Wina merasa konyol saat mendengar kata 'pulang'. "Itu rumahmu, bukan rumahku."Dari dulu Wina memang tidak punya rumah. Awalnya dia pikir akan punya tempat untuk kembali setelah bertemu kakaknya, tetapi orang di hadapannya ini, yang mengaku sebagai kakak iparnya, pernah mengunci Wina di dalam mobil karena terlambat pulang. Wina hampir saja mati lemas karena kejadian itu, jadi mana mungkin sekarang dia sudi pulang dengan pria ini?Melihat Wina menolak pulang, Alvin pun berujar dengan santai, "Itu rumah yang kubelikan untuk kakakmu, jadi itu rumahmu juga."Wina menyunggingkan seulas senyum dingin, "Demi bisa melepaskan diri darimu, Kakak sampai rela bunuh diri. Artinya, sebenarnya Kakak nggak mencintaimu. Rumah, mobil dan semua harta lain itu bukan punya Kakak, melainkan wujud dari mimpimu yang ingin memberikan Kakak segalanya."Seketika wajah Alvin menjadi kelam dan tatapannya menjadi tegas. "Kalau dia nggak mencintaiku, kenapa dia berusaha keras mengejarku? Selama 10 tahun pula. Jelas-
Wina mau menangis, tetapi dia masih mengumpulkan keberanian dan berkata pada Alvin, "Tuan Alvin, aku takut sekali padamu. Boleh nggak aku nggak ikut kamu pulang?"Bahkan mesti Wina buta sesaat, dia tidak mau pulang dengan Alvin.Wina sangat takut Alvin akan kembali mengurungnya. Pengalamannya yang begitu dekat dengan kematian membuat Wina sangat ketakutan.Alvin bisa menangkap ketakutan dari sorot mata Wina dan membuat ekspresinya kembali tidak bisa dijelaskan.Setelah menatap Wina cukup lama, Alvin pun menghela napas dan menjawab, "Nanti kita bicarakan lagi setelah pulang."Ketika Wina mendengar ini, dia tahu tidak ada ruang untuk negosiasi.Wina pun berhenti meronta dan menyambut uluran tangan Alvin. Lalu mengikuti pria itu dengan pasrah menuju mobil yang hampir membuatnya mati sesak napas.Mereka berada tidak jauh dari vila, jadi mereka pun sampai dalam beberapa menit.Alvin meraih lengan Wina dan mengantarkannya ke kamar, lalu membawakannya sekotak obat."Ini obat dari George untuk
Masih dari Tuan Malam.Wina merasa sedikit tidak berdaya melihat betapa gigihnya pria ini.Wina tetap tidak menerima permintaan pertemanan pria itu dan langsung menghapus semua notifikasi.Waktu Wina memutuskan untuk keluar dari WhatsApp, dia melihat seseorang dari grup pelanggan yang pernah bekerja sama dengannya dulu memanggil akun Jihan.Grup ini dulu dibuat oleh CEO Grup Nizari untuk terus menjalin koneksi dengan para pelanggan, orang-orang yang tergabung dalam grup itu semua adalah CEO perusahaan.Wina pikir setelah meninggal, orang-orang dari perusahaan akan mendepaknya dari grup, ternyata tidak ....Orang yang memanggil akun Jihan adalah Ferdian, manajer dari Grup Vestin. Sepertinya karena tidak bisa menemukan Jihan, akhirnya dia mencari Jihan lewat grup.Namun, Jihan tidak mungkin membalas pesan itu. Dulu CEO Grup Nizari sampai memelas dan memohon pada Jihan untuk memaksanya masuk dalam grup ini.Tiba-tiba Wina terpikir masa lalu. Jarinya bergerak membuka akun pria itu ....Set
Wina mengingat semua detail kejadian ini dan seketika bisa merasakan cinta Jihan untuknya.Namun, bagi Wina saat ini, semuanya sudah terlambat ....Dia menyimpan kenangan masa lalunya, keluar dari WhatsApp dan berencana menelepon Sara.Sebelum sempat menelepon, George sudah meneleponnya lebih dulu. "Nona Wina, kamu nggak minum obat tepat waktu?"Wina menghela napas tak berdaya saat mendengar pertanyaannya dan menjawab, "George, Alvin takut aku akan kabur, jadi dia nggak memberikanku obatnya."George terdiam beberapa detik, lalu dia menggertakkan gigi dan berkata, "Nanti biar aku yang bicara dengannya."Wina sebenarnya ingin bertanya apa obat-obatan ini bisa dibeli di sini, tetapi George langsung menutup telepon.Begitu panggilan mereka terputus, masuklah telepon dari Sara. "Wina, kenapa ponselmu non aktif terus?"Semalam dia baru pulang dari klub tengah malam. Waktu melihat ada panggilan tak terjawab dari Wina, dia langsung meneleponnya kembali, tetapi ponsel Wina non aktif.Dia pun pe
Alvin menjawab dengan tenang, "Kamu boleh nggak tanda tangan, bagiku sama saja ...."Wina menatap Alvin dan berkata, "Kenapa tiba-tiba kamu mau pulang ke Britton?"Alvin pasti punya urusan penting di sana dan takut tidak bisa mengendalikan Wina lagi saat dia pergi. Jadi, dia meminta Wina untuk menandatangani perjanjian kosong terlebih dahulu.Alvin menatapnya dengan datar dan menjawab, "George bilang anak Vera sakit. Aku mau menjenguknya."Anak kakaknya?Wina terhenyak mendengar kabar ini. "Anak Kakak denganmu?"Alvin terkekeh dan tatapannya terlihat sangat jijik. Dia menjawab, "Anaknya dengan mantan suaminya."Hah? Mantan suami?Wina benar-benar tercengang. Dia menatap Alvin dan tidak bisa berkata-kata.Alvin mengangkat alisnya dan bertanya dengan santai, "Kamu juga merasa hal ini konyol?"Ekspresi terkejut di wajah Wina perlahan memudar. Dia memang tidak tahu banyak tentang kakaknya dan hanya mengandalkan Alvin untuk mengungkapkannya sedikit demi sedikit. Meski begitu, Wina tidak bis
Setelah berkata demikian, Alvin langsung menyimpan kembali berkas perjanjian mereka dan naik ke atas bahkan tanpa melihat ke arah Wina.Wina sangat ketakutan. Dia langsung mengambil ponselnya dan berlari keluar vila untuk menelepon George.George malah tertawa setelah mendengar ucapan Wina, "Nona Wina, jangan khawatir. Kalau dia mau membunuh Gisel, dia pasti sudah melakukannya dari dulu, untuk apa menunggu sampai sekarang."Wina menghela napas lega dan menanyakan beberapa pertanyaan lagi tentang anak itu.George tidak dapat menjelaskan dengan jelas, dia hanya bilang ini adalah anak Vera dengan seorang bangsawan Britton. George tidak bercerita banyak.Setelah mendengar ada keterlibatan bangsawan dalam hal ini, Wina pun tidak bertanya lebih lanjut karena takut ada rahasia. Dia hanya bertanya khawatir, "Gisel sakit apa?"George menjawab dengan tenang, "Nggak sakit, aku sengaja membohonginya. Bukannya dia nggak mau memberimu obat? Jadi aku sengaja menyulitkannya."Wina terkejut, lalu terta
Wina merasa ada maksud tersirat di balik ucapan Alvin.Namun, dia tidak mau repot-repot bertanya. Alvin juga tidak mungkin mau menjelaskan.Alvin sama sekali tidak berniat bicara banyak pada Wina. Setelah berujar mengingatkan seperti itu, Alvin menegakkan tubuhnya, lalu berbalik badan dan berjalan pergi.Saat melihat mobil mewah itu melaju pergi, Wina pun menghela napas lega.Dia tahu Alvin akan kembali, tetapi setidaknya untuk saat ini dia mendapatkan kebebasan.Namun, saat teringat akan enam triliun itu, tubuh Wina kembali menegang.Wina berjongkok dalam kondisi dilema. Tepat pada saat itu, Sara meneleponnya dan bertanya kenapa Wina belum datang.Wina mengenyahkan pikirannya yang terasa kacau, lalu mengatakan akan segera ke sana dan bergegas pergi ke vila Sara.Sara takut Wina melewatkan makan siang, jadi dia sengaja menyiapkan banyak makanan. Sara menata semua makanan itu di sebuah taman kecil.Begitu melihat Wina turun dari mobil di kejauhan sana, Sara segera memanggil Wina, "Sini,
Pria anggun yang duduk di atas kursi roda itu pun menoleh. Begitu melihat Sara, wajahnya yang tampan langsung dihiasi senyuman."Kak Sara ...."Saat mendengar panggilan yang tidak asing itu, Sara langsung menjadi yakin bahwa orang di hadapannya memang benar adalah Ivan. Pemuda yang sejak kecil sudah Sara anggap sebagai adik kandungnya sendiri.Air mata Sara langsung bergulir turun. Sara berjalan menghampiri Ivan sambil mengangkat dagunya tinggi-tinggi, lalu mengumpat sambil menangis."Dasar bajingan! Bisa-bisanya kamu masih hidup, tapi nggak menyuruh orang untuk memberitahuku!""Setiap hari aku pergi ke kuil untuk berdoa semoga kedua saudaraku bisa kembali!""Kamu tahu nggak lututku sampai bengkak karena kebanyakan berlutut? Mataku juga bengkak karena kebanyakan nangis sampai-sampai nyaris nggak bisa melihat ...."Wina jadi ikut berkaca-kaca mendengar perkataan Sara. Sara sudah melakukan begitu banyak hal demi mereka. Sepertinya, seumur hidup saja tidak cukup untuk membalas kebaikan ha