Theo menatap Kayla dengan ekspresi datar. "Jadi sekarang aku nggak perlu menelepon Raline lagi? Kamu rela menanggung kesulitan apa pun demi Davin?"Theo mengulurkan tangan ke arah Kayla. Melihat garis alis Theo yang dipenuhi dengan amarah, dia merasa Theo mungkin akan mencekiknya sampai mati.Kayla bersandar ke belakang untuk menghindari sentuhan Theo. Tangannya berhenti di udara dan dia pun mengepalkan jari-jarinya sambil berkata, "Soal bercerai ...."Theo sengaja membuat Kayla penasaran. Melihatnya tidak lanjut berbicara, Kayla pun menatapnya sambil memanyunkan bibir.Theo memandang Kayla dengan cuek, lalu suatu senyum sinis muncul di wajahnya yang datar. "Jangan harap."Kayla menggertakkan giginya dengan kesal.Pria berengsek ini!Dia sudah mengendalikan amarahnya, tetapi ketika dipermainkan oleh Theo, amarahnya tetap meluap ke puncak dan hampir meledak!"Keluar."Theo memejamkan matanya dengan santai. "Jalan, jangan lupa kamu masih berutang padaku. Nggak memenuhi kewajiban suami is
Di bangsal, Theo sedang bersandar di ujung kasur sambil menelepon. Ketika mendengar suara langkah kaki, dia langsung menoleh ke arah datangnya suara. Dia melirik Kayla sambil mengerutkan keningnya. "Carlos yang meneleponmu?"Kayla memutar bola matanya dengan marah. "Dia bilang kamu sudah mau mati dan menyuruhku datang untuk menandatangani surat izin menghentikan pertolongan agar bisa dikremasi."Setelah masuk, Kayla langsung duduk di samping kasur.Saat melewati ruang dokter, dia sudah bertanya pada dokter. Theo sakit maag karena minum alkohol dalam keadaan perut kosong, setelah sakit mereda, Theo sudah boleh pulang.Theo melemparkan ponselnya ke meja samping tempat tidur sambil berkata, "Aku lapar."Kayla menatapnya selama beberapa detik, lalu mengeluarkan ponselnya untuk memesan makanan. Dia hanya ingin segera memberikan makanan pada tuan muda ini dan pulang ke rumah masing-masing. Dia tidak ingin ditelepon oleh Carlos lagi setelah pulang, apalagi disuruh kembali ke rumah sakit.Dia
Kayla memandang Bella dengan mulut yang dipenuhi dengan gelembung pasta gigi, tetapi tidak membuatnya penasaran dan langsung berkata, "Theo yang kasih."Bella bisa memperoleh informasi ini dengan mudah karena Theo tidak berniat menyembunyikan hal ini. Namun, tindakan ini juga menandakan bahwa Theo bukanlah pria yang baik. Biasanya suami istri selalu sepemikiran, tetapi dia malah memberikan uang kepada orang yang menindas istrinya.Kayla sama sekali tidak mengetahui hal ini. "Berapa banyak yang dia kasih?"Bella mengulurkan tangannya dan terlihat sebuah angka yang mengejutkan. "Tanpa uang ini, jangankan berinvestasi di Perusahaan Montana, Viola bahkan harus merogoh kantongnya untuk makan enak."Kayla mengangguk. "Aku mengerti, terima kasih."Awalnya, dia ingin membuat Viola dipecat dari Perusahaan Montana untuk membalas perbuatan Viola yang sudah menyebarkan audio ke media sosial. Namun, karena Viola adalah pemegang saham di Perusahaan Montana, dia terpaksa memikirkan cara lain.Mereka
Axel pernah datang ke sini untuk membantu Theo mengambil dokumen, jadi dia mengetahui lokasi ruang kerjanya dan berjalan ke pintu dengan ligat. "Nona Kayla, Nyonya menyuruhku ... melihat apakah kamu sudah menemukan laporan."Tadi dia mendengar semua pembicaraan Evi dan Warni di bawah dan tahu tidak ada laporan di ruang kerja.Kayla mendongak. Matanya memerah dan wajahnya sangat pucat. Dia menatap Axel dengan linglung. Meskipun matanya tertuju pada Axel, dia seperti tidak melihat Axel.Axel bertanya, "Apa Anda kurang sehat?""Nggak." Kayla mengeluarkan lukisan itu dari laci, dia tidak menyembunyikan tindakannya dari Axel. Ketika berjalan sampai pintu dan melihat mata Axel tertuju pada lukisan di tangannya, dia pun menunjukkan lukisan itu pada Axel sambil bertanya, "Bagus nggak? Aku berencana untuk membawanya pulang dan menggantungnya di dinding kamar."Axel terdiam.Melihat lukisan gelap dan suram itu, Axel hanya bisa menelan ludah.Mungkin akan lebih cocok digantung di depan pintu untu
Mendengar ucapan ini, ekspresi Raline berubah drastis. Sudut bibirnya sontak terangkat, tetapi dia berusaha untuk menahan diri.Theo melindunginya.Seperti dugaannya, Theo bersikap dingin padanya karena dia meninggalkan Theo pergi ke luar negeri.Kayla mengepalkan jari-jarinya, lalu mengangkat dagunya untuk menatap Theo. Dia seperti ayam jago yang pantang menyerah. "Jangan mimpi, aku nggak akan minta maaf pada Raline."Wajah Theo dipenuhi dengan amarah, seperti angin puting beliung yang akan menerpa Kayla ke dalam badai. "Aku nggak menyuruhmu meminta maaf pada Raline, minta maaf pada anak."Raline yang hendak mengalah untuk menunjukkan kemurahan hatinya pun terdiam.Kayla mendengus dingin sambil tersenyum sinis. "Ternyata kamu adalah ayah yang baik."Theo mengabaikan ejekan Kayla. Dia berdiri dan menggunakan tubuhnya yang kekar untuk memberikan tekanan pada Kayla, lalu meraih pergelangan tangan Kayla dan menarik Kayla ke dalam pelukannya. "Minta maaf."Dia belum membersihkan kopi di wa
Mereka berpisah dengan keadaan tidak menyenangkan. Begitu meninggalkan Perusahaan Oliver, Kayla langsung menghubungi Morgan. "Aku mau gugat cerai."Sebelumnya Morgan sudah menguraikan pro dan kontra dari menggugat cerai, jadi sekarang Morgan pun tidak banyak bicara. Dia langsung menyampaikan dokumen apa saja yang perlu disiapkan Kayla.Setelah menutup telepon, Kayla mengembuskan napas panjang.Awalnya, Kayla tidak ingin memperburuk keadaan. Dia hanya ingin bercerai secara diam-diam. Bagaimanapun, keluarga bangsawan seperti Keluarga Oliver sering diawasi wartawan, rumor sekecil apa pun dapat menimbulkan sensasi besar. Dia tidak ingin masa terpuruk dalam pernikahannya terekspos ke publik, apalagi sampai dibahas, dikasihani dan diejek orang.Tak disangka, pada akhirnya dia tetap harus berhadapan dengan Theo di pengadilan.Dia mencari sebuah kafe, lalu memesan camilan. Satu jam kemudian, dia berjanji untuk bertemu dengan seseorang di sini.Pukul 6.40, seorang pria yang mengenakan jaket pan
Theo tidak menjawab. Dia bersandar di kursi sambil memejamkan matanya untuk beristirahat. Sepertinya dia sangat lelah karena kantung matanya terlihat jelas.Namun, Darius yang merupakan pengacaranya pun berkata, "Nyonya Kayla, pengadilan berharap Anda dan Pak Theo melakukan mediasi. Suami istri bertengkar adalah hal yang umum, kalau sampai hasil banding diumumkan ke publik, kalian sama-sama rugi."Morgan sudah memberi tahu Kayla bahwa akan ada langkah mediasi di sidang perceraian dan ini merupakan prosedur hukum.Biasanya, mediasi dilakukan beberapa hari sebelum sidang, tetapi Karena Theo terlalu sibuk, terpaksa ditunda sampai sekarang.Kayla berkata, "Kalau begitu suruh dia setuju untuk bercerai. Setelah itu, aku akan langsung mencabut gugatan."Darius terdiam, tidak terlihat sedikit pun perubahan emosi di wajahnya. Kalimat yang dia ucapkan tadi hanyalah formalitas, dia sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan Kayla.Tak lama kemudian, hakim mendatangkan staf terkait untuk menengahi
Kayla tidak pernah melihat pria narsistik seperti ini!Dia mendorong Theo dengan kuat. "Aku takut terkontaminasi dengan bakteri kotor."Melihat Theo duduk tegak dan menjaga jarak darinya, Kayla pun merasa lega. Dia menanggapi pertanyaan Theo tadi. "Apa maksudmu dengan kata lagi itu? Aku belum pernah mencari penggantimu.""Belum pernah?" Theo mengangkat alisnya sambil berkata dengan nada sinis, "Apa aku nggak termasuk? Aku sudah membayar ratusan miliar, kasur belum hangat sudah mau bercerai? Apa ada orang yang lebih malang dariku?"Kayla terdiam.Mulut Theo lebih beracun dari ular berbisa."Sebaiknya kamu singkirkan niat mencari pengganti. Kalau aku menemukanmu berhubungan dengan orang lain di luar sana, nggak peduli siapa orang itu, dia akan mati dengan tragis."Dia menutup pintu mobil sambil memerintah, "Paman Dafa, antar Nyonya Kayla pulang."Kayla ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia menahan diri. Lupakan saja, untuk apa berbasa-basi dengan anjing!Setelah meninggalkan pengadilan, K
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng