"Sial!"Raisa tiba-tiba jadi makin marah. Dia ingin sekali mencakar Vanessa!"Dia cuma anak dari selingkuhan. Dia sendiri juga selingkuhan. Apa bangga gitu? Dia bahkan disukai banyak orang. Bagiku dia cuma sampah. Ish!"Clara menuangkan segelas air lagi untuknya dan bertanya, "Disukai gimana?""Vanessa, seperti yang dibilang Agra Adrian, temannya Doni tadi, entah kenapa orang-orang di lingkungan sosial mereka semuanya terpesona olehnya. Sekarang semua orang bilang, dia itu wanita menawan yang pasti bakal disukai orang!"Raisa masih bergumam, "Sebenarnya nggak masalah kalau para idiot itu yang bilang gini, tapi bahkan Edward dan Doni juga..."Raisa begitu menggebu-gebu, tapi ketika dia tersadar kembali, dia merasa Clara pasti sedih setelah dengar ucapannya, jadi dia tiba-tiba berhenti bicara. "Clara, aku nggak bermaksud..."Clara menggelengkan kepalanya. "Aku nggak apa-apa kok."Sejak kecil, Ervan, Lily, Nenek Gori dan yang lainnya semua lebih sayang pada Vanessa. Dalam dua tahun terakh
Sama seperti kejadian sertifikat rumah sebelumnya, karena barang-barang itu ditaruh di meja riasnya, berarti memang itu miliknya.Clara ragu-ragu membuka salah satu kotak dengan brokat bundar.Begitu dia buka kotak brokat itu dan melihat apa yang ada di dalamnya, dia tercengang.Ini ternyata adalah set perhiasan zamrud yang ingin dibelinya dari pelelangan beberapa hari lalu!Yang lainnya adalah kotak persegi panjang yang berat.Mungkinkah itu...Setelah meletakkan kotak brokat di tangannya, Clara buka kotak persegi panjang, dan memang ada sebuah gulungan di dalamnya.Dia mengambil gulungan itu, meletakkannya pada meja bundar di ruangan itu, dan perlahan membukanya.Suatu gambar sulaman yang indah perlahan muncul di depan mata.Melihat dua barang yang diinginkannya beberapa hari lalu kini ada di tangannya, Clara terdiam lama sekali.Dia berpikir, jika tebakannya benar, kedua benda ini dibeli Edward sebagai hadiah ulang tahun untuk nenek Keluarga Hermosa.Yang satu dikirim atas nama nene
"Raisa...""Maafkan aku, Clara. Besok aku harus pergi ke luar kota karena ada urusan. Jadi, nggak bisa temani kamu cari hadiah ulang tahun untuk nenek.""Nggak apa-apa, aku sudah beli kok."Dia belum pernah ke toko barang antik di sini. Dia datang ke sini juga hanya untuk coba cari. Jika tidak ketemu sesuatu yang cocok, dia akan belanja di tempat lain dengan Raisa besok.Tidak disangka dia malah dapat hadiah yang memuaskan.Raisa juga terkejut dan berkata, "Oh ya? Baguslah kalau gitu!"Clara tersenyum. "Iya."Pada saat itu, Raisa tiba-tiba berkata, "Ngomong-ngomong, beberapa hari lalu kamu bilang kamu bertemu Keluarga Gori. Aku sudah cari tahu tentang mereka selama dua hari ini. Keluarga Gori emang mau pindah ke ibu kota, dan mereka sedang cari rumah."Mendengarnya bicara tentang Keluarga Gori, senyum Clara memudar. "Oke, aku mengerti.""Sedangkan untuk keluarga neneknya Vanessa, kudengar mereka sudah dapat rumah dan akan segera pindah. Katanya, mereka sudah kirimkan undangan sejak dua
"Ternyata Pak Arfan."Melihat Pak Arfan berjalan ke arah mereka, Ervan dan Vanessa dengan sopan berjabat tangan dengannya, lalu bertanya, "Apa Bapak sedang ada pertemuan bisnis dengan Pak Dylan?""Iya, Pak. Perusahaan Pak Dylan baru-baru ini punya beberapa proyek yang cukup menarik, jadi saya datang untuk bicara dengannya."Melihat Dylan dan Clara tetap berdiri di sana dan tidak mendekat, Ervan sempat terdiam sejenak, tapi tidak terlalu peduli.Arfan yang tidak tahu situasi di antara mereka, jadi merasa perilaku Dylan agak aneh.Sebagai seorang pengusaha, bahkan jika Dylan tidak kenal Keluarga Gori, bukankah tidak ada salahnya untuk datang dan sapa mereka serta dapat lebih banyak teman.Saat Vanessa dan Ervan tengah berbincang dengan Pak Arfan, Nenek Gori menyapa Pak Arfan, lalu bersama Rita berjalan menghampiri Clara dan Dylan.Dylan memandang Clara.Sementara Clara hanya memperhatikan mereka datang dan tidak bergerak.Nenek Gori berkata dengan ramah, "Clara, lama nggak jumpa."Tapi C
Lebih dari sepuluh tahun berlalu sejak kejadian itu, tapi dia masih ingat dengan jelas.Dia ingat dia pergi ke kamar mandi dengan sedih hari itu. Ketika kembali, dia melihat Nenek Gori memegang dua es krim di tangannya, itu dia beli untuknya dan Vanessa.Tapi salah satunya secara tidak sengaja terpotong akibat tersenggol seorang pelayan yang lewat sambil bawa nampan kotor, es krim itu pun jadi kotor.Vanessa segera memilih yang utuh.Nenek Gori malah mengusap kepalanya dan tersenyum. Dia tidak membuang es krim kotor itu atau ganti yang baru.Ketika dia kembali, neneknya menyerahkan es krim itu tanpa mengatakan sepatah kata pun tentang mengapa bisa terpotong.Dengan kemampuan keuangan Keluarga Gori saat itu, nenek tidak hanya mampu beli satu es krim lagi, tapi bahkan seribu atau sepuluh ribu.Tapi dia tetap tidak beli yang baru.Sejak saat itu, dia sadar dengan sangat jelas, perasaan Nenek Gori padanya telah berubah.Dia juga tidak akan pernah melupakan ekspresi jahat di wajah Vanessa
Setelah berjalan agak jauh, Pak Arfan tanya, "Apa ada salah paham antara Bu Clara dan Keluarga Gori?"Dylan dan Clara saling berpandangan, lalu Clara berkata, "Nggak ada, Pak."Itu memang bukan salah paham.Tapi Pak Arfan salah memahami maksudnya dan mengira memang tidak ada masalah antara Clara dan Keluarga Gori."Baguslah kalau nggak ada." Dia sangat optimis dengan Morti Group, jadi dia berkata dengan sungguh-sungguh, "Mengingat Pak Edward sangat menghargai Bu Vanessa, Keluarga Gori pasti bakal naik ke puncak dalam sekejap. Kebanyakan orang nggak akan berani menyinggung Keluarga Anggasta, terutama Edward. Jadi, walau nggak gitu dekat dengan Keluarga Gori, sebaiknya jangan singgung mereka."Mendengar hal itu, Clara tersenyum. ‘Sungguh ironis.’Dia mungkin satu-satunya orang di dunia yang diberi tahu untuk berhubungan baik dan tidak menyinggung simpanannya karena suaminya terlalu sayang pada simpanannya itu.Mendengar hal itu, Dylan pun merasa tidak tahan.Dia berkata, "Morti Group ngg
Artinya, dia tidak akan hadir.‘Jadi untuk apa aku tanya lagi?’Jadi, sekarang dia tidak mengatakan sepatah kata pun dan menutup teleponnya.Edward tampaknya tidak menyadari Clara yang biasa selalu tanya padanya tiap tahun apa dia bisa menemaninya datang ke Keluarga Hermosa untuk rayakan ulang tahun neneknya, kali ini tidak lagi menanyakan pertanyaan itu padanya.Setelah Clara menutup telepon, dia kembalikan ponsel itu pada Elsa dan berkata, "Mama besok malam bakal pulang untuk jemput kamu ke rumah nenek buyut. Kamu harus dengarkan mamamu pada hari Sabtu, jangan kemana-mana."Elsa mengerutkan bibirnya. "Tapi..."Edward tidak mengatakan apa-apa, tapi hanya menatapnya dengan tenang.Melihat hal itu, Elsa menyadari tidak ada ruang untuk negosiasi, jadi dia berkata dengan enggan, "Iya, Yah."Edward memujinya, "Anak baik."Elsa cemberut dan tak tahan untuk berkata, "Tapi, aku pengen main sama Tante Vanessa hari Minggunya, Ayah harus temani aku bareng Tante Vanessa."Edward tersenyum. "Oke."
Elsa tidak menyadari ekspresi dingin di wajah Clara. Setelah mendengar apa yang dikatakan mamanya, dia merasa lega.Setelah pamannya beri hadiah pada Nenek Hermosa, Clara juga serahkan hadiahnya.Hal pertama yang diserahkannya adalah lukisan sulam. "Nenek Anggasta minta Edward siapkan hadiah lukisan sulam ini untuk Nenek."Nenek mengambilnya, membukanya dan memandanginya sejenak. Hadiah ini menyentuh hatinya. Dia sangat puas dan berkata, "Dia baik juga."Clara lalu menyerahkan perhiasan zamrud pada Nenek Hermosa. "Ini hadiah dari Edward untuk Nenek."Perhiasan zamrud itu kualitasnya sangat bagus.Nenek sangat menyukainya.Tapi karena Edward yang mengirimnya, dia hanya melihatnya sekilas, lalu menutupnya, menyingkirkannya, dan berkata dengan ringan, "Kelihatan bagus sekali, sampaikan terima kasih Nenek padanya."Mengenai apa Edward bakal datang rayakan ulang tahunnya hari ini atau tidak, dia tidak tanya sama sekali.Dia sudah terlalu malas tanya, tidak ingin tanya lagi.Clara tahu nenek
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara
Elsa sangat menyukai Natal.Dia biasa menghias pohon Natal di rumah bersamanya setiap tahun.Mereka juga pergi berbelanja pada Hari Natal dan merasakan suasana Natal yang meriah di jalan-jalan bersama orang-orang di sekitar mereka.Tetapi sejak Elsa pindah ke luar negeri bersama Edward, dia tidak pernah menghabiskan Natal bersamanya lagi.Tidak, yang benar adalah dia tidak pernah lagi merayakan Natal.Meskipun Clara sudah bersedia melepaskannya.Tetapi bagaimanapun juga, Elsa tetaplah putrinya yang sudah dia kandung selama sepuluh bulan dan dia besarkan sendiri selama bertahun-tahun.Kini, dia berada di jalanan yang ramai, memandang segala yang ada di sekelilingnya, dan setiap serpihan masa lalu terlintas dalam pikirannya, mengganggu kedamaiannya."Clara?"Clara menoleh.Itu Richard Listanto.Dia mengangguk dengan sopan, "Pak Richard.""Kenapa kamu sendirian di sini?"Clara menahan emosi di matanya dan tersenyum, "Aku keluar mau beli beberapa tanaman."Ketika Richard memandang sekelili
Ini bukan pertanda baik.Jadi mereka ingin datang dan bicara dengannya.Ervan berkata, "Clara..."Sebelum Clara sempat bicara, Dylan tersenyum dan berkata, “Pak Ervan, apa Anda di sini untuk beri tahu semua orang tentang hubungan antara Anda dan Clara?”Senyum Ervan membeku, lalu dia berkata sambil tersenyum masam, "Pak Dylan, ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Clara, apa Anda bisa..."Dylan bahkan tidak perlu menunggu Clara bicara. Dia berkata, "Kalau Pak Ervan mau semua orang tahu tentang hubungan kalian, silakan saja."Ervan tidak ingin menyinggung perasaan Dylan.Mendengar hal itu, dia tidak punya pilihan selain pergi bersama Lily.Namun, sebelum pergi, dia berkata pada Clara, "Nanti aku telepon kamu, ingat itu."Clara tidak mengatakan apa pun.Dia terlalu malas untuk memedulikannya.Sedangkan untuk panggilan telepon, dia tentu tidak akan angkat.Dylan merasa kesal, "Aku pengen banget terang-terangan lawan mereka."Clara juga ingin.Akan tetapi, ketika menyangkut dirinya dan
Mereka menatap Edward, lalu Clara, lalu mengalihkan pandangan mereka ke Vanessa dan perlahan mengerutkan kening.Dalam keheningan, Edward tiba-tiba bertanya, "Kamu sudah lama nggak main catur?"Clara sedang membongkar taktiknya. Mendengarnya, Clara bahkan tidak mendongak dan hanya berkata, "Iya".Sejak menikah dengannya, Clara pada dasarnya tidak pernah bermain catur lagi.Edward berkata, "Pantas kelihatan agak kaku."Clara tidak menanggapinya dan fokus pada permainan catur.Situasinya tidak menguntungkan baginya sekarang.Tampaknya ada jalan keluar yang bagus di sisi Edward, tetapi faktanya, bidak catur tersembunyi yang telah diletakkannya mengintai di mana-mana, menunggu dia memakan umpan dan kemudian menjebaknya.Setelah berpikir sejenak, Clara menghindari jebakan yang telah dipasangnya dan melancarkan gerakan ke tempat lain.Situasinya akhirnya menjadi jelas lagi.Sekarang giliran Edward yang dirugikan.Edward mengangkat alisnya dan tersenyum. Setelah sekian lama, dia membuat langk
Selanjutnya, dia mulai lebih memperhatikan Clara.Melihat Clara menghadang perangkap yang disebabkan oleh Edward dengan cara yang tidak dapat dibayangkannya, dia terkejut.Saat dia mendengar komentar Kakek Sony, hatinya merasa tidak senang.Clara sangat serius dan tidak memperhatikan hal lain. Satu-satunya hal yang ada dalam pikirannya adalah permainan catur di depannya.Dia telah menstabilkan situasi saat itu, tetapi dia tahu jika ingin menang, dia harus...Dia berhenti sejenak dan menatap Edward.Edward membuat gerakan lain.Clara menghentikan gerakannya.Ketika Kakek Leo melihat itu, dia tersenyum dan berkata, "Sungguh menakjubkan. Aku nggak sangka akan melihat permainan catur yang begitu menakjubkan di sini, dan yang bermain bahkan dua anak muda. Bagus, Bagus."Kakek Sony merasa dia berisik dan menyelanya, "Jangan bersuara!"Kakek Leo langsung terdiam.Setelah beberapa menit, Clara akhirnya mengembalikan keadaan, dia mulai bisa membalikkan situasi yang tidak menguntungkan.Dua meni
Pada saat itu, Edward menjawabnya dan berkata, "Oke."Clara duduk di hadapannya.Setelah sempat terkejut, Vanessa segera tersadar dan ekspresinya segera kembali tenang.Setelah mengucapkan salam kepada Kakek Leo dan yang lainnya, dia beranjak dan berdiri di samping Edward.Faktanya, bukan hanya Dani, Keluarga Gori dan Sanjaya yang terkejut, Richard dan Kakek Leo juga cukup terkejut.Meskipun, Henry baru saja perkenalkan Clara kepada semua orang di ruang pameran.Akan tetapi, baik Richard maupun Kakek Leo tidak tahu banyak tentang Clara.Mereka hanya mendapat kesan Clara memiliki sifat lembut dan pendiam, dan tidak terlihat seperti orang yang suka pamer.Sekalipun dia tahu cara main catur, dia tidak terlihat seperti seseorang yang akan mengajukan diri dalam kesempatan seperti itu.Kakek Sony juga tidak mengenal Clara.Tetapi dia menyadari keberadaannya.Clara memiliki penampilan yang luar biasa dan karakter yang lembut dan baik, dia tampak seperti gadis berperilaku baik yang dibesarkan
Kakek Sony tersenyum dan berkata, "Ini memang lumayan."Setelah berkata demikian, Kakek Sony bertanya, "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya sedang melukis?""Apa karena khawatir kalau aku akan bilang kamu nggak memperlakukanmu dengan baik, jadi kamu datang ke sini untuk menemuiku?""Sudah sana, pergi lakukan urusanmu, jangan ganggu aku nonton catur."Namun, Kakek Leo tidak pergi.Ketika anggota Keluarga Gori dan Sanjaya mendengar Kakek Leo dan Kakek Sony memuji Vanessa, senyum mengembang di wajah mereka.Banyak orang di sana mengenal Vanessa.Banyak orang yang kagum sekaligus cemburu padanya.Itu karena Vanessa selain memiliki kecantikan dan kualifikasi akademis, dan sekarang dia telah menarik perhatian Kakek Leo dan Kakek Sony karena keterampilan caturnya.Terlebih lagi, Vanessa sangat dicintai oleh Edward karena pesonanya tersendiri, yang membuat Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori mudah naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi.Siapa yang tidak menginginkan putri seperti dia?Seseorang