Dani sebenarnya sudah tahu lokasi toko kue itu.Setelah Clara pergi, dia juga tidak pergi ke toko kue.Dia masuk ke dalam mobil, ragu-ragu sejenak, lalu menelepon, "Gading, aku sudah pulang, tapi aku masih harus kejar pesawat lagi nanti. Tolong tanyakan Edward apa dia ada waktu. Kalau nggak ada, tolong temani aku ke rumah sakit untuk jenguk Vanessa ya."Gading sangat terkejut, "Kamu sudah pulang? Kapan kamu sampai?"Dani tidak menjawab pertanyaannya, "Kamu telepon Vanessa dulu, tanya apa dia ada waktu nanti."Gading baru saja hendak bertanya pada Dani mengapa dia tidak menelepon Edward dan Vanessa sendiri.Setelah dipikir-pikir lagi, dia merasa Dani pasti ada urusan lain yang harus dilakukan dan sedang terburu-buru, lagipula dia juga belum mengunjungi Vanessa hari ini, jadi dia setuju tanpa berpikir terlalu banyak.Edward sedang sibuk.Setelah menutup telepon, Dani membeli sebuket bunga dan sekeranjang buah, lalu pergi ke rumah sakit untuk bertemu Gading.Di kamar pasien.Melihatnya, V
Edward tidak mengatakan apa-apa, tetapi langsung menelepon Clara dengan ponselnya.Clara melihatnya dan menolak panggilan itu.Edward melihatnya, berhenti sejenak, dan berkata, "Mamamu juga nggak jawab telepon Ayah.""Mama sedang sibuk, jadi nggak lihat panggilan kita ya?"Kalau tidak, mustahil Mama tidak jawab panggilan Ayah."Mungkin." Edward mengenakan jasnya dan mengambil mantel hitam, lalu berkata, "Ayah mau pergi. Kalau kamu mau keluar main, kamu bisa minta pengawal untuk mengantarmu.""Tapi aku mau Mama yang temani aku..."Meski dia tidak suka mamanya mengatur-atur dirinya, dia tetap ingin Clara yang menemaninya sesekali.Kemudian, dia memegang wajah kecilnya dan bertanya, "Ayah, Ayah mau ke rumah sakit jenguk tante atau pergi ke kantor?""Ayah ke rumah sakit dulu, baru ke kantor." Edward menepuk dahinya pelan, "Ayah pergi ya, kamu main sendiri dulu."Elsa berkata, “Iya.”Dia menelepon Clara dua kali lagi, tetapi dia tetap tidak menjawab.Dia tidak punya pilihan lain selain memi
Namun, karena Gunawan berada di posisi penting dan memiliki informasi langsung, wajar jika dia memberikan keuntungan kepada anggota keluarganya terlebih dahulu.Seperti itulah keadaan di masyarakat kelas atas.Dylan juga sudah terbiasa dengan hal itu.Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Perusahaan kita benar-benar perlu kerja sama dengan pihak lain untuk perluas proyek, tapi aku nggak terlalu suka Doni..."Clara tahu alasan dia tidak senang karena Doni menyukai Vanessa.Sebenarnya Clara juga tidak masalah dengan hal itu.Dia berkata dengan tenang, "Proyek ini bisa berjalan dengan lancar, prioritas kita adalah untuk dapat manfaat sebanyak-banyaknya. Yang lainnya nggak terlalu penting."Dia pernah bertemu Gunawan sekali.Dia mungkin memiliki motif pribadi, tetapi dilihat dari sikap Prof Nian terhadapnya, Gunawan sepertinya orang yang dapat dipercaya.Dylan berkata, "Iya, aku paham."Dia hanya mengutarakan perasaannya.Dia mengangkat dagunya dan mendengus, lalu berkata, "Pokoknya, mas
Ketika mereka tiba di restoran, Clara melihat Keluarga Gori dan Sanjaya berjalan ke arahnya.Dylan mengumpat dengan suara pelan, "Dunia itu memang sempit."Keluarga Gori dan Keluarga Sanjaya sangat senang melihat Dylan.Ervan tersenyum dan berkata, "Pak Dylan, kita bertemu lagi."Dylan tersenyum tipis, "Iya, kita bertemu lagi."Ervan tersenyum dan berkata, "Kita kebetulan bertemu di sini, gimana kalau kita makan bersama?"Ervan ingin mengundang Dylan makan bersama ketika dia meneleponnya tadi. Sekarang setelah mereka bertemu, dia tentu tidak ingin melewatkan kesempatan ini.Dylan berkata, "Maaf, nggak bisa, saya masih ada urusan pribadi, mungkin lain kali.""Oke. Lain kali saja."Dylan sudah berkata demikian, Ervan tidak bisa memaksanya.Dylan mengangguk dan berkata pada Clara, “Ayo pergi.”Clara mengangguk, bahkan tanpa melirik ke arah anggota Keluarga Gori dan Sanjaya, lalu naik ke lantai atas bersamanya.Melihat Clara dan Dylan yang pergi, Lily mengerutkan kening, "Aku dengar dari V
