Gading benar-benar mengalami keraguan.Pada saat itu, Nenek Anggasta datang dari dalam lift dan berkata, "Makan malam sudah siap. Clara sudah ke bawah. Kenapa kalian berdua masih duduk di sini? Ayo turun dan makan."Gading kembali tersadar, "Iya, Nek."Edward juga berdiri.Di lantai bawah, Elsa sedang duduk dengan gembira di sofa, bersandar pada Clara dan berbicara dengannya.Clara duduk di samping, memperhatikan Elsa dan mendengarkannya dengan penuh perhatian.Sungguh gambaran interaksi ibu dan anak yang mengharukan.Tetapi, ketika dia teringat gimana Clara benar-benar menyerahkan hak asuh Elsa tanpa mengatakan sepatah kata pun, Gading merasa pemandangan di hadapannya itu sangat palsu.Gading mengerutkan kening.Nenek Anggasta masih belum tahu tentang perceraian Clara dan Edward.Dia tersenyum dan memanggil Clara dan Elsa, "Clara, Elsa, kemarilah dan makan."Mereka berdua menjawab serempak, "Iya..."Elsa memegang jari Clara dan berjalan menuju ruang makan dengan gembira.Gading hanya
Nenek tentu saja juga menyadari Clara tidak proaktif terhadap Edward seperti sebelumnya.Berbicara tentang hal itu, dia langsung menghela napas, melirik Edward, dan berkata, "Itu salah Edward!"Jika ada wanita sudah berinisiatif, tetapi dia tidak pernah direspon. Bukankah wanita itu akan menyerah dan mundur?Mendengar hal itu, Edward hanya tersenyum tipis dan tidak mengatakan apa pun.Clara lebih suka tidak berbicara daripada berbicara sekarang.Setelah mendengar obrolan itu, dia hanya mengambil makanannya dan makan dalam diam, tanpa ada niat untuk berbicara.Sebelum menyelesaikan makanannya, Edward menerima telepon.Edward melihatnya sekilas, lalu berdiri dan pergi untuk menjawabnya.Namun, segera kembali lagi.Setelah makan malam, dia berkata kepada Nenek Anggasta, "Aku masih ada urusan lain. Aku pergi dulu."Elsa juga sangat cerdas. Dia mungkin sudah menduga kalau panggilan tadi berasal dari Vanessa.Dia juga ingin pergi ke rumah sakit untuk menjenguknya, jadi dia berkata, "Ayah, ak
Dylan baru saja meneleponnya dan mengatakan dia telah buat janji dengan pengacara untuknya dan dia akan menemui pengacaranya besok pagi.Dia harus menyelesaikan perceraiannya sesegera mungkin.Dani tahu dia salah paham, tetapi dia tidak mengatakan apapun. Dia hanya bilang, "Oke."Setelah berkata demikian, Clara mengira dia hendak menutup telepon.Melihatnya tidak juga menutup telepon, Clara bertanya dengan ragu, "Dani, apa ada hal lain?"Dani dapat merasakan suara Clara masih tenang, dan dia tidak terdengar sakit, sedih atau patah hati seperti yang dipikirkannya.Tetapi benarkah seperti itu?Mungkin dia hanya menahannya?Tidak ada jawaban darinya selama dua atau tiga detik, jadi Clara tidak punya pilihan selain bertanya, "Halo. Apa kamu masih di sana?"Dani kembali tersadar dan berkata, "Iya."Clara berkata, "Apa ada yang lainnya?" Dia berkata langsung, "Aku masih ada urusan lain. Kalau nggak ada, aku akan matikan teleponnya."Dani tidak punya pilihan selain berkata, "Iya."Clara tidak
Dia bertanya, "Dani? Kamu sibuk nggak?"Dani berkata, “Nggak.”Gading berkata, "Oh iya, ngomong-ngomong, kamu jadi pulang hari Selasa?"Dani terdiam sejenak, "Iya."Tanpa menunggu Gading berbicara, Dani berbicara terlebih dahulu, "Sudah dulu ya.""Oke, kabari kalau sudah pulang. Aku akan jemout kamu dan menemanimu ke sini untuk jenguk Vanessa."Dani berkata, “Iya."…Di hari berikutnya.Clara bangun, berlari selama setengah jam, pulang untuk sarapan, dan kemudian keluar.Ketika dia tiba di sebuah firma hukum, Dylan sudah ada di sana.Melihat kedatangannya, Dylan melambai padanya.Clara duduk, dan asisten Pengacara Willy Alsava menuangkan teh untuknya. Clara menyerahkan surat cerai pada Willy.Willy mengambilnya.Dylan dan Willy telah berteman selama bertahun-tahun, dia datang dan ikut membacanya.Ketika dia melihat pasal pertama mengenai hak asuh Elsa, dia melirik Clara.Dia sebenarnya telah bertemu Elsa beberapa kali beberapa tahun yang lalu.Clara benar-benar sayang sama anak ini. Ka
Memikirkan hal itu, dia berkata dengan tenang, "Baguslah kalau nggak ada masalah."Sambil berbicara, dia mengambil pena di sampingnya dan menandatangani namanya tanpa ragu-ragu.Dia berkata kepada Pengacara Willy, "Kalau begitu aku minta tolong Pak Willly untuk bantu aku untuk proses selanjutnya."Willy mengangguk, "Nanti aku ada rapat, jadi aku akan hubungi Pak Edward di sore hari dan minta dia untuk lanjutkan perceraiannya."Clara berkata, "Oke."Saat itu hampir waktu makan siang, dan setelah makan siang bersama Willy, mereka kembali ke rumah Clara untuk melanjutkan menulis jurnal mereka.Sementara mereka sedang sibuk, di Anggasta Group, Edward yang baru saja kembali ke kantor dan mulai memeriksa dokumen, mendengar ponselnya berdering.Dia mengangkat telepon dengan santai, "Halo, siapa ini?""Halo, Pak Edward. Saya Willy Alsava, pengacaranya Bu Clara. Bu Clara sudah menandatangani surat cerai dengan Bapak. Bu Clara telah percayakan saya untuk bantu masalah perceraian selanjutnya. Apa
Dani sebenarnya sudah tahu lokasi toko kue itu.Setelah Clara pergi, dia juga tidak pergi ke toko kue.Dia masuk ke dalam mobil, ragu-ragu sejenak, lalu menelepon, "Gading, aku sudah pulang, tapi aku masih harus kejar pesawat lagi nanti. Tolong tanyakan Edward apa dia ada waktu. Kalau nggak ada, tolong temani aku ke rumah sakit untuk jenguk Vanessa ya."Gading sangat terkejut, "Kamu sudah pulang? Kapan kamu sampai?"Dani tidak menjawab pertanyaannya, "Kamu telepon Vanessa dulu, tanya apa dia ada waktu nanti."Gading baru saja hendak bertanya pada Dani mengapa dia tidak menelepon Edward dan Vanessa sendiri.Setelah dipikir-pikir lagi, dia merasa Dani pasti ada urusan lain yang harus dilakukan dan sedang terburu-buru, lagipula dia juga belum mengunjungi Vanessa hari ini, jadi dia setuju tanpa berpikir terlalu banyak.Edward sedang sibuk.Setelah menutup telepon, Dani membeli sebuket bunga dan sekeranjang buah, lalu pergi ke rumah sakit untuk bertemu Gading.Di kamar pasien.Melihatnya, V
Edward tidak mengatakan apa-apa, tetapi langsung menelepon Clara dengan ponselnya.Clara melihatnya dan menolak panggilan itu.Edward melihatnya, berhenti sejenak, dan berkata, "Mamamu juga nggak jawab telepon Ayah.""Mama sedang sibuk, jadi nggak lihat panggilan kita ya?"Kalau tidak, mustahil Mama tidak jawab panggilan Ayah."Mungkin." Edward mengenakan jasnya dan mengambil mantel hitam, lalu berkata, "Ayah mau pergi. Kalau kamu mau keluar main, kamu bisa minta pengawal untuk mengantarmu.""Tapi aku mau Mama yang temani aku..."Meski dia tidak suka mamanya mengatur-atur dirinya, dia tetap ingin Clara yang menemaninya sesekali.Kemudian, dia memegang wajah kecilnya dan bertanya, "Ayah, Ayah mau ke rumah sakit jenguk tante atau pergi ke kantor?""Ayah ke rumah sakit dulu, baru ke kantor." Edward menepuk dahinya pelan, "Ayah pergi ya, kamu main sendiri dulu."Elsa berkata, “Iya.”Dia menelepon Clara dua kali lagi, tetapi dia tetap tidak menjawab.Dia tidak punya pilihan lain selain memi
Namun, karena Gunawan berada di posisi penting dan memiliki informasi langsung, wajar jika dia memberikan keuntungan kepada anggota keluarganya terlebih dahulu.Seperti itulah keadaan di masyarakat kelas atas.Dylan juga sudah terbiasa dengan hal itu.Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Perusahaan kita benar-benar perlu kerja sama dengan pihak lain untuk perluas proyek, tapi aku nggak terlalu suka Doni..."Clara tahu alasan dia tidak senang karena Doni menyukai Vanessa.Sebenarnya Clara juga tidak masalah dengan hal itu.Dia berkata dengan tenang, "Proyek ini bisa berjalan dengan lancar, prioritas kita adalah untuk dapat manfaat sebanyak-banyaknya. Yang lainnya nggak terlalu penting."Dia pernah bertemu Gunawan sekali.Dia mungkin memiliki motif pribadi, tetapi dilihat dari sikap Prof Nian terhadapnya, Gunawan sepertinya orang yang dapat dipercaya.Dylan berkata, "Iya, aku paham."Dia hanya mengutarakan perasaannya.Dia mengangkat dagunya dan mendengus, lalu berkata, "Pokoknya, mas
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara
Elsa sangat menyukai Natal.Dia biasa menghias pohon Natal di rumah bersamanya setiap tahun.Mereka juga pergi berbelanja pada Hari Natal dan merasakan suasana Natal yang meriah di jalan-jalan bersama orang-orang di sekitar mereka.Tetapi sejak Elsa pindah ke luar negeri bersama Edward, dia tidak pernah menghabiskan Natal bersamanya lagi.Tidak, yang benar adalah dia tidak pernah lagi merayakan Natal.Meskipun Clara sudah bersedia melepaskannya.Tetapi bagaimanapun juga, Elsa tetaplah putrinya yang sudah dia kandung selama sepuluh bulan dan dia besarkan sendiri selama bertahun-tahun.Kini, dia berada di jalanan yang ramai, memandang segala yang ada di sekelilingnya, dan setiap serpihan masa lalu terlintas dalam pikirannya, mengganggu kedamaiannya."Clara?"Clara menoleh.Itu Richard Listanto.Dia mengangguk dengan sopan, "Pak Richard.""Kenapa kamu sendirian di sini?"Clara menahan emosi di matanya dan tersenyum, "Aku keluar mau beli beberapa tanaman."Ketika Richard memandang sekelili
Ini bukan pertanda baik.Jadi mereka ingin datang dan bicara dengannya.Ervan berkata, "Clara..."Sebelum Clara sempat bicara, Dylan tersenyum dan berkata, “Pak Ervan, apa Anda di sini untuk beri tahu semua orang tentang hubungan antara Anda dan Clara?”Senyum Ervan membeku, lalu dia berkata sambil tersenyum masam, "Pak Dylan, ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Clara, apa Anda bisa..."Dylan bahkan tidak perlu menunggu Clara bicara. Dia berkata, "Kalau Pak Ervan mau semua orang tahu tentang hubungan kalian, silakan saja."Ervan tidak ingin menyinggung perasaan Dylan.Mendengar hal itu, dia tidak punya pilihan selain pergi bersama Lily.Namun, sebelum pergi, dia berkata pada Clara, "Nanti aku telepon kamu, ingat itu."Clara tidak mengatakan apa pun.Dia terlalu malas untuk memedulikannya.Sedangkan untuk panggilan telepon, dia tentu tidak akan angkat.Dylan merasa kesal, "Aku pengen banget terang-terangan lawan mereka."Clara juga ingin.Akan tetapi, ketika menyangkut dirinya dan
Mereka menatap Edward, lalu Clara, lalu mengalihkan pandangan mereka ke Vanessa dan perlahan mengerutkan kening.Dalam keheningan, Edward tiba-tiba bertanya, "Kamu sudah lama nggak main catur?"Clara sedang membongkar taktiknya. Mendengarnya, Clara bahkan tidak mendongak dan hanya berkata, "Iya".Sejak menikah dengannya, Clara pada dasarnya tidak pernah bermain catur lagi.Edward berkata, "Pantas kelihatan agak kaku."Clara tidak menanggapinya dan fokus pada permainan catur.Situasinya tidak menguntungkan baginya sekarang.Tampaknya ada jalan keluar yang bagus di sisi Edward, tetapi faktanya, bidak catur tersembunyi yang telah diletakkannya mengintai di mana-mana, menunggu dia memakan umpan dan kemudian menjebaknya.Setelah berpikir sejenak, Clara menghindari jebakan yang telah dipasangnya dan melancarkan gerakan ke tempat lain.Situasinya akhirnya menjadi jelas lagi.Sekarang giliran Edward yang dirugikan.Edward mengangkat alisnya dan tersenyum. Setelah sekian lama, dia membuat langk
Selanjutnya, dia mulai lebih memperhatikan Clara.Melihat Clara menghadang perangkap yang disebabkan oleh Edward dengan cara yang tidak dapat dibayangkannya, dia terkejut.Saat dia mendengar komentar Kakek Sony, hatinya merasa tidak senang.Clara sangat serius dan tidak memperhatikan hal lain. Satu-satunya hal yang ada dalam pikirannya adalah permainan catur di depannya.Dia telah menstabilkan situasi saat itu, tetapi dia tahu jika ingin menang, dia harus...Dia berhenti sejenak dan menatap Edward.Edward membuat gerakan lain.Clara menghentikan gerakannya.Ketika Kakek Leo melihat itu, dia tersenyum dan berkata, "Sungguh menakjubkan. Aku nggak sangka akan melihat permainan catur yang begitu menakjubkan di sini, dan yang bermain bahkan dua anak muda. Bagus, Bagus."Kakek Sony merasa dia berisik dan menyelanya, "Jangan bersuara!"Kakek Leo langsung terdiam.Setelah beberapa menit, Clara akhirnya mengembalikan keadaan, dia mulai bisa membalikkan situasi yang tidak menguntungkan.Dua meni
Pada saat itu, Edward menjawabnya dan berkata, "Oke."Clara duduk di hadapannya.Setelah sempat terkejut, Vanessa segera tersadar dan ekspresinya segera kembali tenang.Setelah mengucapkan salam kepada Kakek Leo dan yang lainnya, dia beranjak dan berdiri di samping Edward.Faktanya, bukan hanya Dani, Keluarga Gori dan Sanjaya yang terkejut, Richard dan Kakek Leo juga cukup terkejut.Meskipun, Henry baru saja perkenalkan Clara kepada semua orang di ruang pameran.Akan tetapi, baik Richard maupun Kakek Leo tidak tahu banyak tentang Clara.Mereka hanya mendapat kesan Clara memiliki sifat lembut dan pendiam, dan tidak terlihat seperti orang yang suka pamer.Sekalipun dia tahu cara main catur, dia tidak terlihat seperti seseorang yang akan mengajukan diri dalam kesempatan seperti itu.Kakek Sony juga tidak mengenal Clara.Tetapi dia menyadari keberadaannya.Clara memiliki penampilan yang luar biasa dan karakter yang lembut dan baik, dia tampak seperti gadis berperilaku baik yang dibesarkan
Kakek Sony tersenyum dan berkata, "Ini memang lumayan."Setelah berkata demikian, Kakek Sony bertanya, "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya sedang melukis?""Apa karena khawatir kalau aku akan bilang kamu nggak memperlakukanmu dengan baik, jadi kamu datang ke sini untuk menemuiku?""Sudah sana, pergi lakukan urusanmu, jangan ganggu aku nonton catur."Namun, Kakek Leo tidak pergi.Ketika anggota Keluarga Gori dan Sanjaya mendengar Kakek Leo dan Kakek Sony memuji Vanessa, senyum mengembang di wajah mereka.Banyak orang di sana mengenal Vanessa.Banyak orang yang kagum sekaligus cemburu padanya.Itu karena Vanessa selain memiliki kecantikan dan kualifikasi akademis, dan sekarang dia telah menarik perhatian Kakek Leo dan Kakek Sony karena keterampilan caturnya.Terlebih lagi, Vanessa sangat dicintai oleh Edward karena pesonanya tersendiri, yang membuat Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori mudah naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi.Siapa yang tidak menginginkan putri seperti dia?Seseorang