Jihan menghabiskan semalaman untuk menjawab soal itu. Saat memalingkan pandangannya dari komputer, dia melihat Wina sudah tertidur pulas sambil bersandar di sofa dan diselimuti.Jihan tersenyum menatap sosok Wina yang tampak begitu cantik dan menawan di bawah sinar matahari.Setelah menatap Wina seperti ini beberapa saat, Jihan berdiri dan berjalan ke arah Wina, lalu menyodok-nyodok pipi Wina. "Ayo bangun."Wina mendorong tangan Jihan menjauh, lalu berbalik badan memunggungi Jihan. "Ssst, aku ngantuk ...."Jihan pun membungkuk dan berkata dengan sabar, "Ayo tepati janjimu. Berikan hadiahnya kepadaku setelah aku selesai menjawab soalnya."Jantung Wina yang sudah setengah sadar pun sontak berdebar dengan kencang, tetapi dia berpura-pura tetap tidur. "Aku ngantuk banget, Sayang. Ini sudah larut ...."Jihan pun terkekeh. "Sayang, kalau ditunda bayarannya jadi dua kali lipat loh.""Ya sudah, dua kali lipat," jawab Wina sambil mengangguk dengan tidak peduli.Nanti malam Wina tinggal menipu J
Supaya Reynaldi tidak tahu Zeno dan Cessa bersama, Cessa meminta Jodie untuk melindungi mereka.Misalnya, ketika Zeno keluar dari jendela. Reynaldi hendak keluar untuk memeriksa karena mendengar bunyi, tetapi Cessa segera memanggil Jodie dan meminta tolong.Contoh lainnya ketika Zeno dan Cessa sedang berkencan. Entah makan bersama atau menonton film, mereka akan menyeret Jodie dan menjadikan pria itu sebagai tameng.Jodie tidak tahan lagi, jadi dia meminta pesawat pribadinya disiapkan dalam semalam dan pulang ke Alvinna. Dia membeli sebuah vila di seberang Bundaran Blue Bay.Jodie masih mecurigai Jihan sebagai salah satu anggota Organisasi Shallon, jadi dia sengaja tinggal di dekat Jihan supaya bisa leluasa mengamati Jihan.Jodie adalah wakil ketua Kamar Dagang Endoa-Siana. Organisasi Shallon sering sekali menggunakan kekuatan keluarga lainnya untuk menyerang Kamar Dagang, sehingga tidak jarang Kamar Dagang merugi.Organisasi Shallon memang melenyapkan mereka yang bermain kotor di duni
Kesedihan Desta pun sontak berhenti setelah Jodie memanggilkan seorang wanita."Tuan Muda baik banget!"Jodie hanya balas melirik dan tidak mengacuhkan pengawalnya itu, lalu meminum anggur merahnya sendirian.Tiba-tiba, seorang wanita duduk di sebelahnya.Tangan wanita itu yang lembut pun perlahan-lahan bergerak naik dari paha Jodie ...."Ngapain kamu?" tanya Jodie sambil refleks mencengkeram tangan wanita itu.Wanita muda itu sama sekali tidak takut dan malah mendekat ke arah Jodie. "Tuan Muda Jodie, kalau lagi keluar begini harusnya Tuan Muda Jodie bersenang-senang. Gimana kalau kulayani malam ini?"Sejujurnya, Jodie masih perawan dan belum pernah melakukannya. Karena usianya sudah matang, kenapa dia tidak mencobanya saja?Namun, ketika wanita muda itu duduk mengangkang di atas pangkuannya, Jodie tiba-tiba teringat cara Wina duduk di atas pangkuan Jihan ...."Dasar gila!"Begitu teringat akan adegan itu, Jodie langsung memaki dengan marah.Jodie sebenarnya memaki dirinya sendiri, tet
Artha menahan rasa pilu dalam hatinya, lalu memalingkan pandangannya dan berjalan terhuyung-huyung ke rumah sakit Lilia.Setelah mendengar alasan Artha menemuinya, Lilia sontak terkejut.Dia pikir Reo sudah menyerah setelah putus darinya, ternyata pria itu sudah menyusun rencana bagaimana memenjarakan Yuno."Kuharap kamu bisa menghadiri persidangan antara klienku dan Yuno yang akan diadakan sebentar lagi."Artha menyadari Lilia yang terlihat kebingungan dan ragu, ekspresinya sontak menjadi lebih suram."Dari ekspresimu, kayaknya kamu nggak mau menggugat Yuno, ya?"Lilia menggelengkan kepalanya. Bukannya dia tidak mau, tetapi karena dia merasa tidak mungkin bisa memenangkan gugatan itu.Siapa itu Yuno?Memangnya dia adalah orang yang mudah untuk dikalahkan?"Kalau memang kamu nggak mau, suruh Dokter Reo untuk mencabut gugatannya. Jangan membuang-buang waktuku."Artha tidak tahu soal masa lalu Lilia dengan Yuno. Dia mengira Lilia sebenarnya ingin melindungi Yuno, jadi dia tidak mau repot
Di gedung Grup Lionel. Jihan baru saja kembali ke ruangannya setelah selesai rapat dengan perwakilan lintas negara.Dia mengklik komputernya, lalu melihat email tentang panggilan dari pengadilan.Saat dia hendak mengklik email tersebut, Jefri langsung membuka pintu ruangannya dan bergegas berjalan menghampiri."Kak Jihan, Artha bilang Jeana menggugat Kakak dan Kak Wina atas tuduhan penculikan cucunya? Kakak sudah terima panggilannya dari pengadilan?"Jihan yang baru saja menerima panggilan itu pun balas mengangguk kecil."Kamu sudah masuk ke kantorku tanpa mengetuk, gaji satu bulanmu kupotong."Jefri pikir Jihan setidaknya akan panik mengetahui dia digugat. Ternyata yang ada dalam pikiran Jihan adalah memotong satu bulan gaji Jefri?"Kak Jihan, Jeana itu menyewa pengacara yang secara mendunia dikenal nggak pernah kalah dalam kasus gugatan kayak gini! Apa Kak Jihan nggak takut nggak bisa menang?"Tidak pernah ada yang namanya "tidak bisa menang" dalam kamus hidup Jihan."Kalau kamu lagi
Jefri pun keluar dari kantor presdir, lalu menelepon Artha dan bertanya sahabatnya itu sedang di mana. Artha pun mengirimkan alamat lapangan golf kepada Jefri.Sesampainya di sana, Jefri melihat Artha yang sedang duduk di bawah payung sambil mengenakan kacamata hitam dan masker. Sahabatnya itu sedang menatap orang di kejauhan sana.Jika mengikuti arah pandangan Artha, terlihatlah Andrew yang mengajari Aulia cara mengayunkan bola."Dia bisa bermain golf."Artha berkomentar tanpa mengangkat kepalanya.Namun, Jefri langsung paham. Dia menarik kursi dan duduk di sebelah Artha."Pasti Andrew yang ingin mengajari."Ini adalah trik yang biasanya digunakan kaum pria untuk memikat wanita. Mengajari cara mengayunkan bola dan sengaja berkontak fisik supaya mangsa mereka segera terjerat.Jefri pikir Andrew adalah pria baik-baik, bukan tipe orang yang akan memandang wanita hanya dari wajah."Adikmu yang minta diajari."Artha balas menengadah dan mengedikkan dagunya ke arah Aulia."Mereka bertaruh d
"Terima kasih," kata Artha. Lalu, dia menatap Aulia dan Andrew lagi sambil bertanya, "Apa menurutmu mereka bisa mencetak hole in one?"Tepat pada saat itu, terdengar pekikan gembira Aulia. Saking senangnya, gadis itu sampai melompat-lompat. "Wah, Tuan Muda Andrew hebat banget! Beneran masuk!"Andrew yang berdiri di belakangnya pun memasukkan satu tangan ke dalam sakunya sambil terkekeh menatap lapangan golf. "Tuh, aku sudah membantumu menghemat 10 miliar. Gimana kamu mau berterima kasih kepadaku?""Sebagai balas budi sudah mengajariku selama dua hari ini, gimana kalau kuajak main bungee jumping?" tanya Aulia sambil tersenyum lebar.Andrew menatap Aulia yang bertubuh mungil dan kurus itu dengan saksama. "Wah, aku nggak tahu kalau Nona Aulia ternyata suka olahraga ekstrem kayak gitu."Aulia yang memakai topi bisbol memiringkan kepalanya dan tersenyum manis. "Aku juga nggak suka, tapi ada yang sering mengajakku main kayak gitu ...."Aulia mendadak teringat sesuatu, senyumannya memudar.An
Sandy mengajak teman-temannya untuk bermain golf sekalian untuk memperkenalkan Sara kepada mereka, tetapi ternyata malah bertemu Jefri di sini.Sandy refleks menggenggam tangan Sara. Sara yang awalnya tidak melihat Jefri pun langsung mengikuti arah pandangan Sandy.Di depan lapangan golf berwarna hijau itu, tampaklah seorang pria yang mengenakan pakaian kasual berwarna putih dan topi bisbol. Pria itu memegang tongkat golf dan berdiri diam di bawah payung.Setiap kali bertemu dengan Jefri saat sedang berkencan dengan Sandy, Jefri pasti akan langsung memutar arah dan berjalan pergi. Sara tahu Jefri akan melakukan hal yang sama kali ini, jadi dia segera memalingkan pandangannya."Yuk kita ganti baju di ruang ganti."Sara berniat menyeret Sandy ke ruang ganti, tetapi arah ruang ganti kebetulan berada di belakang Jefri. Mereka mau tidak mau harus berjalan melewati Jefri terlebih dulu.Sara mengumpulkan segenap tekadnya, lalu menarik Sandy dan berjalan melewati Jefri.Sara pikir Jefri akan m