Kayla hanya mendengus, lalu masuk ke kamar mandi. "Mungkin ingatanmu yang sekarang ini tak sebaik seekor ikan. Memangnya kenapa kalau kamu ingat? Mungkin saja besok kamu akan lupa."Theo mengikuti Kayla dengan sedih. "Aku ingat, bukan hanya ingat di dalam otak, juga kucatat di buku harian. Bukankah kamu bilang kamu di ...."Tangan Kayla berhenti melakukan sesuatu, lalu menoleh untuk melihat Theo. "Buku harian?""..." Ketika Theo menyadari dirinya salah bicara, dia tidak melanjutkannya lagi. "Kayla, aku pertimbangkan dulu, kamu juga beri aku waktu, aku akan segera memberimu jawaban."Kayla tak menjawab, jadi tak tahu dia setuju atau tidak.Selesai mandi, mereka berdua turun. Kayla melihat sarapan sudah dihidangkan di meja dan semua ini makanan kesukaannya, tapi karena percakapan tidak menyenangkan tadi membuat suasana menjadi tenang.Theo sambil makan sambil melihat Kayla, sedangkan Kayla hanya memegang sendoknya tanpa melihatnya. Theo pun mengerutkan bibirnya. "Kayla ...."Suara Kayla
Setelah Theo mengantar Kayla ke tempat Bella, dia menerima telepon dari Parlin. "Pak Theo, orang itu sudah ketemu."Theo memarkir mobilnya di pinggir jalan dan menekan alisnya. "Aku akan mengirimkan lokasinya kepadamu, jemput aku."Saat Parlin tiba, Theo sudah duduk di kursi belakang dalam kondisi tertidur. Mobil dan AC masih menyala. "Pak Theo?""Jalankan mobilnya." Pria itu tidak banyak bicara.Tempat parkir bawah tanah di mal.Mobil telah diparkir di sini selama beberapa saat, tetapi Theo di kursi belakang tetap menutup matanya dan tidak berniat keluar dari mobil, juga tidak berbicara. Parlin tidak berani mengganggunya, apalagi mengambil keputusan sendiri. Dia hanya bisa melihat ke atas kaca spion dari waktu ke waktu.Parlin tidak tahu apakah Theo tertidur atau sakit kepala hingga tidak bisa membuka matanya, dia tidak bisa membedakan apa pun hanya dari wajahnya.Coba lihat ....Coba lihat lagi ....Akan tetapi, Theo yang awalnya tanpa ekspresi tiba-tiba mengerutkan kening dan napasn
Theo meletakkan ponselnya dan menjawab dengan samar, "Mungkin."Meski videonya tidak terlalu jelas karena cahaya, aksi Giselle masih terlihat jelas. Bertahan hidup adalah naluri, tetapi dia mampu menekan naluri tersebut dengan paksa dan menenggelamkan dirinya di kolam renang dengan kedalaman 1,5 meter.Kayla teringat apa yang Giselle katakan malam itu. "Sepertinya orang itu telah menangkap gadis itu dan menggunakannya sebagai sandra untuk memeras Giselle. Mungkin Giselle ...."Sebelum Kayla bisa menyelesaikan kata-katanya, Theo mengulurkan tangan dan menutup mulutnya. "Menyelidiki kasus ini dan menyelamatkan para sandera adalah urusan polisi. Kita akan menyerahkan video itu ke kantor polisi untuk menghapus kecurigaan terhadapmu dan itulah akhir dari masalah ini."Sedangkan untuk masalah Adam, Kayla tidak perlu mengkhawatirkannya.Kayla digendong di bahu pria itu, lalu dia menoleh ke Bella dan berkata, "Aku akan pergi ke kantor polisi dulu dan kembali lagi nanti."Dia dan Bella membuat
Kayla menatap Theo dengan tidak percaya dan memperingatkan, "Kalau kamu berbohong padaku lagi, cincin pertunangan ini akan berubah menjadi cincin perpisahan."Theo sudah kehilangan celana dalamnya, jadi tidak ada gunanya menyembunyikannya lagi. Theo mengangkat tangannya dan mengusap bagian atas rambut Kayla. "Aku nggak akan berbohong padamu kali ini, tapi mungkin kamu nggak bisa mengerti isi laporan pemeriksaan itu.""Kamu nggak perlu khawatir, nggak ada alasan. Cepat ambil laporannya."Saat Theo turun dengan laporannya, Kayla sedang memasak di dapur. Dia mengenakan celemek polos, rambutnya diikat ke belakang kepalanya dengan jepit dan ada potongan rambut berserakan di pelipisnya. Cahaya kuning yang hangat menyinari tubuhnya dan telinganya yang tipis agak hangat karena cahaya, bahkan lapisan bulu halus yang dangkal di atasnya bisa terlihat dengan jelas.Adegan ini hangat dan penuh nostalgia. Vila Aeris yang besar selalu sepi, tetapi kini tiba-tiba terasa seperti rumah sendiri.Theo ber
Di dapur, sayuran yang sudah dipotong setengah masih diletakkan di talenan dan pakaian Kayla serta Theo berserakan di lantai. Dia mengangkat tangan untuk menutupi wajahnya, tidak bisa melihat tempat ini lagi.Kayla membungkuk dan mengambil pakaian di lantai satu per satu. Tangannya berhenti saat mengambil jas Theo.Jasnya agak berat dengan barang-barang di dalamnya.Kayla meraba sakunya dan mengeluarkan buku harian seukuran telapak tangan, sampulnya terbuat dari kertas coklat dan tidak terlalu tebal. Dari samping kertasnya sudah tidak sesuai lagi serta ada tulisan di dalamnya.Memikirkan buku harian yang disebutkan Theo sebelumnya, detak jantung Kayla tiba-tiba berdegap lebih cepat. Dia mengurungkan niat untuk memasak mi dan langsung keluar membawa barang-barang Theo.Kayla menyalakan lampu lantai di samping sofa, kemudian duduk bersila di atas sofa sambil menarik napas dalam-dalam dan membukanya dengan sungguh-sungguh.Yang pertama adalah tanggalnya, diikuti dengan peristiwanya."Dia
Theo menatap pintu yang masih tertutup di depannya dan teringat kejadian terakhir kali mereka mengambil akta. Saat itu mereka berada di Biro Urusan Sipil secara terpisah. Mereka tidak memilih hari atau waktu, hanya berfoto dan mengisi formulir informasi pribadi lalu saling bertemu. Keduanya duduk diam di kursi aula dan menunggu. Sampai menerima akta, tak satu pun dari mereka mengucapkan sepatah kata pun. Yang lain mengira mereka datang untuk bercerai.Mana ada seperti sekarang ....Pria itu menatap Kayla yang berpakaian dengan cantik dan tanpa sadar sudut bibirnya melengkung. Dia memegang tangan wanita itu dan mengaitkan jari mereka seperti pasangan biasa. "Nggak, aku memberi mereka uang."Kayla bertanya, "Kamu memberi uang dan mereka membiarkanmu?"Bisa antre sepagi ini pasti pasangan yang mementingkan pernikahan ini.Theo berkata dengan singkat, padat dan jelas, "Mereka nggak menolak."Bukannya Theo tidak ingin berbicara lebih banyak dengan Kayla, tetapi sekarang dia gugup, takut sif
"Nggak kok." Kayla menoleh ke arah Theo. Pria itu mengikuti mereka dengan tas besar dan kecil di tangannya. Saat menyadari bahwa Kayla sedang menatapnya, dia mendongak dan memberikan tatapan sedih, membuat Kayla tertawa. Dia berkata, "Bu, lupakan saja produk perawatan kulit itu. Di rumahku ada banyak, Ibu simpan dan pakai saja."Evi berkata, "Produk perawatan kulit itu seperti pakaian wanita. Jumlahnya nggak akan pernah cukup."Mendengar ini, Theo berkata terus terang, "Kayla takut kedaluwarsa. Laci meja riasnya penuh dan takutnya dipakai untuk mengecat dinding pun nggak akan habis."Evi berbalik dan mengangkat tangannya untuk menampar kepalanya. "Aku sedang berbicara dengan Kayla, kok kamu menyela? Kenapa sekarang kamu bertingkah seperti pembuat onar? Kamu nggak senang hubungan kami baik?"Evi mengayunkan tangan dengan marah dan berteriak untuk mengusir Theo, "Cepat masak, jangan ganggu aku dan Kayla mengobrol di sini. Kamu jangan terus berceloteh sepanjang hari. Mendengarmu berbicara
Setelah makan malam, Evi ingin mengajak Kayla berbelanja sebentar, tetapi dihentikan oleh Theo yang terlihat tak berdaya. "Bu, hari ini adalah hari pernikahanku dan Kayla, nggak bisakah Ibu memberikan kami waktu sendirian bersama?"Evi meliriknya dengan kesal, tetapi tatapannya tidak seburuk sebelumnya. "Baguslah kalau kamu sudah mengerti. Oke, aku akan mengembalikannya kepadamu."Setelah mengatakan itu, Evi menarik tangannya yang memegang lengan Kayla dan mendorongnya ke arah Theo dengan lembut. "Sekarang kalian sudah menerima akta nikah, tanggal pesta pernikahan harus ditentukan secepat mungkin. Bukankah kamu mau minta seorang ahli menghitung tanggalnya? Kok nggak dihitung setelah sekian lama? Apa kalian berencana mencari hari gerhana matahari total untuk menikah?"Theo, "..."Setelah Evi menyindirnya, dia meraih tangan Galih dan berbalik dengan puas. Dia juga memposting sembilan foto di statusnya. Delapan di antaranya adalah foto-foto cantik Kayla dan satu adalah sampul surat nikah
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng