Permana minta maaf dan menambahkan, "Sinyal di Medan Hitam juga sudah diblokir. Aku nggak bisa menghubungi orang-orang di dalam."Wajah Jihan terlihat sangat dingin. Di saat dia sedang mencari cara, ternyata James juga menyusun strategi.Karena tidak bisa menyelamatkan Wina lebih dulu, maka Jihan harus membereskan bom. Selama James tidak bisa mengendalikannya, Jihan bisa menyelamatkan Wina.Jihan pun menutup telepon dan menatap Jefri, "Kalau kamu nggak bisa mematikan sistem peledakan, perpanjang saja waktu peledakannya."Jefri yang sedang melakukan simulasi program saat ini sangat lelah. Matanya hampir terpejam, tapi tekad yang kuat yang membantunya bertahan, "Kasih aku waktu sedikit lagi, aku pasti bisa menemukan cara untuk mematikannya."Di sini Jefri tidak semerta-merta hanya mematikan program yang dibuat James. Dia juga perlu memanipulasi, memodifikasi dan mengenkripsi sistem agar pihak lawan tidak bisa memprogram ulang kode yang sudah dibuatnya.Dengan pikiran ini, Jefri pun kemba
Para manipulator terhenyak dan sangat khawatir. "Secepat itu?"James mengangguk, "Kalau aku di posisinya, tanpa kendala pemantauan, penentuan posisi dan ancaman ledakan, aku pasti akan kembali balas dendam secepat mungkin."Apalagi Jihan mengkhawatirkan Wina, mana mungkin Jihan bersikap lemah dan menunda mengambil tindakan? Satu-satunya hal yang harus Jihan lakukan sekarang adalah mencegah James memodifikasi program peledakan.Begitu terpikir hal ini, James mengusir salah satu pemrogram. Dia turun tangan dan dengan mudah menonaktifkan sistem enkripsi rumit yang dibuat oleh Jefri, lalu mempersingkat waktu peledakan dengan sangat cepat.Jefri yang sedang duduk di depan komputer dan mengamati situasi pun melihat pihak James sudah mengubah waktu yang susah payah akhirnya bisa dia perpanjang. Seketika, Jefri jadi geram, dia kembali mengangkat jari-jarinya yang hampir kram dan terus mengetik kode.Dalam beberapa saat, Jefri kembali berhasil memperpanjang waktu. James tersenyum memuji, "Anak
Permana memegang ponselnya sambil berdiri di depan jendela yang terbentang dari langit-langit. Setelah berpikir selama beberapa saat, dia akhirnya menelepon Jihan."Aku mau memberitahumu lebih dulu kalau James menugasiku untuk berperang di luar lapangan. Aku akan menjadi musuhmu."Jihan sudah tahu James akan melakukan hal seperti ini, ekspresinya tetap terlihat datar."Kalau kamu mau meninggalkan Medan Hitam, kamu bisa menyaksikan apinya dari sisi yang lain."Permana tersenyum dengan santai."Aku ini 1-4, anggota pertama yang bergabung dengan Medan Hitam. Mana bisa aku menonton dari sisi lain? Paling aku nggak bakalan menyerangmu."Selain James, ada pula banyak rekannya di Medan Hitam. Demi rekan-rekannya dan Medan Hitam yang mereka dirikan bersama, mau tidak mau Permana harus menunaikan misi yang James berikan."Tapi, Nak, walaupun aku nggak akan melakukan apa-apa kepadamu, tetap saja kenyataannya ada banyak keluargaku yang dibunuh oleh Organisasi Shallon. Aku harus membunuh beberapa
"Memangnya aku bisa keluar hidup-hidup kalau Tuan Jovan menemuiku tanpa aku menyelidiki soal Pimedus lebih dulu?" sahut Jihan dengan dingin.Tuan Jovan menyerahkan tongkat berjalannya kepada Daris, lalu duduk di sofa, "Dengan keahlianmu, nggak heran kalau kamu bisa kembali hidup-hidup."Jihan pun berbalik badan menghadap Tuan Jovan yang sedang duduk. "Terus, kenapa kamu menemuiku?"Tuan Jovan bersandar di sofa dengan santai sambil menyilangkan kakinya. "Karena kamu sudah tahu tentang Pimedus, sebaiknya aku memberitahumu."Jihan yang berdiri menghadap cahaya itu menatap Tuan Jovan dengan datar. "Jadi, kamu berencana menyembunyikannya dariku selamanya kalau aku nggak tahu?"Tuan Jovan tidak menjawab pertanyaan itu yang penting itu dan berujar, "Aku nggak memberitahumu karena Pimedus bukanlah organisasi yang baik."Cahaya senja yang hangat di luar jendela menyinari tubuh Jihan, membuat tubuh Jihan seolah memancarkan cahaya keemasan. Namun, Jihan sama sekali tidak merasa hangat.Dia bertan
"Saat itu, Keluarga Nebena juga lagi dalam masa-masa yang sulit. Mereka punya banyak utang dan menjadi musuh banyak pihak.""Bisa dibilang ada banyak pihak yang mengejar-ngejar menagih utang kepada Keluarga Nebena, tapi James mengadang semuanya.""Berkat perlindungan dari James, nggak ada yang berani menyentuh Keluarga Nebena. Sekelas Pimedus saja nggak bisa mendekati Ishara.""Rustadi baru memiliki kesempatan balas dendam setelah James dipaksa oleh ayahnya untuk menikah dengan Petra, lalu Ishara dicampakkan dalam amarah.""Rustadi memimpin Pimedus untuk membunuh keluarga Ishara, lalu meminta para preman bawahannya untuk menggantikan Michael dan memerkosa Ishara yang baru saja melahirkan.""Jumlah mereka banyak sekali dan apa yang mereka lakukan sangat kejam. Menurut keterangan ayahku, bagian pribadi Ishara sampai hancur. Ishara nggak mungkin bisa istirahat dengan tenang kalau melihat bagaimana dia mati.""Rustadi bukan orang yang memiliki kekuasaan tinggi saat itu, dia juga nggak bera
Ucapan Jihan itu menyela nostalgia Jovan. Jovan pun mengangkat pandangannya menatap mata Jihan yang seolah mengetahui segalanya."Ya, aku memang berencana menggunakanmu sebagai senjata untuk menyingkirkan Keluarga Dinsa, Keluarga Levin dan Keluarga Lionel. Itu lebih memuaskan daripada aku turun tangan sendiri. Gimanapun juga, mereka semua itu kerabatmu."Dendam atas kematian istrinya tidak cukup dibalaskan hanya dengan saling membunuh seperti yang Keluarga Elfitra lakukan. Jovan berencana mengadu domba Keluarga Dinsa, Keluarga Levin dan Keluarga Lionel dengan perlahan-lahan.Jika James adalah orang yang kejam, maka Jovan adalah orang yang licik. Dia menyusun permainan caturnya dengan sabar dan penuh strategi selama bertahun-tahun, sementara para pemainnya menganggap satu sama lain seperti kerabatnya sendiri."Aku pernah nyaris mati dihajar waktu berumur tujuh tahun dan kamulah yang menyelamatkanku waktu itu. Kamu memberiku tempat untuk menumpang hidup. Kukira kamu memang tulus mau meny
Wajah Jihan yang diterpa sinar matahari terlihat pucat. Dia menyunggingkan seulas senyuman dingin."Aku nggak mau istriku hidup denganku dalam ketakutan. Aku cuma ingin menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Apa aku salah?"Tinggal di Organisasi Shallon, membuatnya selamanya berjalan di ujung pisau. Jika identitasnya terungkap, dia, Wina dan keluarga mereka akan berada dalam bahaya."Kamu nggak salah.""Terus salah siapa?"Jihan mengangkat alisnya dan bertanya pada Jovan."Kalau aku nggak salah, masa Zeno yang salah?"Tuan Jovan balas meliriknya tanpa menjawab apa-apa.Jihan perlahan menegakkan tubuh, meletakkan tangannya di atas lutut dan menatap langsung ke arah Jovan dengan matanya yang dingin."Apa kamu tahu berapa banyak nyawa melayang karena keegoisanmu?"Jari Jihan satu per satu jatuh ke meja di antara mereka berdua, menunjuk daftar nama Organisasi Shallon di hadapannya."Mereka dijadikan cyborg hidup demi bisa membalaskan dendammu!""Dan Zeno, yang tumbuh besar bersamaku, mati d
Jihan mengangkat matanya dan menatap Vian dengan tenang. "Aku nggak mengajakmu."Vian berujar perlahan, "Zeno dan anggota lainnya juga saudaraku. Sudah tugasku membalaskan dendam mereka."Tatapan Jihan yang dingin menatap pintu yang sudah ditutup Daris di belakang Vian, kemudian dia berkata, "Sebaiknya kamu pulang dengannya dan mendengar cerita sebenarnya."Vian tersenyum menghina, "Dia mengadopsiku dan menyembunyikanku, dia membimbingmu dan memanfaatkanmu, apa beda kedua hal ini? Fakta yang kalian ucapkan itu hanya seperti mengasah dua bilah pisau."Baik Vian dan Jihan adalah pedang yang diasah oleh Jovan. Bedanya, Jihan adalah pedang yang diasah untuk membasmi kerabatnya sendiri, sedangkan Vian adalah pedang yang ditujukan untuk membantu Tuan Jovan memperluas kekuasaannya dan menstabilkan hati orang-orang.Begitu terpikir hal ini, hati Vian terasa pedih, "Sebenarnya Zeno dan anggota lain yang meninggal di area eksperimen hanyalah alat untuk membalas dendam Tuan Jovan, tapi kami tetap