Dalam surat cerai pun, dia dengan jelas menyatakan dia tidak ingin apa pun.Dia bahkan tidak meminta pembagian harta dan hak asuh Elsa, dia pikir Edward akan segera memberitahunya untuk daftar surat cerai.Tetapi sudah sekitar tiga bulan sejak dia kembali ke rumah setelah meninggalkan surat gugatan perceraian, tapi belum ada jawaban dari Edward.Memikirkan hal itu, Clara mendongak dan hendak bertanya kepadanya ketika terdengar ketukan di pintu.Kemudian, suara Dustin terdengar dari luar pintu, "Kakak ipar, kudengar kamu sakit. Apa kamu sudah baikan?"Sebelum Clara bisa mengatakan apa pun, Edward berkata, "Masuk saja."Banyak sekali orang yang keluar masuk kamar tadi, jadi pintunya tidak tertutup.Mendengar kata-kata kakaknya, Dustin segera masuk dan menyapa Edward terlebih dahulu, "Kak."Edward berkata, "Iya."Mata Dustin tertuju pada Clara. Clara dan Dustin jarang bersama. Dia tahu Dustin peduli padanya tetapi tidak tahu harus berkata apa, jadi dia berbicara lebih dulu, "Sudah lumayan
Clara terdiam, tidak berkata apa-apa, lalu mengambil kertas ujiannya.Nilai Dustin cukup bagus dan fondasinya cukup kokoh. Clara mengambil dua kertas ujiannya dan melihatnya. Setelah itu, dia memberi tahu Dustin di mana letak kesalahannya."Kak, kamu hebat sekali. Terima kasih, Kak!"Setelah mengerti, Dustin berjongkok di depan sebuah meja kecil dan mengerjakan soalnya tanpa memedulikan penampilannya.Setelah menyelesaikan soal-soal fisikanya, dia menyimpan buku-buku dan pulpennya lalu berkata, "Oke, akhirnya aku bisa bermain dengan ponselku!"Clara tersenyum dan meletakkan koran yang hampir selesai dibacanya. Dia merasa sedikit lebih baik dan berpikir untuk naik ke kamarnya mencari buku yang bisa dibaca untuk menghabiskan waktu. Dustin datang dan berkata dengan suara pelan, "Kak, dewiku ikut lomba balap mobil lagi beberapa waktu lalu. Kali ini, dia bahkan lebih keren. Aku punya videonya. Kamu mau lihat?"Clara terdiam sejenak, senyum di wajahnya sedikit memudar, lalu berkata: "Nggak,
Setelah Elsa pergi, Clara menemukan bukunya dan tidak kembali ke kamarnya. Sebaliknya, dia membawa buku itu duduk di bangku dekat jendela untuk membaca.Setengah jam kemudian, Nenek Anggasta membawakannya semangkuk obat dan berkata, "Clara, ternyata kamu di sini."Clara meletakkan buku itu dan berdiri untuk mengambilnya, "Nek, kenapa kamu yang membawanya? Kamu bisa minta orang memanggilku turun untuk meminumnya.""Kamu masih lemah, jadi sebaiknya kamu kurangi gerak." Nenek duduk di sofa lain dan berkata dengan tidak senang, "Aku mau minta Edward membawakannya untukmu, tapi dia sedang mengetik di ruang kerja. Ini akhir pekan, Nenek nggak tahu apa yang sedang dia lakukan."Tadi di ruang makan, Edward sedang mengajari Vanessa tentang beberapa masalah proyek. Clara berpikir bahwa Edward mungkin merasa lebih nyaman mengetik di komputer, jadi dia masuk ke ruang kerjanya.Clara memikirkannya, lalu mengambil mangkuk dan meminum obatnya dalam diam.Cuaca sekarang dingin, dan obatnya tidak lagi
Dengan kata lain, orang yang menjawab panggilan itu adalah Vanessa.Elsa berbohong di depan Clara dan merasa sedikit tidak nyaman, "Ma, kalau begitu lain kali tolong antar aku ke sekolah ya."Clara berkata, "Iya."Clara dan Dustin dalam perjalanan searah.Mereka berangkat dengan mobil yang sama.Dustin lupa bacaan janji siswa, jadi dia membuka bukunya di mobil.Mendengarnya melantunkan dengan terbata-bata, Clara mengingatkannya.Dustin mengacungkan jempol pada Clara, "Kak, ingatanmu benar-benar bagus."Mobil pertama kali tiba di sekolah Dustin.Clara juga lulus dari sekolah ini.Melihat sekolah yang familiar membawa kembali beberapa kenangan masa lalu.Namun sebelum dia sempat memikirkannya, Dustin keluar dari mobil dan berkata kepada Clara, "Sampai jumpa, Kak!""Iya, sampai jumpa."Mobil itu melaju ke jalanan lagi.Menuju ke Morti Group, Dylan mencubit wajahnya dan berkata, "Kenapa kamu terlihat begitu pucat? Apa kamu sakit?""Iya, kemarin aku demam tinggi.""Terus kenapa kamu masih b
Pada saat itu, Pak Candra tidak tahan untuk menghela nafas panjang dan berkata, "Harus dikatakan, Bu Vanessa benar-benar beruntung."Tanpa memberi Clara dan Dylan waktu untuk bereaksi, Pak Candra melanjutkan dengan misterius, "Ngomong-ngomong, tim Bu Vanessa walaupun bekerja lembur pada hari Sabtu dan Minggu, tetapi proyeknya masih belum ada kemajuan. Jadi semalam, Pak Edward yang merasa kasihan pada Bu Vanessa, kembali ke kantor sekitar jam tujuh dan bantu mereka menyelesaikan inti proyek. Akhirnya, mereka bisa membuat beberapa kemajuan.""Nah, di sinilah intinya."Pak Candra berkata, "Kudengar Pak Edward dan Bu Vanessa menginap di kantor di lantai atas tadi malam. Kudengar mereka belum bangun."Di akhir ceritanya, Pak Candra bahkan mengangkat alisnya ke arah Dylan dengan cara yang ambigu.Dylan segera mengerti apa yang dimaksud orang itu.Dia berbicara tentang gimana Edward dan Vanessa berada di kantor di lantai atas setelah bekerja tadi malam.Dylan menutup telinga Clara dengan tang
Wajah Pak Candra penuh dengan senyuman, dan dia segera menyapanya, "Bu Vanessa."Vanessa tersenyum, mengangguk, dan berkata kepadanya dan Dylan, "Pak Edward undang timku untuk makan bersama. Apa Pak Dylan dan Pak Candra juga mau bergabung?"Dia secara sengaja mengabaikan Clara.Pak Candra tentu saja ingin menyetujuinya.Dia memandang Dylan dan Clara.Dylan segera berkata, "Kami menghargai kebaikan Bu Vanessa, tapi kami sudah punya rencana sendiri."Vanessa mengerutkan kening, "Pak Dylan..."Dia tidak menyangka meski telah berulang kali berusaha, Dylan tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan goyah.Dia melirik Clara yang tengah duduk di dekatnya sambil minum.Clara balik menatapnya dengan dingin.Vanessa menarik kembali pandangannya.Terlepas dari kenyataan bahwa Clara cantik, dia benar-benar tidak mengerti apa yang ada pada diri Clara yang membuat Dylan sampai membelanya seperti ini.Apa dia semenarik itu atau bahkan lebih mempesona darinya?Dylan sudah menolaknya, Vanessa hanya terse
Mendengar hal itu, Edward berkata, "Oke," tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.Clara merasa lega saat melihat dia setuju.Nenek baru saja berbicara dengan pelayan rumah dan tidak mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan. Ketika dia melihat mereka saling berbicara, dia tersenyum bahagia.Setelah makan malam, nenek meminta seseorang membawakan obat untuk Clara.Edward meninggalkan ruang makan untuk menelepon.Clara baru saja selesai minum obat dan meninggalkan ruang makan ketika dia mendengar suara mobil.Clara terdiam sejenak, "Dia pergi?"Nenek marah, "Iya, dia terburu-buru sekali. Nenek nggak tahu dia mau ke mana."Clara mengerutkan kening, menduga bahwa dia mungkin pergi ke X-Tech untuk membantu Vanessa lagi.Namun, dia sudah berjanji untuk berbicara dengannya nanti.Semoga dia kembali malam ini.Tetapi, Edward tidak kembali.Ada banyak hal yang terjadi di X-Tech akhir-akhir ini.Setelah sarapan di Kediaman Keluarga Anggasta, Clara, Dylan dan yang lainnya janjian berkump
Dylan berkata, "Ayo cepat pergi."Clara berkata, "Iya."Saat makan siang, Pak Zaki datang dan mengatakan bahwa Vanessa baik-baik saja dan Edward telah mengantarnya pulang untuk beristirahat.Dia belum selesai meminum obat yang disiapkan oleh Dokter Erza untuknya.Setelah Clara meninggalkan X-Tech malam itu, dia kembali ke Kediaman Keluarga Anggasta.Namun malam itu, Edward tidak kembali.Clara mengerutkan bibirnya, berpikir sejenak, dan meneleponnya.Tetapi, tidak seorang pun menjawab.Clara tidak punya pilihan selain meletakkan ponselnya.Masalah X-Tech belum selesai ditangani, tetapi mereka juga tidak bisa mengabaikan urusan Morti Group.Keesokan paginya, Clara dan Dylan bekerja di kantor untuk mengurus beberapa hal, dan kemudian pergi ke X-Tech lagi pada sore harinya.Setelah sore ini, mungkin tidak banyak pekerjaan yang tersisa di X-Tech.Mereka tidak perlu sering datang lagi ke X-Tech di masa mendatang.Memikirkan hal itu, Dylan merasa senang dan berkata kepada Clara, "Aku nggak a
Dia menatap Edward yang duduk di samping dan memperhatikan mereka, "Ayah, aku mau makan di sini. Apa kita bisa minta seseorang membawakan makanan ke sini?"Edward berkata, "Oke."Elsa menjadi gembira dan memeluk Clara lebih erat.Nenek Hermosa dan Nenek Anggasta masih punya banyak hal untuk dibicarakan.Clara duduk di samping dan hanya sesekali menyela.Setelah beberapa saat, Elsa merasa lelah dan berkata kepada Clara, "Ma, kapan pekerjaan Mama selesai?"Clara tidak ingin Nenek Hermosa mendengar, jadi dia menggendongnya dan duduk di sofa di kamar pasien sebelum berkata, "Mama belum yakin, tapi kalau nggak ada masalah, Mama pasti lebih sibuk.""Apa?"Elsa tidak menyangka akan seperti itu, dia sangat kecewa."Kalau begitu, kapan Mama punya waktu untuk mengajakku bermain ski?" Dia masih ingat kejadian itu.Clara berpikir sejenak dan berkata, "Bulan depan ya.""Yang benar?""Iya." Clara berkata, “Mama akan memberitahumu kalau Mama sudah nggak sibuk.”"Oke!" Elsa menjadi bahagia.Teringat k
Clara tidak terkejut melihatnya, dan mengulurkan tangan untuk mengusap kepalanya, "Apa kamu datang ke sini sepulang sekolah?""Iya!" Elsa sangat gembira melihatnya, lalu menyapa nenek buyutnya, “Nenek buyut.”Begitu Nenek Hermosa menjawab, Edward keluar dari kamar pasien.Melihat mereka datang, dia mengangguk kepada mereka.Nenek Hermosa tampak acuh tak acuh, namun tidak mengatakan apa pun.Clara hanya meliriknya lalu mengalihkan pandangannya.Melihat Elsa sepertinya ingin mengatakan sesuatu padanya, dia berkata, "Mama dan Nenek Hermosa mau melihat nenek buyutmu dulu ya.""Iya, Ma."Setelah mendengar hal itu, Elsa terpaksa mengesampingkan keinginan untuk berbicara sementara waktu, mengulurkan tangan untuk memegang tangan Clara, dan masuk ke kamar pasien bersamanya.Edward mengambil bunga dan keranjang buah yang dibawa oleh Clara dan nenek, mengikuti mereka masuk kembali ke kamar pasien.Ketika Nenek Anggasta melihat Clara dan Nenek Hermosa datang, dia tersenyum heran, "Kenapa kalian bi
Malam itu, Edward tidak pulang.Keesokan paginya, ibunya Edward, Sinta Kartajaya, Dustin dan yang lainnya bergegas kembali satu demi satu.Mengetahui bahwa Edward telah menjaga nenek di rumah sakit sepanjang malam, dia memintanya untuk kembali dan beristirahat terlebih dahulu.Edward berkata kepada neneknya, "Aku akan datang menemui Nenek lagi nanti malam."Nenek Anggasta mengabaikannya.Edward meninggalkan rumah sakit dan menelepon.Lebih dari satu jam kemudian, Keluarga Gori dan Sanjaya menerima berita bahwa mereka dikeluarkan dari tim proyek.Mereka segera menghubungi Vanessa.Vanessa berkata, "Itu ide Nenek Anggasta. Dia terjatuh tadi malam..."Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori tidak menduga hal itu akan terjadi.Mario berkata, "Kalau begitu, apa Nenek Anggasta juga akan memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta Edward putus denganmu dan memintanya untuk nggak menceraikan Clara?"Vanessa mengerutkan bibirnya, terdiam.Mereka mengobrol sebentar sebelum dia menutup telepon.Pada saa
Begitu Edward dan Elsa sampai di rumah, ponsel Edward berdering.Edward menjawab telepon.Setelah beberapa saat, dia menyimpan kembali ponselnya, mengenakan mantel yang baru saja dilepasnya, dan berkata kepada Elsa yang naik ke lantai atas bersamanya, "Nenek buyutmu terjatuh dan terluka, dia sekarang dirawat di rumah sakit. Ayah mau pergi ke rumah sakit. Kamu harus tidur lebih awal."Elsa berkata dengan cemas, "Aku juga mau pergi melihat nenek buyut...""Kamu harus pergi sekolah besok, jadi pergi ke sananya sepulang sekolah saja.""Iya…"Edward berbalik dan berjalan keluar.Pada saat itu, ponsel Elsa berdering.Dia segera mengambil ponsel dan melihatnya.Setelah melihat bahwa itu hanya spam, dia cemberut karena kecewa.Dalam perjalanan pulang tadi, dia menelepon mamanya, dia ingin tahu apakah orang yang dilihatnya di mal tadi adalah dirinya.Tetapi mamanya tidak menjawab.Sekarang ada pesan masuk di ponselnya, dan dia pikir itu dari mamanya.Tidak disangka...Memikirkan hal itu, dia me
Elsa melihat lagi, dan setelah memastikan Clara tidak ada di sana, dia pergi bersama Vanessa.Menatap punggung mereka saat pergi, Doni hendak pergi ketika dia melihat Clara berdiri tidak jauh di samping.Dia berhenti sejenak.Setelah itu, dia memutuskan untuk tidak peduli dan hendak pergi, tetapi dia melihat tatapan Clara tertuju pada Vanessa dan Elsa.Saat itu, wajah dan tatapan Clara terlihat sangat dingin.Dia merasa bahwa Clara memandang Vanessa seolah-olah dia sedang melihat musuh.Dilihat dari tatapan dinginnya, dia merasa Clara mungkin akan melakukan sesuatu yang buruk pada Vanessa.Doni melihat hal itu dan merasa bahwa dia masih menyimpan dendam terhadap Vanessa.Dia berjalan mendekat.Clara membawa banyak barang di tangannya.Ada dua pot tanaman dan beberapa kerajinan tangan untuk menghias rumah.Kerajinan tangan itu dibeli secara impulsif.Sejak pindah ke rumahnya saat ini, dia sibuk dengan pekerjaannya dan tidak menghabiskan banyak waktu untuk mendekorasi rumahnya. Rumahnya
Setelah beberapa saat, Vanessa, Doni dan Elsa keluar dari toilet.Elsa berada pada usia ketika dia sangat penasaran tentang banyak hal.Dia tertarik pada apa pun yang dilihatnya sepanjang perjalanan, melihat ke sana kemari, dan berbicara dengan Vanessa tanpa henti.Vanessa selalu menanggapi dengan senyuman.Doni melihat pemandangan itu dan merasa bahwa Vanessa sangat bertanggung jawab terhadap anaknya Edward, dan dia juga merasa bahwa membesarkan anak bukanlah hal yang mudah.Ketika kembali ke kafe, Doni pertama-tama melihat ke arah Edward dan mendapatinya sedang santai minum kopi sambil membolak-balik majalah di tangannya.Dia tampak seperti bos yang tidak mau ikut campur.Doni berhenti sebentar.Dalam perjalanan ke toilet tadi, Doni mengatakan bahwa dia juga punya janji dengan seorang teman untuk bertemu di kafe.Setelah memasuki kafe, Vanessa bertanya, "Apa temanmu sudah datang?"Doni menggelengkan kepalanya, "Belum.""Kenapa kamu nggak ikut duduk bersama kami?""Kalian berdua sedan
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara