Kayla terdiam untuk cukup lama. Tepat ketika dia hendak menutup telepon, terdengar suara Darius. "Bell, sini makan."Dia pernah berinteraksi dengan Darius beberapa kali dan seingatnya Darius adalah tipe pria yang dingin. Dia tidak pernah mendengar Darius berbicara dengan begitu lembut.Melihat ekspresinya, Bella pun tahu bahwa dia berpikiran lain. Bella langsung menyadarkannya. "Dia lagi memanggil anjing, bukan memanggilku. Singkirkan ekspresi penasaranmu itu.""Seekor anjing punya dua nama. Kamu memanggilnya Darius, Pak Darius memanggilnya Bell, jadi sekarang anjing pun adalah bagian dari permainan kalian? Cara kalian bermain sungguh mengesankan.""Ceritanya panjang, aku akan menceritakan padamu saat kita bertemu nanti." Mengingat mengapa dia menamai anjing ini "Darius", dia agak kesal. Saat ibunya memanggilnya "Bell", dia pun merasa ibunya sedang memanggil anjing.Bella melirik ke arah Darius yang sedang membungkuk untuk menuangkan makanan anjing. Seiring dengan gerakannya, kemejanya
Darius terdiam.Saat pertama kali dia bertemu dengan Bella, dia adalah pengacara Theo. Dia hanya menjalankan perintah kliennya, dia bahkan tidak mengingat wajah Bella. Setiap dia mengatakan ingin menggugat Bella, dia hanya menakut-nakuti Bella. Kalau dia benar-benar ingin menggugat Bella, sekarang Bella sudah berada di dalam penjara.Dia tidak menyangka bahwa hal-hal ini akan berbalik menusuknya. Perpatah soal "karma itu nyata, hanya masalah waktu" benar adanya.Bukankah dia sudah merasakan akibat dari perbuatannya?Kalau dia tahu dirinya akan jatuh cinta pada Bella dan Bella tidak bisa diancam seperti ini, dia akan lebih serius.Darius bertanya, "Karena ini?""Nggak sepenuhnya, hanya saja menjalin hubungan dengan orang sepertimu ...." Ucapan ini agak diskriminatif, dia buru-buru menjelaskan, "Orang dengan profesi sepertimu, sungguh melelahkan. Kalau hubungan kita berjalan lancar sampai tua nanti, nggak masalah. Tapi kalau terjadi sesuatu yang membuat kita harus berpisah atau bercerai,
Theo tersadar. "Kenapa?"Kayla menatapnya sambil mengerutkan bibir. "Aku memanggilmu beberapa kali, tapi kamu nggak menjawabku.""Maaf." Theo menundukkan kepala dan hendak mengusap alisnya. Tepat ketika dia mengangkat tangan, dia teringat bahwa Kayla masih melihatnya. Dia pun menghentikan gerakannya. "Semalam kurang tidur, agak ngantuk."Alisnya yang lelah dan suaranya yang serak dapat membuktikan ucapannya.Kayla sama sekali tidak curiga. "Pergi mandi dan istirahat sana.""Oke."Theo agak sakit kepala. Dia takut kalau dia terus berada di sini, Kayla akan menyadari ada yang aneh dengannya. Jadi, dia pun bangkit dan pergi ke toilet.Sebenarnya, dia ingin berendam untuk merilekskan badan. Namun, ini adalah kamar tipe rendah yang tidak difasilitasi dengan bak mandi. Sekalipun ada, dia juga tidak ingin menggunakan bak mandi yang pernah digunakan orang lain.Rumah yang dia beli agak jauh dari hotel dan dibutuhkan waktu dua jam untuk pulang pergi. Setelah bekerja seharian, Kayla sangat lelah
Theo meminta bantuan dari seorang pejalan kaki. Memotret pria tampan dan wanita cantik bukanlah hal yang sulit. Selama bukan difoto dari sudut yang aneh, sekalipun difoto dari dekat, foto juga akan terlihat bagus."Klik."Foto muncul.Di dalam foto, Theo merangkul Kayla dari belakang dan sedikit menunduk untuk menatap Kayla, seolah-olah hanya ada Kayla seorang di dunia ini. Berkat pencahayaan yang hangat, wajah yang biasanya tampak sangat dingin diselimuti dengan suatu kasih sayang.Theo menerima ponsel yang dikembalikan, lalu berterima kasih dengan bahasa Laria. Orang tersebut membalas ucapan Theo, tetapi Kayla tidak dapat mendengar obrolan mereka dengan jelas. Sekalipun dia mendengar dengan jelas, dia juga tidak mengerti."Apa yang dia katakan padamu?"Dia menundukkan kepala untuk melihat hasil jepretan orang itu. Latar belakang salah satu foto buram sehingga lampu neon pun terlihat seperti kembang api yang mewarnai langit. Matanya diselimuti dengan kehangatan yang berlimpah.Theo me
Rasa pusing kali ini datang dengan cepat dan mendesak, bahkan disertai dengan dengungan yang nyaring. Namun, rasa pusing segera mereda dan dia tidak pingsan di tempat.Theo mengerutkan keningnya dengan kuat. Meskipun dia sudah sadarkan diri, rasa sakit kepala tidak menghilang. Dia terbiasa mengusap kening dengan tangan. Ketika dia hendak bergerak, dia baru tersadar ada yang sedang memegang lengannya.Orang yang memapahnya adalah Giselle. Giselle memandang Theo dengan serius. "Pak Theo, apa gejalamu bertambah parah? Kemarin kamu nggak pergi melakukan pemeriksaan. Kalau terus ditunda, penyakitmu akan menjadi makin serius."Theo mengucapkan terima kasih, lalu melepaskan lengannya dari genggaman Giselle. "Nggak apa-apa."Namun, saat ini raut wajahnya sangat buruk. Alisnya berkerut hebat dan matanya dipenuhi dengan garis merah. Ditambah dengan botol susu yang jatuh dari tangannya, kata "nggak apa-apa" ini sungguh tidak meyakinkan."Berdasarkan kondisimu saat ini, hari ini kamu pasti nggak e
Theo tertidur pulas, tetapi tidak lama. Ketika bangun, langit masih cerah. Namun, pikirannya menjadi lebih jernih, bahkan rasa sakit kepala yang menyiksanya tadi sudah menghilang.Dia mengambil ponselnya yang berada di samping ranjang, lalu melirik layar ponsel sekilas. Karena dia kesulitan untuk tidur, dia terbiasa mengaktifkan mode senyap sebelum tidur. Terlihat beberapa panggilan tak terjawab.Theo membalas panggilan Axel terlebih dahulu. "Ada apa?"Axel berkata, "Pak Theo, ada kabar baik dan kabar buruk. Bapak mau mendengar yang mana dulu?"Theo tertegun.Sebelum Theo menjawab, Axel sudah membuat keputusan sendiri. Untungnya, dia sudah mendampingi Theo untuk cukup lama dan kemampuannya lumayan bagus. Kalau tidak, dia pasti sudah dipecat."Kabar baik duluan, deh. Bapak masuk pencarian utama di kalangan yang berbeda lagi. Sekarang seluruh gadis yang berusia di atas 18 tahun maupun di bawah 18 tahun berdoa agar Tuhan memberikan mereka pasangan sepertimu ....""Ngomong yang benar." The
Kayla meletakkan sendok. "Kenapa kamu merasa aku nggak senang? Apa kamu melakukan kesalahan dan merasa bersalah?"Sebelum dia selesai berbicara, Theo sudah buru-buru menjawab. Dia takut Kayla akan salah paham. "Nggak."Kayla menjawab, "Ya."Setelah Kayla melontarkan kata "ya", keduanya tidak berbicara. Jelas-jelas, keheningan hanya berlangsung selama beberapa detik, tetapi malah membuat orang tidak bisa berkata-kata."Kay ...." Theo panik dan ingin mencairkan suasana. "Aku ...."Kalau dia perlu menjelaskan kejadian di foto itu, dia perlu mengungkapkan identitas Giselle dan dia pun tidak bisa menyembunyikan masalah kesehatannya."Aku nggak melakukan kesalahan." Suara Theo yang pelan terdengar sangat serius, dia seolah-olah ingin menggunakan cara ini untuk meyakinkan Kayla. "Setelah kamu selesai berkompetisi, aku akan pergi ke Kota Kuma untuk mencarimu."Saat itu tiba, dia akan menjelaskan seluruh kejadian padanya. Kalau kesehatannya belum membaik dalam waktu satu bulan ini, Kayla berhak
Ketika Theo hendak minum, Davin merampas gelas di tangannya sehingga anggur di dalam gelas pun tumpah ke tangan mereka. "Sudah mau mati, kenapa masih minum alkohol? Berikan dia segelas susu."Kalimat terakhir diucapkan pada bartender.Theo mengangkat mata untuk meliriknya. "Kamu menopause dini?"Walaupun berkata demikian, Theo tetap menyesap susu yang diberikan bartender. "Aku ingin meminta bantuanmu."Setelah Theo mengungkapkan rencananya pada Davin, Davin terdiam untuk cukup lama sebelum mengusulkan, "Bagaimana kalau kita menggunakan trik ketampanan?"Trik ketampanan?Ide buruk yang diutarakan Davin ini pasti berkaitan dengan emosi pribadinya. Theo merasa dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memenangkan hati Kayla. Si berengsek Davin ini jago juga. "Kalau begitu aku harus berterima kasih padamu. Sahabat yang tumbuh besar bersama memang bermanfaat. Aku nggak akan melupakan jasamu ini, kelak aku akan membalas budi.""Hmph." Davin menendangnya sambil tersenyum nakal. "Kusuruh kam
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng