Terkandung nada malas di dalam suaranya.Kayla dikejutkan oleh suara ini. Dia sontak tersadar dan melihat ke sekeliling. Matanya tertuju pada perabot yang familier.Dia segera bangkit dan melihat tubuhnya sendiri, pakaiannya tidak berubah. Karena baru bangun tidur, dia pun mengerutkan kening sambil berkata, "Kenapa aku ...."Ketika berbicara, Kayla teringat bahwa semalam dia ketiduran di sofa."Sudah jam berapa?" Kayla mengangkat selimut, lalu turun dari kasur. "Kenapa nggak membangunkanku?""Sudah kubangunkan."Kayla yang sedang turun dari kasur pun tertegun sejenak sambil melirik Theo dengan curiga.Theo bangkit dari kasur. Tubuh bagian atasnya terbuka sehingga memancarkan aura seksi yang luar biasa. Selain itu, garis ototnya pun terlihat jelas. "Saat aku memindahkanmu dari sofa ke kasur pun, kamu masih tertidur lelap, bukankah wajar kalau kamu nggak bangun?"Dia mengambil jam tangan di meja samping untuk melihat waktu. "Jam delapan."Mereka akan segera terlambat bekerja.Kayla berhe
Kayla bertanya, "Kamu pernah tinggal di luar negeri?"Kayla sama sekali tidak mengetahui hal ini. Sebelum menikah, dia bukan hanya tidak akrab dan jarang bertemu dengan Theo, dia juga tidak tertarik pada Theo.Theo menyodorkan sendok ke genggamannya sambil menjawab dengan nada dingin, "Ya."Meskipun tidak ada yang aneh dengan nada bicara Theo, Kayla dapat merasakan perubahan emosi Theo. Dia menundukkan kepala untuk memasukkan sepotong pangsit ke dalam mulutnya.Awalnya, Kayla tidak berharap banyak, bagaimanapun pangsit ini adalah makanan beku siap saji. Namun, begitu digigit, sari pangsit langsung meluap dan terasa sangat lezat, berbeda dengan makanan beku yang dijual sehari-hari.Theo berkata, "Hotel Anggara baru mengirimkannya kemarin."Kayla tertegun.Pantas saja.Orang kaya memulai hari dengan sarapan mewah.Dia kembali memasukkan sepotong pangsit ke dalam mulutnya sebelum berkata dengan pelan, "Saat itu kita nggak akrab, wajar kalau aku nggak tahu kamu pernah tinggal di luar neger
Orang yang menelepon adalah Yovita, nama ini terdengar agak familier.Ketika melihat nama "Yovita", Theo menyipitkan matanya.Kayla agak tertekan melihat tatapan yang membara ini. Tepat ketika dia hendak berbalik untuk mengangkat telepon, dia dihentikan oleh Theo. Theo tidak berbicara, tetapi maksudnya sangat jelas. "Angkat di sini.""Halo."Terdengar suara cemas Yovita dari ujung lain telepon, suaranya sangat tulus. "Kayla, kudengar semalam kamu terkena masalah di museum? Apa orang bernama Karso itu gila? Terus-menerus mengganggumu seperti anjing rabies? Sekalipun kamu merusak sesuatu, seharusnya dia ngomong secara pribadi denganmu."Pada dasarnya, Kayla lebih payah dalam urusan emosional. Kalau tidak, tanpa menyelidiki Yovita pun, hanya dengan mendengar nada bicaranya yang seolah-olah sedang menegakkan keadilan untuk Kayla, Kayla seharusnya waspada padanya.Ketika terpuruk, seseorang akan menjadi lebih lemah dan mudah terharu, terutama saat mendengar perhatian dari orang-orang yang i
Bella tetap menggelengkan kepala. Saat ini, dia menjawab dengan tenang, "Nggak apa-apa, cuma bosan karena toko lagi sepi. Jadi asal pikir deh."Dia memandang Kayla sambil mengedipkan mata. "Jangan terus membicarakanku. Pagi-pagi wajahmu sudah merona, baru keluar dari selimut pria tampan mana, nih?"Ini hanyalah ejekan antar sahabat, biasanya mereka sering saling mengejek seperti ini.Bella mengira Kayla akan mendeliknya, tak disangka, Kayla malah menganggukkan kepala dan menyebutkan nama yang mengejutkan. "Theo.""Kalian ...." Bella membelalakkan matanya dengan kaget. "Sudah baikan?""Nggak."Oke.Jawaban ini lebih mengejutkan."Lalu kalian? Teman tapi mesra? Atau cinta satu malam?" Bella membayangkan wujud Theo. "Cinta satu malam agak rugi. Sekalipun dia berengsek, wajah dan tubuhnya sangat langka. Bahkan artis-artis yang mengandalkan wajah untuk debut pun nggak bisa menandinginya. Kalau keterampilannya bagus, lakukan beberapa kali lagi."Dia melambaikan tangannya sambil berkata, "Cin
Kata-kata ini penuh dengan peringatan.Setelah berkata demikian, Yovita memukul mulutnya sendiri dengan kuat. "Lihatlah aku, aku nggak seharusnya membahas hal ini. Kamu sudah bercerai dengan Theo, bagaimana mungkin kita menyukai pria yang sama?"Mendengar wanita lain menyebutkan nama Theo dengan begitu mesra, Kayla pun tertegun sejenak dan tidak langsung menjawab.Mata Yovita bersinar, seperti seorang gadis polos yang sedang jatuh cinta. "Omong-omong, aku dan Theo sangat berjodoh. Aku nggak tahu empat tahun yang lalu dia pernah kuliah di kampusku, bahkan menjadi sosok yang terkenal di kampus. Sayangnya tahun itu aku cuti sakit selama setahun. Huh, kalau tahu kami akan bertemu, saat itu aku akan mengejarnya. Dengan begitu, kita nggak akan menyia-nyiakan satu sama lain selama empat tahun."Kayla berkata, "Saat itu dia punya pacar. Sekalipun kamu berhasil mengejarnya dan menghabiskan waktu bersamanya, kamu akan dikenal sebagai 'wanita selingkuhan'."Yovita tercengang.Tangannya yang berad
Perusahaan Oliver.Yovita keluar dari lift sambil menjinjing tasnya. Sebelum tiba di depan kantor Theo, dia sudah dihentikan oleh Axel. "Nona Yovita, biar kuantar ke ruang tamu."Dia menjawab dengan kesal, "Apa ada tamu lain di kantor Pak Theo?"Dia sudah pernah datang beberapa kali ke Perusahaan Oliver. Selain saat datang bersama ayahnya, dia tidak pernah memasuki kantor Theo lagi. Setiap kali datang, dia akan diarahkan pergi ke ruang tamu.Ruang umum yang dilapisi dengan dinding berkaca, sama sekali tidak bersifat privasi. Orang-orang dapat melihat ke dalam ruangan dengan jelas, bagaimana mungkin dia bisa menggoda Theo?Axel berkata, "Nggak ada. Tapi setiap berbicara dengan wanita secara pribadi, biasanya Pak Theo akan memilih untuk berbicara di ruang tamu. Ini adalah peraturan yang beliau tetapkan, mohon maklum.""Kamu sendiri pun bilang ini hanyalah suatu kebiasaan, berarti ada pengecualian. Wanita lain boleh berbicara dengannya di kantor, kenapa aku nggak boleh? Pak Axel, apa kamu
"Nggak mungkin."Begitu Theo mengajak, Kayla langsung menolak. Karena pengaruh emosi, nada bicaranya menjadi agak buruk.Setelah mendengarkan jawaban Kayla, Theo menekan telinganya yang perih sambil menegakkan badan. "Aku mengajakmu tinggal bersamaku agar aku bisa melindungimu. Meskipun Keluarga Mars nggak terlalu berkuasa di Kota Bapura, menyerangmu adalah hal yang mudah."Dia terlihat seperti seorang pria sejati. "Lagian kita hanya tinggal serumah, bukan sekamar. Kenapa reaksimu seheboh ini? Sekalipun kita tinggal sekamar, aku impoten, mau melakukan sesuatu padamu pun nggak sanggup. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal ini."Hal seperti ini berhubungan dengan martabat seorang pria, tetapi Theo mengucapkannya dengan santai, sama sekali tidak malu.Menghadapi keadaan ini, Kayla tidak tahu harus memuji keberaniannya atau menganggapnya tidak tahu diri."Apartemen yang kutinggali sekarang sudah bagus.""Bahkan preman yang disewa Martin pun bisa menculikmu di depan gerbang apartemen, apa k
Kayla curiga bahwa dirinya sudah mencapai usia memerlukan kebutuhan seksual. Kalau tidak, mengapa dia selalu berpikiran negatif?Karena khawatir Theo akan menyadari bahwa dirinya sedang berpikiran negatif, dia buru-buru menundukkan kepala. "Nggak usah, aku sudah mau tidur."Melihat Kayla bergegas menaiki tangga, Theo menyipitkan mata sambil memanyunkan bibir. Seketika, suatu gairah pun menyelimuti hatinya.Sebenarnya, Theo tidak ingin menakuti Kayla di hari pertama kedatangannya.Theo kembali ke kamar dan mandi, waktu yang digunakan agak lama. Dua hari yang lalu, Kayla baru saja tidur di sini dan aroma tubuhnya masih tertinggal di bantal.Dia berbaring dan memejamkan mata.Semalam, dia pun tidur pada waktu dan posisi seperti ini. Dia terlelap dengan mudah, tetapi malam ini, dia kesulitan untuk tidur lagi.Aroma yang menenangkannya semalam berubah menjadi gejolak yang memenuhi hatinya. Dia bukan hanya tidak kantuk, tetapi malah makin bersemangat.Baik secara fisik maupun psikis, dia san
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng