpaksa membuka mulut. Dia tidak ingin berdebat lagi. Willa sangat bahagia melihat Aaron makan kue yang disuapkannya dengan patuh.“Yang kedua adalah untukku.” Lalu Willa mengambil sedikit kue lagi dengan sendok yang tadi dan menyuap untuk dirinya sendiri. Sebenarnya dia ingin Aaron ya
“Aku tahu.” Willa kembali memberikan jawaban yang membuat semua pendengarnya heran.“Jadi, Mommy, kau akan membuat kejutan ulang tahun untuk ayah meski tanggalnya sudah lewat?” Olivia bertanya hati-hati.“Kenapa? Tidak boleh?” Willa membuka penutup kotak kue, memeriksa isinya sebentar.Olivia ikut melongok dan terperangah. Benar-benar kue ulang tahun. Dan karakter hiasannya sungguh tidak cocok untuk diberikan pada seorang pria dewasa. Olivia cukup mengerti tentang itu. Bukankah aneh jika ayahnya yang keren menerima kue dengan hiasan kuda poni?“Mommu, anu... Itu... bukankah kuda poni tidak cocok untuk karakter seorang pria seperti ayah?” Olivia menegur dengan perasaan bersalah. Meski pun waktunya tidak tepat, dia juga tidak ingin kejutan ini mengecewakan ayahnya atau Willa.“Tidak masalah.” Willa melambaikan tangannya di udara. “Paman tidak akan terlalu memperhatikan kuenya.” Oliva merasa tidak berdaya. “Mommy, setidaknya kau bisa memberitahuku jika ingin memberi kejutan.”Willa tert
“Oh, aku bisa mengenalkan kalian.” Angela mengatakannya dengan mata berbinar. Dia berjalan ke arah Matthew dan memeluk lengan pria itu. “Willa, ini pamanku, Matthew Turner. Dia tidak saja tampan, tapi juga kaya. Aku yakin kalian akan menjadi pasangan yang serasi. Jangan khawatir dia akan mempermainkanmu. Aku akan memberitahu kakek agar menghukumnya. Aku juga bisa mengenalkanmu pada kakek dan keluarga besar kami. Mereka pasti akan menyukaimu. Oh, rasanya aku tidak sabar lagi memanggilmu bibi.”Seperti ada sebuah kekuatan baru yang mendorong Matthew ke udara. Semangat yang sempat memudar kini tiba-tiba menyala. Dia setuju dengan ide keponakannya. Alangkah manisnya jika keponakan kecilnya memanggil Willa Anderson sebagai bibi.Di sisi lain, Willa mengusap pelipisnya. Dia tidak mengira jika gadis cerewet ini adalah keponakan si pria sinting. Tampaknya dia harus menghindari Angela jika bertemu jalan di lain hari.“Nona Anderson, jika kau meragukanku, kau bisa mempercayai kata-kata Angela.
“Tuan Turner, aku tidak tahu apa yang ingin kau katakan lagi. Tapi aku akan memberimu kesempatan. Waktumu cuma lima menit. Aku sedang terburu-buru.” Willa berkata dengan nada dingin. “Nona Anderson, bukankah akan lebih leluasa bila kita berbicara di sebuah tempat yang lebih nyaman. Aku tahu sebuah kafe yang tidak terlalu jauh dari sini—““Tinggal empat setengah menit lagi.” Willa melihat ke layar ponsel di tangannya.Pria di depan sana langsung menjadi lebih serius.“Baiklah. Karena hanya ada kita berdua di sini, kau bisa bicara terus terang. Tak ada yang perlu kau khawatirkan. Katakan saja masalahnya, aku akan dengan senang hati membantumu mengatasinya.” Matthew langsung mengatakan maksudnya.Alis halus Willa mengernyit. “Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.”“Aaron Harris. Dia pasti telah menekanmu dan memaksamu berada di sisinya. Bukankah saat ini perusahaan keluargamu sedang bermasalah? Apa kau memiliki kesepakatan dengannya?” Matthew telah menyelidiki. Perusahaan yang