Morti Group punya banyak urusan yang harus dilakukan.Malam itu, setelah Clara dan Dylan selesai makan, mereka kembali ke kantor untuk bekerja.Pada Rabu pagi, ketika mereka berdua sedang rapat, sekretaris Dylan datang dan memberi tahunya Dani telah tiba.Dylan terdiam.Mudah ditebak mengapa Dani datang tanpa mengkonfirmasi.Karena status Dani, sekarang dia sudah ada di sini, Dylan tidak bisa mengabaikannya begitu saja.Dia tidak punya pilihan lain selain berkata kepada Clara, "Kamu teruskan saja memimpin rapat, aku akan pergi menemuinya."Clara berkata, "Baik."Ketika Dylan datang, Dani sudah duduk di ruang tamu.Melihat hanya Dylan yang datang, tatapan Dani sedikit berubah, lalu dia berdiri dan berinisiatif untuk berjabat tangan dengannya, "Aku minta maaf, Pak Dylan, karena datang ke sini tanpa tanya."Dylan tidak punya pilihan selain berkata, "Jangan sungkan, Pak Dani."Setelah duduk, Dani langsung ke pokok permasalahan dan menyerahkan sebuah proposal kepada Dylan, "Ini ketulusanku
Elsa mengangguk, "Oke."Asalkan dia tidak ditinggal sendirian.Edward menelepon Dani dan memintanya untuk bantu jaga Elsa selama sehari.Dani setuju, "Oke."Pada hari Sabtu, Dani bawa Elsa dan Tania ke taman bermain.Ada banyak hal yang dapat dilakukan di sana.Tetapi tidak peduli apakah wahananya menarik, fantastis, atau mengasyikkan, Elsa tampaknya tidak begitu berminat naik wahana-wahana itu, dan dia tidak bersenang-senang seperti sebelumnya.Dia tampak sedikit khawatir.Dani memberikan es krim kepada dia dan Tania, masing-masing satu.Menatap wajahnya yang mirip dengan Clara, dia bertanya, "Elsa, apa kamu nggak senang hari ini?"Elsa duduk di ayunan, menjilati es krim dan berbisik, "Aku agak rindu mama."Saat berada di luar negeri, meski terkadang dia tidak bertemu mamanya selama dua atau tiga bulan, mamanya tetap meneleponnya setiap hari dan mengobrol dengannya lewat video.Mamanya sibuk dengan pekerjaan akhir-akhir ini, tetapi dia meneleponnya setiap tiga atau empat hari dan dia
Dani memang berpikir demikian.Edward mengambil teh dan menyesapnya. "Meskipun hak asuh ada padaku, perjanjian itu dengan jelas menyatakan selama dia mau lihat Elsa, dia boleh melihatnya kapan saja tanpa batasan."Dani tidak menyangka akan seperti ini.Pada saat itu, kedua anak itu menoleh dan mereka berhenti berbicara tentang topik ini.Edward tiba-tiba berkata, "Kudengar kamu sedang berkomunikasi dengan Morti Group baru-baru ini?"Dani berhenti sejenak dan berkata, "Iya." Lalu dia bertanya, "Gimana denganmu? Apa kamu nggak tertarik?"Edward berkata, "Belum diputuskan. Masih terlalu dini. Aku nggak terburu-buru.""Iya."…Jurnal Clara belum selesai.Setelah menulis selama satu setengah hari, pada Minggu malam, Clara dan Raisa makan malam di luar dan berbelanja selama lebih dari dua jam sebelum pulang.Akhir pekan berlalu dengan damai dan memuaskan tanpa gangguan apa pun.Pada hari Senin, Clara pergi bekerja di Morti Group seperti biasa.Sejak hari itu, mereka yang sebelumnya menelepon
Setelah itu, dia berkata, "Saya masih ada urusan lain, jadi sampai jumpa di lain waktu, Bu Clara."Clara juga menyadari Doni tampaknya tidak menyukainya.Sekarang mereka bertemu di kantornya, meskipun Doni berusaha semaksimal mungkin bersikap sopan padanya, dia masih bisa merasakan penghinaan dalam sikapnya.Ini hanya urusan bisnis.Dia saat ini hanya sedang mencari rekanan bagi perusahaan, yang dia pedulikan hanya kepentingan Morti Group, bukan untuk mencari teman bagi dirinya sendiri.Dia juga berpura-pura tidak menyadari sikap orang itu dan tersenyum, "Oke, sampai jumpa di lain waktu."Setelah mengatakan hal itu, dia berkata kepada sekretaris Dylan, "Bu Sarah, tolong antarkan Pak Doni."Doni pun pergi.Ketika turun, dia melihat sosok yang dikenalnya, "Bu Vanessa?"Benar, Vanessa dan Ervan belum pergi.Memang benar bahwa sekretaris Dylan menyuruh mereka pergi dengan alasan, "Pak Dylan sedang dalam perjalanan bisnis", tetapi mereka tidak langsung pergi.Mereka mengira alasan “Pak Dyla
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara
Elsa sangat menyukai Natal.Dia biasa menghias pohon Natal di rumah bersamanya setiap tahun.Mereka juga pergi berbelanja pada Hari Natal dan merasakan suasana Natal yang meriah di jalan-jalan bersama orang-orang di sekitar mereka.Tetapi sejak Elsa pindah ke luar negeri bersama Edward, dia tidak pernah menghabiskan Natal bersamanya lagi.Tidak, yang benar adalah dia tidak pernah lagi merayakan Natal.Meskipun Clara sudah bersedia melepaskannya.Tetapi bagaimanapun juga, Elsa tetaplah putrinya yang sudah dia kandung selama sepuluh bulan dan dia besarkan sendiri selama bertahun-tahun.Kini, dia berada di jalanan yang ramai, memandang segala yang ada di sekelilingnya, dan setiap serpihan masa lalu terlintas dalam pikirannya, mengganggu kedamaiannya."Clara?"Clara menoleh.Itu Richard Listanto.Dia mengangguk dengan sopan, "Pak Richard.""Kenapa kamu sendirian di sini?"Clara menahan emosi di matanya dan tersenyum, "Aku keluar mau beli beberapa tanaman."Ketika Richard memandang sekelili
Ini bukan pertanda baik.Jadi mereka ingin datang dan bicara dengannya.Ervan berkata, "Clara..."Sebelum Clara sempat bicara, Dylan tersenyum dan berkata, “Pak Ervan, apa Anda di sini untuk beri tahu semua orang tentang hubungan antara Anda dan Clara?”Senyum Ervan membeku, lalu dia berkata sambil tersenyum masam, "Pak Dylan, ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Clara, apa Anda bisa..."Dylan bahkan tidak perlu menunggu Clara bicara. Dia berkata, "Kalau Pak Ervan mau semua orang tahu tentang hubungan kalian, silakan saja."Ervan tidak ingin menyinggung perasaan Dylan.Mendengar hal itu, dia tidak punya pilihan selain pergi bersama Lily.Namun, sebelum pergi, dia berkata pada Clara, "Nanti aku telepon kamu, ingat itu."Clara tidak mengatakan apa pun.Dia terlalu malas untuk memedulikannya.Sedangkan untuk panggilan telepon, dia tentu tidak akan angkat.Dylan merasa kesal, "Aku pengen banget terang-terangan lawan mereka."Clara juga ingin.Akan tetapi, ketika menyangkut dirinya dan
Mereka menatap Edward, lalu Clara, lalu mengalihkan pandangan mereka ke Vanessa dan perlahan mengerutkan kening.Dalam keheningan, Edward tiba-tiba bertanya, "Kamu sudah lama nggak main catur?"Clara sedang membongkar taktiknya. Mendengarnya, Clara bahkan tidak mendongak dan hanya berkata, "Iya".Sejak menikah dengannya, Clara pada dasarnya tidak pernah bermain catur lagi.Edward berkata, "Pantas kelihatan agak kaku."Clara tidak menanggapinya dan fokus pada permainan catur.Situasinya tidak menguntungkan baginya sekarang.Tampaknya ada jalan keluar yang bagus di sisi Edward, tetapi faktanya, bidak catur tersembunyi yang telah diletakkannya mengintai di mana-mana, menunggu dia memakan umpan dan kemudian menjebaknya.Setelah berpikir sejenak, Clara menghindari jebakan yang telah dipasangnya dan melancarkan gerakan ke tempat lain.Situasinya akhirnya menjadi jelas lagi.Sekarang giliran Edward yang dirugikan.Edward mengangkat alisnya dan tersenyum. Setelah sekian lama, dia membuat langk
Selanjutnya, dia mulai lebih memperhatikan Clara.Melihat Clara menghadang perangkap yang disebabkan oleh Edward dengan cara yang tidak dapat dibayangkannya, dia terkejut.Saat dia mendengar komentar Kakek Sony, hatinya merasa tidak senang.Clara sangat serius dan tidak memperhatikan hal lain. Satu-satunya hal yang ada dalam pikirannya adalah permainan catur di depannya.Dia telah menstabilkan situasi saat itu, tetapi dia tahu jika ingin menang, dia harus...Dia berhenti sejenak dan menatap Edward.Edward membuat gerakan lain.Clara menghentikan gerakannya.Ketika Kakek Leo melihat itu, dia tersenyum dan berkata, "Sungguh menakjubkan. Aku nggak sangka akan melihat permainan catur yang begitu menakjubkan di sini, dan yang bermain bahkan dua anak muda. Bagus, Bagus."Kakek Sony merasa dia berisik dan menyelanya, "Jangan bersuara!"Kakek Leo langsung terdiam.Setelah beberapa menit, Clara akhirnya mengembalikan keadaan, dia mulai bisa membalikkan situasi yang tidak menguntungkan.Dua meni
Pada saat itu, Edward menjawabnya dan berkata, "Oke."Clara duduk di hadapannya.Setelah sempat terkejut, Vanessa segera tersadar dan ekspresinya segera kembali tenang.Setelah mengucapkan salam kepada Kakek Leo dan yang lainnya, dia beranjak dan berdiri di samping Edward.Faktanya, bukan hanya Dani, Keluarga Gori dan Sanjaya yang terkejut, Richard dan Kakek Leo juga cukup terkejut.Meskipun, Henry baru saja perkenalkan Clara kepada semua orang di ruang pameran.Akan tetapi, baik Richard maupun Kakek Leo tidak tahu banyak tentang Clara.Mereka hanya mendapat kesan Clara memiliki sifat lembut dan pendiam, dan tidak terlihat seperti orang yang suka pamer.Sekalipun dia tahu cara main catur, dia tidak terlihat seperti seseorang yang akan mengajukan diri dalam kesempatan seperti itu.Kakek Sony juga tidak mengenal Clara.Tetapi dia menyadari keberadaannya.Clara memiliki penampilan yang luar biasa dan karakter yang lembut dan baik, dia tampak seperti gadis berperilaku baik yang dibesarkan
Kakek Sony tersenyum dan berkata, "Ini memang lumayan."Setelah berkata demikian, Kakek Sony bertanya, "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya sedang melukis?""Apa karena khawatir kalau aku akan bilang kamu nggak memperlakukanmu dengan baik, jadi kamu datang ke sini untuk menemuiku?""Sudah sana, pergi lakukan urusanmu, jangan ganggu aku nonton catur."Namun, Kakek Leo tidak pergi.Ketika anggota Keluarga Gori dan Sanjaya mendengar Kakek Leo dan Kakek Sony memuji Vanessa, senyum mengembang di wajah mereka.Banyak orang di sana mengenal Vanessa.Banyak orang yang kagum sekaligus cemburu padanya.Itu karena Vanessa selain memiliki kecantikan dan kualifikasi akademis, dan sekarang dia telah menarik perhatian Kakek Leo dan Kakek Sony karena keterampilan caturnya.Terlebih lagi, Vanessa sangat dicintai oleh Edward karena pesonanya tersendiri, yang membuat Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori mudah naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi.Siapa yang tidak menginginkan putri seperti dia?Seseorang