Wina mendorong tiang infus dan berjalan menuju kamar rawatnya. Kebetulan, Sara juga baru kembali dari membeli bubur. Ketika melihat Wina, Sara langsung menghampirinya."Demammu baru turun, tapi sudah jalan sana sini. Apa kamu sudah bosan hidup?"Sara membantu Wina duduk di ranjang, lalu mengomel, "Punya penyakit jantung kenapa masih nggak bisa jaga diri?"Mendengar omelan itu, hati Wina terasa hangat. Dia tersenyum dan berkata, "Aku tadi pergi ambil hasil laporan."Sambil membuka kotak bubur, Sara berkata, "Aku kan bisa bantu kamu ambil, ngapain kamu repot-repot ke sana?"Setelah mengatakan itu, Sara mengulurkan tangannya dengan prihatin dan bertanya, "Mana laporannya? Aku mau lihat."Wina tidak ingin membohongi Sara, tetapi dia tidak punya pilihan lain, "Aku tadi ke ruangan dokter untuk tanya-tanya, laporannya ketinggalan di sana."Sara tidak mencurigai perkataan Wina. Dia hanya khawatir kondisi fisik Wina dan bertanya, "Apa hasil laporan itu?""Hanya tes darah biasa, nggak ada yang s
Setelah dirawat semalaman di rumah sakit, Wina sudah tidak demam lagi. Meskipun masih sedikit lemas, dia sudah tidak perlu dirawat di rumah sakit lagi.Setelah Sara dan Wina menyelesaikan prosedur keluar dari rumah sakit, mereka pun pulang ke rumah.Sara langsung sibuk di dapur begitu kembali. Wina ingin membantunya, tetapi ditolak Sara."Kamu istirahat dulu di kamar, biar aku yang urus di sini."Sara melambaikan tangan, mengusir Wina keluar dari dapur.Meskipun sudah tidak demam, kondisi gagal jantung Wina semakin parah.Wina merasa jantungnya sakit, kepalanya terasa pusing. Karena kekurangan pasokan darah dan oksigen, sekujur tubuhnya terasa lemas sampai tidak bisa berdiri tegak.Dengan kondisi seperti itu dia memang tidak bisa membantu Sara. Wina tidak punya pilihan selain menuruti Sara dan pergi ke kamar tidur.Wina yang baru berbaring dan hendak tidur mendengar ada bunyi notifikasi dari ponsel di meja samping kasur. Notifikasi pesan itu dari berita hiburan yang dia ikuti.Karena s
Getaran ponsel membuat Wina terbangun dari tidurnya.Wina memaksakan diri untuk membuka matanya, mengambil ponsel dan mengangkat panggilan tersebut."Sayang." Suara Emil terdengar dari ujung ponsel, "Aku dengar semalam kamu demam tinggi, gimana kondisimu sekarang?"Ketika mendengar suara itu, Wina seketika terbangun sepenuhnya.Wina bepikir Emil sangat aneh. Mengapa pria yang hanya ingin bercinta dengannya tiba-tiba peduli dengan kesehatannya?'Nggak hanya kirim pesan, tapi juga meneleponku. Apa dia tahu hidupku nggak akan lama lagi terus berencana melepaskanku?'Pikiran Wina melayang ke mana-mana, tetapi dia tetap bersikap tenang dan berkata, "Sudah sembuh.""Baguslah kalau sudah sembuh."Setelah basa-basi menanyakan kabar Wina, Emil bertanya dengan tergesa-gesa, "Tadi kamu telepon aku, apa karena urusan itu sudah selesai?"Wina tahu Emil tidak mungkin peduli dengan kesehatannya, jadi itulah tujuan Emil sebenarnya.Wina bangkit dari kasur dan duduk tegak. Sambil menopang dahinya karen
Waktu yang tersisa masih ada sekitar sepuluh hari sebelum tanggal 9 bulan depan.Wina pergi ke rumah sakit yang berbeda setiap hari untuk mendapatkan resep obat yang mengandung bahan obat tidur.Setelah memasukan obat-obat itu ke dalam botol, Wina menoleh ke kotak yang ada di atas meja.Teringat dia belum mengembalikan gaun dan kalung itu pada Emil, Wina segera mengangkat ponselnya dan membuat janji dengan kurir.Meskipun masih harus berurusan dengan Emil, dia tetap akan mengembalikan barang-barang yang bukan miliknya.Tidak lama kemudian, Wina merasa lega dan senang setelah kurir datang dan mengambil kotak yang berisikan gaun dan kalung pemberian Emil itu.Wina berbeda dengan wanita lain, yang akan menukarkan barang-barang mewah itu dengan uang. Dia lebih memilih mengembalikan semuanya.Emil kali ini bertemu dengan wanita yang cukup rumit. Namun, dia merasa bisa menunggu sampai mendapatkan proyek itu baru menaklukkan Wina.Wina yang sedang beristirahat di rumah menerima telepon dari S
Wina takut Sara akan khawatir, jadi segera mencari alasan, "Aku 'kan diet demi ke pernikahanmu."Sara mengernyit dan mengomel, "Kamu sudah seperti batang bambu tahu, jadi nggak perlu diet lagi. Dengarin aku, mulai sekarang porsi makanmu setiap hari harus bertambah tiga kali!"Mendengar itu, Denis terkekeh-kekeh dan berkata, "Dengan porsi sebanyak itu apa dia nggak akan langsung jadi sangat gemuk?""Wina tetap akan cantik nggak peduli seberapa gemuknya dia," ujar Sara dengan senang.Denis mengangguk dan berkata, "Ya, deh, apa yang kamu bilang selalu benar. Sekarang sudah bisa ikut aku untuk mencoba riasan?"Setelah disela Denis, Sara tidak lagi ingat mengomel Wina. Dia ditarik Denis menuju ruang rias.Setelah mencoba beberapa riasan di butik itu, mereka pergi ke hotel untuk mengetahui prosedur acara pernikahan.Setelah semuanya selesai, Denis mengajak Sara dan Wina ke restoran untuk makan. Setelah itu, mengantar mereka berdua pulang.Sesampai di rumah, Sara beristirahat sebentar, lalu m
Sara hendak menghentikan Wina ketika melihat Wina menutup kardus itu dengan cepat, tetapi Wina mendorongnya menjauh."Wina, kenapa kamu begitu keras kepala?" ujar Sara sambil menghela napas.Setelah menutup kardus itu dengan lakban, Wina berbalik dan memeluk lengan Sara sambil bertingkah manja."Kamu sudah menjagaku sejak kecil, tapi aku belum pernah melakukan apa pun untukmu. Anggap saja itu sebagai adik yang berbakti kepada kakaknya."Sara sebenarnya masih tidak setuju untuk menerima uang itu. Dia tahu kehidupan Wina sangat sulit, tetapi Wina bersikeras memberikannya. Alhasil, Sara tidak punya pilihan selain menerima kartu bank itu terlebih dahulu.Sara berpikir untuk mengembalikan kartu itu ke kamar Wina pada hari pernikahannya. Apa pun yang terjadi, dia tidak bisa mengambil uang hasil kerja keras Wina.Setelah selesai mengemas barang, mereka berbaring bersama di atas kasur. Seperti ketika mereka masih remaja, berbaring memakai masker wajah sambil memikirkan masa depan.Saat topik p
Ada belasan pengawal berpakaian hitam mendorong pintu hingga terbuka lebar.Emil, yang memasukkan tangannya ke dalam saku celana, berjalan masuk dengan angkuhKetika menyaksikan lagak sekelompok orang itu, para tamu yang hadir begitu ketakutan hingga tidak berani berbicara.Sara dan Denis bingung dan tertegun di tempatnya.Saat melihat Emil, raut wajah Wina langsung memucat.Wina pikir Emil tidak akan datang, tetapi tidak disangka Emil langsung menerobos ke tempat pernikahan.Karena takut Emil akan merusak acara pernikahan ini, Wina bangkit dari kursinya dan bergegas menghampiri Emil."Pak Emil."Wina buru-buru menghentikan Emil yang sedang berjalan menuju panggung dengan berkata, "Kontraknya sudah ditandatangani, aku akan menyerahkannya padamu malam ini."Emil memandang Wina dari atas sampai bawah. Melihat Wina mengenakan gaun pengiring pengantin yang seksi berwarna sampanye, sorot matanya langsung dipenuhi dengan hawa nafsu.Emil mengulurkan satu tangannya ke pinggang Wina, lalu mena
Begtiu orang-orang itu pergi, para tamu mulai membicarakan Wina. Mereka bertanya-tanya kenapa Wina bisa memprovokasi orang seperti itu.Wina tidak memedulikan hal itu, dia menoleh ke Sara dan Denis yang berjalan menghampirinya."Wina, mereka itu siapa?" tanya Sara.Sara menatap Wina dengan khawatir. Firasatnya mengatakan bahwa orang-orang itu bukanlah orang baik-baik.Wina tersenyum sambil menepuk-nepuk tangan Sara dan menjawab, "CEO Grup Rinos. Dia datang mencariku untuk meminta dokumen kontrak penting."Saat mengatakan ini, Wina dengan sengaja meninggikan suaranya.Ada mik kecil yang tersemat di gaun pengantin Sara. Karena jarak Wina sangat dekat, suaranya tertangkap oleh mik itu dan tersebar melalui pengeras suara.Setelah mendengar penjelasan Wina, para tamu mulai membicarakannya lagi. Mereka mengatakan teman Sara begitu hebat sampai bisa mengenal CEO Grup Rinos.Kampung halaman Denis berada di pinggiran Kota Aster. Oleh karena itu, kerabat Denis tidak kenal dengan orang penting, h