Setelah Dylan menyadari situasi di sana, dia segera berhenti berbicara dengan Pak Irawan Sentosa dan berjalan menuju Clara."Apa kamu baik-baik saja?"Clara menggelengkan kepalanya."Apa pergelangan kakimu terkilir?""Sepertinya iya."Pergelangan kakinya agak sakit, mungkin karena terkilir.Melihat Dylan peduli padanya, hatinya merasa hangat, tetapi juga sedikit sedih.Dia juga sudah menyadari cara orang-orang di sekelilingnya memandangnya.Dia tahu semua orang mengira dia sengaja melemparkan dirinya ke pelukan Edward.Bahkan jika dia terkilir sekarang, mereka mungkin akan berpikir dia pantas mendapatkannya.Sedangkan, Edward...Dia bahkan tidak mau membantunya berdiri, ketika dia melihatnya terjatuh, dia bahkan tidak bertanya apakah dia baik-baik saja.Satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya di sini adalah Dylan."Coba aku lihat.""Nggak apa-apa."Ada begitu banyak orang di sini.Tetapi Dylan mengabaikannya, dia tetap menggendongnya dan mendudukkannya menjauh dari kerumunan
Clara tanpa sadar langsung menolaknya. "Nggak usah repot-repot, aku bisa pergi ambil sendiri."Dia menolak dengan tegas, membuat Dani langsung terdiam.Clara berkata memastikan, "Halo?""Oke, nanti aku kirimkan alamat bengkelnya.""Oke, terima kasih bantuanmu."Dani pun menutup telepon tanpa mengatakan apa pun.Kaki Clara sedang terkilir, jadi tentu saja dia tidak bisa menyetir.Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya memutuskan untuk minta bantuan Dylan.Dylan pun setuju untuk membawakan mobilnya kembali setelah urusannya selesai.Malam hari, Clara memesan makanan secara online. Setelah selesai makan, dering telepon terdengar. Itu telepon dari Elsa, dia menanyakan kapan Clara akan pulang.Clara tentu saja berkata terus terang, "Kaki Mama terkilir, jadi kalau berjalan, agak sakit. Sekarang masih berobat jadi nggak bisa pulang. Kamu tidur lebih awal ya."Setelah mendengar kabar itu, Elsa langsung bertanya dengan perhatian, "Hah? Kaki Mama terluka? Apa parah? Apa sakit?""Sakit, tapi ngga
Dani terdiam sejenak, lalu berkata, "Nanti aku kirim nomor rekeningnya.""Oke." Clara berkata dengan sopan, "Maaf sudah merepotkanmu. Dan terima kasih banyak untuk bantuanmu hari ini."Dani berkata dengan tenang, "Sama-sama."Setelah itu, dia menutup teleponnya terlebih dahulu.Dylan yang mendengarkan di dekatnya, langsung bertanya, "Itu orang yang bantu kamu urus mobil?"Saat itu, Dani telah mengirimkan nomor rekening dan foto nota perbaikan mobilnya.Clara melihatnya dan segera membuka aplikasi pembayaran seluler sambil menjawab, “Benar.”Dari nada bicaranya, Dylan dapat menebak bahwa Clara tidak akrab dengan orang itu.Sedangkan Dani, Dylan sudah pasti mengenalnya, dan dia tahu bahwa Clara juga mengenalnya.Sejauh pengetahuannya, Clara dan Dani tidak akrab sama sekali.Oleh karena itu, meskipun dia mendengar Clara memanggil orang itu dengan nama Dani, dia tidak terpikir bahwa itu adalah Dani Nainggolan.Clara lalu mentransfer uang itu ke rekening Dani tanpa kurang satu rupiah pun.A
Mendengar kata-kata Elsa, Clara tiba-tiba tersadar.Kemarin saat dia terjatuh, Edward tidak menawarkan bantuan sama sekali untuk membantunya berdiri.Saat dia terluka, Edward juga berlagak seakan itu bukan masalahnya.Dia melakukan itu bukan hanya karena dia benar-benar tidak peduli padanya, tetapi juga karena dia takut Vanessa akan salah paham, bukan?Di dalam hatinya, pikiran dan perasaan Vanessa adalah yang terpenting, ‘kan?Edward sama sekali tidak peduli pada hidup matinya.Itulah mengapa dia bersikap begitu saat melihatnya terjatuh dan terluka kemarin, ya ‘kan?Memikirkan hal itu, ekspresinya menjadi dingin, dan dia hendak mengatakan bahwa itu tidak perlu, tetapi Edward berkata."Coba tanya Mamamu."Lalu Elsa bertanya kepada Clara, "Ma, Ayah tanya apa Mama mau bicara dengannya di telepon."Clara mengerutkan bibirnya dan berkata, "Nggak, Mama sedang sibuk."“Oke... ” Elsa juga berkata kepada ayahnya, “Ayah, Mama bilang nggak.”Edward menjawab, "Oh."Elsa berkata, "Oke, Ma. Sampai
Setelah makan siang bersama, mereka mengobrol selama beberapa jam dan kedua perusahaan sudah mencapai kesepakatan awal untuk menjalin hubungan kerja sama .Dua hari kemudian, Clara dan Dylan pergi ke perusahaan teknologi Edward, X-Tech, untuk membahas kontrak lebih lanjut.Ketika mereka tiba di X-Tech, mereka diterima oleh Pak Candra dan Pak Darmawan, seorang eksekutif senior X-Tech.Namun, Pak Darmawan datang terlambat.Setelah tiba di ruang rapat, hal pertama yang dilakukannya adalah meminta maaf kepada Clara dan Dylan."Saya baru saja ada rapat di lantai atas dengan Pak Edward dan yang lainnya. Maaf, karena sudah terlambat."Jadi, Edward juga sedang sekarang?Clara memikirkannya, lalu berjabat tangan dengan Dylan, dan berkata, "Tidak masalah, Pak Darmawan."Setelah dia tiba, mereka langsung membahas isi kontrak.Tak lama kemudian, seseorang mendorong pintu hingga terbuka.Clara dan Dylan tidak terlalu memperhatikan dan mengira dia hanya karyawan biasa X-Tech.Namun, saat Pak Candra
Vanessa tersenyum tipis, "Kita bicarakan nanti saja."Dengan kata lain, selama Vanessa mau, dia bisa datang ke X-Tech untuk bekerja kapan saja.Ada begitu banyak perbedaan cara Edward memperlakukan mereka berdua, dan Clara tidak ingin mengetahuinya lagi.Clara mengambil cangkir dan minum. Pada saat itu, dia melihat seseorang berdiri di luar pintu kaca.Dia mengangkat kepalanya sedikit.Edward Anggasta.Dia terdiam sejenak.Edward juga melihatnya, namun fokusnya tidak tertuju padanya.Clara berbalik dan melihat Vanessa tersenyum tipis ke arah pintu, jelas-jelas sedang menyapa Edward.Kemudian, Vanessa berkata kepada Pak Darmawan, "Saya pergi dulu."Baru saat itulah Pak Darmawan dan Pak Candra menyadari kedatangan Edward.Sekarang sudah hampir tengah hari, jadi Edward pasti datang khusus untuk mengajak Vanessa makan siang.Melihat mereka berdiri untuk menyambutnya, Edward berkata, "Jangan sungkan. Lanjutkan saja urusan kalian."Mereka mengangguk setuju.Edward berkata kepada Dylan denga
Dylan terkejut, "Wah, kebetulan sekali."Edward menjawab, "Iya, kebetulan sekali."Dylan berkata, "Karena kami lebih banyak jadi Pak Edward bisa turun duluan. Kami akan menunggu yang berikutnya.""Oke, sampai jumpa, Pak Dylan.""Sampai jumpa."Pintu lift tertutup lagi, mereka harus menunggu lift berikutnya.Setelah menunggu sebentar, saat mereka memasuki lift, ponsel Clara berdering.Itu dari Elsa.Setelah meminta ijin dengan yang lain, dia menjawab telepon, "Halo.""Ma, apa Mama sudah pulang kerja? Kapan Mama ke rumah?"Sejak Clara mengalami cedera kaki, Elsa selalu meneleponnya setiap hari. Setelah mengetahui bahwa cedera kaki mamanya telah sembuh, sejak kemarin dia selalu bertanya kapan Clara akan pulang.Clara sangat sibuk dengan pekerjaan akhir-akhir ini dan tidak bisa menemaninya tadi malam.Sekarang mendengarnya bertanya hal yang sama, dia berkata, "Sudah selesai, Mama akan ke sana sekarang.”Saat dia menutup telepon, lift sudah mencapai lantai bawah.Pak Candra bertanya dengan
Clara mengangguk setuju.Elsa memintanya untuk mengantarnya ke sekolah besok.Clara juga setuju.Sejak di Vila Air Panas, mereka berdua belum bertemu selama sepuluh hari.Jadi, dia menginap di di sana malam itu.Tetapi dia tidak akan tidur di kamar utama.Dia berencana untuk tidur dengan Elsa.Terakhir kali Clara datang dan tidur dengannya adalah karena dia sakit.Tetapi kali ini, dia tidak sakit, dan dia tidak meminta mamanya untuk tidur dengannya.Melihat Clara mandi di kamarnya dan berencana untuk tidur di kamarnya, Elsa tidak mengerti mengapa dia tidak masuk ke kamarnya dan ayah untuk tidur.Namun, dia sebenarnya suka tidur dengan Clara, karena aroma tubuhnya sangat harum dan lembut, dan sangat nyaman untuk memeluknya.Jadi dia tidak bertanya.Namun karena mamanya ada di sana, dia harus berhati-hati saat mengucapkan selamat malam kepada Tante Vanessa, jangan sampai mamanya tahu.Malam itu, ketika Clara tidur, waktu sudah lewat jam sebelas.Namun Edward belum kembali.Ketika dia ban
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara
Elsa sangat menyukai Natal.Dia biasa menghias pohon Natal di rumah bersamanya setiap tahun.Mereka juga pergi berbelanja pada Hari Natal dan merasakan suasana Natal yang meriah di jalan-jalan bersama orang-orang di sekitar mereka.Tetapi sejak Elsa pindah ke luar negeri bersama Edward, dia tidak pernah menghabiskan Natal bersamanya lagi.Tidak, yang benar adalah dia tidak pernah lagi merayakan Natal.Meskipun Clara sudah bersedia melepaskannya.Tetapi bagaimanapun juga, Elsa tetaplah putrinya yang sudah dia kandung selama sepuluh bulan dan dia besarkan sendiri selama bertahun-tahun.Kini, dia berada di jalanan yang ramai, memandang segala yang ada di sekelilingnya, dan setiap serpihan masa lalu terlintas dalam pikirannya, mengganggu kedamaiannya."Clara?"Clara menoleh.Itu Richard Listanto.Dia mengangguk dengan sopan, "Pak Richard.""Kenapa kamu sendirian di sini?"Clara menahan emosi di matanya dan tersenyum, "Aku keluar mau beli beberapa tanaman."Ketika Richard memandang sekelili
Ini bukan pertanda baik.Jadi mereka ingin datang dan bicara dengannya.Ervan berkata, "Clara..."Sebelum Clara sempat bicara, Dylan tersenyum dan berkata, “Pak Ervan, apa Anda di sini untuk beri tahu semua orang tentang hubungan antara Anda dan Clara?”Senyum Ervan membeku, lalu dia berkata sambil tersenyum masam, "Pak Dylan, ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Clara, apa Anda bisa..."Dylan bahkan tidak perlu menunggu Clara bicara. Dia berkata, "Kalau Pak Ervan mau semua orang tahu tentang hubungan kalian, silakan saja."Ervan tidak ingin menyinggung perasaan Dylan.Mendengar hal itu, dia tidak punya pilihan selain pergi bersama Lily.Namun, sebelum pergi, dia berkata pada Clara, "Nanti aku telepon kamu, ingat itu."Clara tidak mengatakan apa pun.Dia terlalu malas untuk memedulikannya.Sedangkan untuk panggilan telepon, dia tentu tidak akan angkat.Dylan merasa kesal, "Aku pengen banget terang-terangan lawan mereka."Clara juga ingin.Akan tetapi, ketika menyangkut dirinya dan
Mereka menatap Edward, lalu Clara, lalu mengalihkan pandangan mereka ke Vanessa dan perlahan mengerutkan kening.Dalam keheningan, Edward tiba-tiba bertanya, "Kamu sudah lama nggak main catur?"Clara sedang membongkar taktiknya. Mendengarnya, Clara bahkan tidak mendongak dan hanya berkata, "Iya".Sejak menikah dengannya, Clara pada dasarnya tidak pernah bermain catur lagi.Edward berkata, "Pantas kelihatan agak kaku."Clara tidak menanggapinya dan fokus pada permainan catur.Situasinya tidak menguntungkan baginya sekarang.Tampaknya ada jalan keluar yang bagus di sisi Edward, tetapi faktanya, bidak catur tersembunyi yang telah diletakkannya mengintai di mana-mana, menunggu dia memakan umpan dan kemudian menjebaknya.Setelah berpikir sejenak, Clara menghindari jebakan yang telah dipasangnya dan melancarkan gerakan ke tempat lain.Situasinya akhirnya menjadi jelas lagi.Sekarang giliran Edward yang dirugikan.Edward mengangkat alisnya dan tersenyum. Setelah sekian lama, dia membuat langk
Selanjutnya, dia mulai lebih memperhatikan Clara.Melihat Clara menghadang perangkap yang disebabkan oleh Edward dengan cara yang tidak dapat dibayangkannya, dia terkejut.Saat dia mendengar komentar Kakek Sony, hatinya merasa tidak senang.Clara sangat serius dan tidak memperhatikan hal lain. Satu-satunya hal yang ada dalam pikirannya adalah permainan catur di depannya.Dia telah menstabilkan situasi saat itu, tetapi dia tahu jika ingin menang, dia harus...Dia berhenti sejenak dan menatap Edward.Edward membuat gerakan lain.Clara menghentikan gerakannya.Ketika Kakek Leo melihat itu, dia tersenyum dan berkata, "Sungguh menakjubkan. Aku nggak sangka akan melihat permainan catur yang begitu menakjubkan di sini, dan yang bermain bahkan dua anak muda. Bagus, Bagus."Kakek Sony merasa dia berisik dan menyelanya, "Jangan bersuara!"Kakek Leo langsung terdiam.Setelah beberapa menit, Clara akhirnya mengembalikan keadaan, dia mulai bisa membalikkan situasi yang tidak menguntungkan.Dua meni
Pada saat itu, Edward menjawabnya dan berkata, "Oke."Clara duduk di hadapannya.Setelah sempat terkejut, Vanessa segera tersadar dan ekspresinya segera kembali tenang.Setelah mengucapkan salam kepada Kakek Leo dan yang lainnya, dia beranjak dan berdiri di samping Edward.Faktanya, bukan hanya Dani, Keluarga Gori dan Sanjaya yang terkejut, Richard dan Kakek Leo juga cukup terkejut.Meskipun, Henry baru saja perkenalkan Clara kepada semua orang di ruang pameran.Akan tetapi, baik Richard maupun Kakek Leo tidak tahu banyak tentang Clara.Mereka hanya mendapat kesan Clara memiliki sifat lembut dan pendiam, dan tidak terlihat seperti orang yang suka pamer.Sekalipun dia tahu cara main catur, dia tidak terlihat seperti seseorang yang akan mengajukan diri dalam kesempatan seperti itu.Kakek Sony juga tidak mengenal Clara.Tetapi dia menyadari keberadaannya.Clara memiliki penampilan yang luar biasa dan karakter yang lembut dan baik, dia tampak seperti gadis berperilaku baik yang dibesarkan
Kakek Sony tersenyum dan berkata, "Ini memang lumayan."Setelah berkata demikian, Kakek Sony bertanya, "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya sedang melukis?""Apa karena khawatir kalau aku akan bilang kamu nggak memperlakukanmu dengan baik, jadi kamu datang ke sini untuk menemuiku?""Sudah sana, pergi lakukan urusanmu, jangan ganggu aku nonton catur."Namun, Kakek Leo tidak pergi.Ketika anggota Keluarga Gori dan Sanjaya mendengar Kakek Leo dan Kakek Sony memuji Vanessa, senyum mengembang di wajah mereka.Banyak orang di sana mengenal Vanessa.Banyak orang yang kagum sekaligus cemburu padanya.Itu karena Vanessa selain memiliki kecantikan dan kualifikasi akademis, dan sekarang dia telah menarik perhatian Kakek Leo dan Kakek Sony karena keterampilan caturnya.Terlebih lagi, Vanessa sangat dicintai oleh Edward karena pesonanya tersendiri, yang membuat Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori mudah naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi.Siapa yang tidak menginginkan putri seperti dia?Seseorang