Kayla hendak memblokir nomor WhatsApp Theo juga, tetapi pada akhirnya dia menahan diri. Bagaimanapun, dia harus mempunyai kontak Theo untuk membicarakan soal perceraian.Kayla bersumpah pada dirinya sendiri. Setelah dia menyelesaikan prosedur cerai, dia akan langsung memblokir semua kontak Theo dan tidak akan pernah berhubungan dengan Theo lagi.Saat ini, dua rekan di sampingnya sedang bergosip, "Pagi ini, pria yang datang untuk menanyakan soal Kak Dara sungguh tampan. Aku penasaran apakah dia sudah menikah."Kayla agak kaget. Pria yang datang ke studio pagi ini adalah Axel. Sebenarnya, dia melihat Axel. Saat itu, dia tidak sengaja menumpahkan air dan sedang mengambil kain pel untuk mengepel lantai. Jadi, dia pun tidak menghiraukan Axel dan langsung berbalik pergi.Pada saat itu ....Dia ingat bahwa Dara sedang membersihkan tempat kerjanya.Kedua rekannya masih mengobrol. "Dia menanyakan jabatan Kak Dara? Kak Dara mengenakan seragam pembersih dan mengepel lantai, apa kurang jelas?"Kay
Kayla tidak menyangka Theo akan tiba-tiba setuju untuk bercerai.Akan tetapi, bukankah ini yang dia inginkan?Dia tersenyum riang sambil berkata, "Terima kasih atas kesediaan Pak Theo."Kemudian, dia berbalik meninggalkan tempat yang membuatnya kesal ini ....Sesampai di rumah, Kayla memasukkan semua dokumen yang diperlukan besok ke dalam tas. Namun, ketika melihat foto di akta nikah, dia termenung.Selama bertahun-tahun menikah, ini adalah satu-satunya foto bersama yang mereka miliki.Dia menatap ekspresi datar Theo di foto itu dan rasa sakit pun perlahan-lahan memenuhi hatinya.Untung saja pernikahan yang memilukan ini akan segera berakhir.Di malam hari, dia tidak perlu lagi duduk di ruang tamu yang sepi dan menatap jam dinding sambil bertanya-tanya apakah suaminya akan pulang malam ini. Jantungnya tidak akan berdebar kencang karena sentuhan yang tidak disengaja dan pada akhirnya menyadari kalau semua itu hanyalah angan-angannya.Kayla melihat foto itu untuk terakhir kalinya, lalu m
Kayla dikejutkan oleh teriakan Theo. Seketika, dia tertegun. Dia melihat ke arah Evi yang sedang menatapnya, lalu berjalan ke luar ruangan."Apa kamu bilang?"Dia mempermainkan Theo?Theo berkata dengan suara berat, "Di mana kamu sekarang?""Rumah sakit ...."Dia belum sempat mengatakan "ibu sakit", tetapi Theo sudah menyelanya dengan kasar, "Kayla, sekalipun kamu harus mencari alasan, carilah alasan yang masuk akal. Sebelumnya kamu sangat nggak sabar untuk bercerai, baru berlalu satu malam, kamu sudah sakit hingga terbaring lemas di ranjang pasien? Atau kamu melakukan semua ini bukan karena ingin bercerai, melainkan sedang tarik ulur?"Kayla tahu bahwa citranya di hati Theo kurang baik, tetapi dia tidak menyangka akan seburuk ini. Theo bahkan belum mendengarnya menyelesaikan ucapannya, tetapi sudah menghakiminya.Dia menarik napas dalam-dalam untuk menekan rasa sakit hatinya, lalu berkata, "Bukan aku, Ibu yang sakit. Ibu demam 40 derajat, baru saja diantar ke rumah sakit."Theo yang b
Wanita ini ribut ingin bercerai, tetapi juga mengadu ke Evi. Jelas-jelas dia tahu kalau Evi mengetahui hal ini, Evi tidak akan menyetujui perceraian mereka.'Kayla, aku sungguh meremehkanmu!'Evi tertegun. "Nggak tidur bersama? Kalau begitu, ada apa dengan bekas di lehermu ...."Sembari berbicara, Evi tiba-tiba membelalakkan matanya. "Apa kamu balikan dengan Raline lagi? Dia yang membuat bekas di lehermu ini? Apa kamu mau buat aku kesal! Biar kuberi tahu, sekarang ataupun dulu, aku nggak akan menyetujui hubungan kalian!"Kalau bukan karena hanya ada satu bantal, Evi pasti akan melempar Theo lagi.Theo otomatis menyentuh lehernya. "Ibu salah paham."Dia bukan hanya tidak menjelaskan secara detail, tetapi langsung pergi ke kamar mandi sambil mengerutkan keningnya.Kayla keluar dari rumah sakit di bawah terik sinar matahari. Bella mengiriminya pesan untuk mengajaknya makan malam bersama hari ini.Melihat langit masih cerah dan tidak perlu pergi bekerja, Kayla pergi ke supermarket untuk me
Di dalam ruangan, Bella mendorong Kayla yang berada di sampingnya sambil berkata, "Lihat apa? Fokus sekali, kupanggil pun nggak jawab."Kayla agak pusing, dia menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Sepertinya aku melihat Theo ....""Apa?" Bella tidak percaya, dia melihat ke arah pintu dan tidak ada seorang pun di luar sana. "Kurasa kamu berhalusinasi karena kebanyakan minum. Sekalipun Theo datang, dia nggak mungkin berada di lantai ini."Dia menunjuk ke atas sambil berkata, "Para tuan muda dan investor berada di lantai paling atas!"Kayla juga merasa dia salah lihat. Dia menarik pandangannya, lalu melihat sebaris pria yang berdiri di depannya sambil bertanya, "Kamu yang panggil?""Ya. Kusuruh datang untuk menuangkan bir. Lagian aku sudah pesan bir, sekalian biarkan mereka mendapatkan tip deh."Bella memesan para pelayan ini ketika memesan ruangan pagi ini. Saat itu, dia memesan tempat ini untuk merayakan Kayla kembali menyandang status lajang, tapi sekarang ... Kayla belum bercerai.
Manajer itu berbalik dan bertanya pada Kayla sambil tersenyum, "Apakah benar seperti yang dikatakan Pak Ronan?"Terlihat jelas bahwa manajer itu tidak ingin mengecek kamera pengawas. Orang-orang yang datang ke Vetro berstatus tinggi dan sangat menghargai privasi. Mereka tidak ingin segala jenis ucapan dan tindakan mereka diketahui."Nggak, dia melecehkanku dan melukai temanku. Kalau kamu nggak percaya, tanyakan pada karyawanmu."Manajer itu melirik kedua pelayan di samping. Melihat mereka mengangguk, dia pun mengetahui kebenaran masalah ini.Namun, dia juga menangani orang berdasarkan status sosial. Dia belum pernah melihat Kayla sebelumnya. Dia pun melihat pakaian Kayla yang sangat biasa dan tidak mengenakan perhiasan berharga. Namun, dia mengenal Ronan. Meskipun Ronan salah, berpihak pada yang berkuasa lebih baik daripada berpihak pada rakyat biasa. Jadi, dia ingin mengakhiri masalah ini begitu saja."Nona, saya lihat teman Anda juga nggak terluka, bagaimana kalau kita sudahi saja ma
Kayla yang dicubit oleh Theo pun merasa kesakitan. Dia memalingkan wajah untuk menghindari Theo, tetapi bagaimana bisa dia menandingi tenaga seorang pria?Melihat Kayla terdiam, Theo makin mendekat dan kemarahan di matanya membara. Namun, dia sudah mencoba yang terbaik untuk menahan amarahnya, Kayla tidak mungkin bisa merasakan emosinya lewat tatapannya.Bahkan suaranya sedikit lebih lembut dari biasanya.Dia mendekati Kayla sambil berkata dengan pelan, "Memangnya Ronan itu siapa, kamu harus meminta bantuan dari orang luar? Apa status Nyonya Oliver kurang berguna? Atau kamu enggan untuk menggunakannya?""Theo, cubitanmu sungguh sakit." Kayla masih berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Theo, tetapi tidak berhasil. Kulitnya terasa sakit perih karena kapalan kecil di ujung jari Theo, mungkin sekarang dagunya sudah terluka.Kayla mengerutkan keningnya sambil berkata dengan kesal, "Kita akan segera bercerai. Aku meminta bantuan pada siapa, nggak ada urusannya denganmu!""Cerai? Kamu rel
Ruangan itu dipenuhi dengan bau alkohol yang menyengat.Theo menunduk untuk melihat kotoran di kemejanya. Akhirnya, dia menyadari apa yang dikatakan Kayla tadi. Dia berkata, "Theo, aku mau muntah.""Kayla!" Dia menggertakkan giginya sambil meneriakkan kata ini.Keheningan berlangsung selama belasan detik ....Entah karena Theo malas berbasa-basi dengan orang mabuk atau dia tidak tahan terus berada di samping Kayla, dia membuka sebotol air dan memaksa Kayla untuk berkumur, lalu pergi ke kamar mandi dengan ekspresi suram.Sepuluh menit kemudian, Theo keluar dengan handuk yang membungkus badannya. Sedangkan Kayla sudah terbaring meringkuk di tempat tidur dan terlelap.Theo menyeka tetesan air di rambutnya, lalu menyuruh orang mengantarkan pakaian untuknya.Kamar hotel berada di lantai 45 dan dilengkapi dengan jendela panorama yang menghadap ke separuh pemandangan Kota Bapura. Tidak terdengar kebisingan ataupun keramaian, hanya terlihat lampu terang yang indah, seperti lukisan yang damai.
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng