Viola ingin membangkang lagi, tetapi setelah Kayla sampai di hadapannya, dia pun menyerah. Wanita di sampingnya duluan berbicara, dia adalah pelayan di kafe itu."Kukatakan, kukatakan! Nona Kayla ...."Dia ingin bergegas ke arah Kayla, tetapi seorang pengawal langsung mendorongnya kembali ke posisi semula."Saat itu, aku mengirimkan audio itu ke temanku, lalu ...." Dia menunjuk Viola dengan galak. "Lalu, dia mencariku. Dia memaksaku untuk menjual rekaman kamera pengawas kepadanya. Katanya dia adalah adikmu dan rekaman itu akan merusak reputasimu. Kukira dia jujur, jadi kujual rekaman itu padanya. Tapi tak disangka dia begitu licik dan menyebarkan rekaman itu ke media sosial!"Pengakuan ini tidak sepenuhnya nyata, tetapi Viola tidak membantah. Dia mengangkat kepalanya sambil memandang Kayla dengan arogan. "Memangnya kenapa kalau aku yang menyebarkannya ke media sosial? Kayla, bukannya itu fakta? Aku hanya menyebarkan audio, kalau bukan karena aku menyebarkan fotomu dengan Pak Theo, kamu
Bibir Theo berubah menjadi satu garis lurus. Dia menatap Kayla dengan dingin sambil berkata dengan tenang, "Kamu penasaran?""Aku ...." Ekspresi Kayla tiba-tiba berubah. Dia mengulurkan tangannya untuk memegang pegangan di atas sambil berteriak dengan panik, "Theo, lihat jalan. Jangan melihatku, kamu sedang mengemudi. Cepat alihkan pandanganmu!"Suaranya sangat keras.Meskipun jalanan ini tidak ramai, tetap ada mobil. Theo bukannya lihat jalan, malah lihat Kayla. Selain itu, Theo juga tidak memperlambat laju mobil dan hampir menabrak mobil di depan.Kayla tiba-tiba menutup matanya sambil berteriak, "Ah ... tabrakan!""Cit ...." Terdengar bunyi rem yang kuat. Namun, tidak sesuai dengan dugaan Kayla. Selain rasa nyeri di bahu yang diakibatkan oleh rem mendadak, Kayla tidak merasakan rasa sakit lainnya.Kayla membuka matanya. Jarak kap mobil Bentley yang mereka tumpangi dengan mobil di depan hanya belasan sentimeter.Kalau terlambat menginjak pedal rem ....Dia emosi hingga suaranya menja
Evi memegang dadanya sambil berdiri. Dia merasa tekanan yang dirasakan hari ini lebih besar dari tekanan yang dirasakan selama sepuluh tahun ini. Dia tidak mempunyai nafsu makan lagi. Melihatnya berdiri, Kayla hendak memapahnya, tetapi dia segera menolak. "Biarkan aku menenangkan diri. Makanlah sebelum pergi. Jantungku nggak seharusnya merasakan pukulan seperti ini."Dia melambai ke arah Warni sambil berkata, "Serahkan kartu undangan kepada mereka."Setelah mengambil undangan pesta pertunangan dari meja di ruang tamu dan menyerahkannya kepada Kayla, Warni kembali ke dapur. Karena Theo adalah majikan dan keduanya akan segera bercerai, seharusnya undangan diserahkan kepada Theo. Namun, Theo hanya duduk diam, seolah-olah hal ini tidak ada hubungannya dengan dia.Kayla membuka undangan itu. Ketika melihat nama pengantin wanita, dia pun mengerutkan keningnya.Ternyata pengantin wanita adalah teman kuliah yang satu jurusan dengannya.Mata Theo tertuju pada wajahnya. Melihat ekspresinya, Theo
Suami Elsy adalah anak kedua dari Keluarga Hosana. Meskipun Keluarga Hosana bukan keluarga konglomerat, mereka termasuk keluarga kaya. Bagaimana mungkin pengantin pria membiarkan Elsy dipermalukan orang lain? Apalagi selingkuh adalah kata yang sangat kasar.Wajahnya berubah muram. "Kamu itu teman sekelas Elsy. Kalau kamu datang untuk memberikan ucapan selamat, kami terima. Tapi kalau kamu datang untuk mencari masalah ...."Ketika berbicara, dia tanpa sadar melirik ke arah pintu masuk taman. Dia otomatis terdiam.Setelah menenangkan diri, dia tidak lanjut berbasa-basi dengan Kayla, dia langsung bergegas menuju mobil yang diparkir di depan pintu. "Pak Theo."Alasan mengapa dia masih berada di luar walaupun pesta akan segera dimulai adalah karena sedang menunggu Theo.Theo keluar dari mobil. Melihat pengantin pria yang menunggu di samping mobil, dia pun mengangguk. "Tuan Muda Josh nggak perlu sesungkan ini."Mendengar kata-kata ini, sikap Josh Hosana tetap tidak berubah. Dia mengangkat ta
Kayla mengucapkan kalimat ini untuk mengejek Theo, tetapi reaksi Theo tidak sesuai dengan dugaannya. Selain tidak marah, Theo juga menatapnya sambil berkata dengan tenang, "Bagaimana kamu tahu nggak akan ada yang membelamu? Apa kamu sudah coba?"Kayla kebingungan.Apa penyakit Theo kambuh lagi?Kayla memanyunkan bibirnya sambil mundur beberapa langkah. Dia seolah-olah sedang berkata, "Tolong, di sini ada pria mesum."Melihat reaksinya, ekspresi Theo berubah muram. "Apa maksudmu?"Kayla meletakkan piring di tangannya ke atas meja sambil berkata, "Menjauh darimu agar nggak tertular. Aku nggak mau jadi cerewet sepertimu."Dia pergi ke kamar mandi. Begitu keluar dari bilik, beberapa orang langsung mengadangnya."Kayla, kenapa kamu nggak berkumpul dengan teman-teman lamamu ini?" Orang yang memimpin adalah sahabat Elsy yang juga teman kuliah Kayla. Begitu pula dengan beberapa orang di belakangnya.Namun, mereka berbeda jurusan, Kayla tidak mengenal mereka.Kayla mengangkat alisnya sambil ter
Theo memandang Kayla dengan nakal. "Kalau begitu, coba katakan apa yang ingin kulakukan?"Kayla memutar bola matanya sambil berpikir, 'Mana kutahu.'Setelah termenung beberapa saat, Kayla mengangkat kakinya dan pergi. Saat dia melewati Theo, Theo berbisik di telinganya, "Kamu nggak perlu bersusah payah untuk membuat wanita itu meminta maaf padamu."Kayla menoleh ke arah Theo, terlihat ekspresi sombong Theo yang mengisyaratkan "memohonlah padaku".Kayla memiringkan dagunya dengan ekspresi menantang, "Jangan mimpi.""Kayla." Theo memandang Kayla dengan galak, bahkan urat di dahinya pun berdenyut. "Apa etikamu sudah dimakan anjing?"Hari ini Theo mengenakan pakaian berwarna gelap hingga garis wajahnya terlihat makin tajam. Jessy dan yang lainnya bersandar ke dinding karena ketakutan, hanya Kayla yang berani menghadapinya. "Bukankah kamu yang memakannya?"Setelah berkata demikian, Kayla mengabaikannya dan langsung berjalan menuju aula.Jessy memandang Theo yang masih berdiri di tempat. Dia
Elsy mengambil mikrofon dari tangan pembawa acara, wajahnya memerah karena marah dan malu, bahkan sekujur tubuhnya pun memanas. Dia menggertakkan giginya sambil memegang mikrofon dengan erat hingga buku jarinya menonjol.Meminta maaf secara terbuka dalam acara seperti ini sama dengan menginjak harga diri Keluarga Hosana. Melihat ekspresi Josh, dia dapat menebak apa yang akan terjadi setelah acara berakhir, tetapi kalau dia tidak meminta maaf ... dan mengabaikan Kayla, dia akan berakhir tragis!"Aku Elsy ingin meminta maaf pada Kayla ...."Kayla menyaksikan adegan ini dengan tenang. Ketika Theo meregangkan tangan, Kayla langsung mengeluarkan tangannya. Dia langsung berjalan ke tempat parkir tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Hari ini dia datang dengan mengendarai mobilnya sendiri. Ada langkah kaki yang mengikutinya, dia tahu itu adalah Theo, tetapi dia tidak peduli.Setelah kejadian itu, orang-orang otomatis meninggalkan acara.Hanya ada satu tempat parkir di kediaman Keluarga Hosana,
Theo menatap Kayla dengan ekspresi datar. "Jadi sekarang aku nggak perlu menelepon Raline lagi? Kamu rela menanggung kesulitan apa pun demi Davin?"Theo mengulurkan tangan ke arah Kayla. Melihat garis alis Theo yang dipenuhi dengan amarah, dia merasa Theo mungkin akan mencekiknya sampai mati.Kayla bersandar ke belakang untuk menghindari sentuhan Theo. Tangannya berhenti di udara dan dia pun mengepalkan jari-jarinya sambil berkata, "Soal bercerai ...."Theo sengaja membuat Kayla penasaran. Melihatnya tidak lanjut berbicara, Kayla pun menatapnya sambil memanyunkan bibir.Theo memandang Kayla dengan cuek, lalu suatu senyum sinis muncul di wajahnya yang datar. "Jangan harap."Kayla menggertakkan giginya dengan kesal.Pria berengsek ini!Dia sudah mengendalikan amarahnya, tetapi ketika dipermainkan oleh Theo, amarahnya tetap meluap ke puncak dan hampir meledak!"Keluar."Theo memejamkan matanya dengan santai. "Jalan, jangan lupa kamu masih berutang padaku. Nggak memenuhi kewajiban suami is
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng