Share

Pacar?

Author: Nadyra
last update Last Updated: 2022-06-09 12:50:13

Sinta setengah sadar menjawabnya.

"Pacar?"

"Iya, kamu mau kan?" tanya Biru setelah melepaskan bibirnya dari Sinta.

Kedua tangannya menumpu bobot tubuhnya yang berada di atas Sinta. Gadis itu terkekeh pelan.

"Apa aku boleh nolak? Ada pilihan lain?" tanya Sinta, ia seperti pelacur saja sekarang.

"Kamu nggak boleh nolak dan aku tidak memberimu pilihan lain," ucap Biru memagut bibir Sinta lagi, lidahnya melesak masuk menari-nari memenuhi rongga mulut Sinta. Gadis itu sampai kewalahan dan tak bisa bernapas, ia melepaskan ciuman Biru yang beringas dan menuntut.

"Aku anggap ini balas budi karena kamu menolongku tadi, kita impas kan?"

"Nggak. Aku nggak menerima balas budimu, di sisiku saja sudah cukup. Kamu nggak perlu ngelakuin apapun selain menuruti inginku."

Biru mencumbu setiap senti tubuh Sinta, ia tak melewatkan menciumi tubuh seksi yang tersuguh indah di depan matanya.

"Maksudmu memuaskanmu di ranjang seperti ini? Tolong, aku nggak mau jadi pelacur." Sinta mendesah sesekali ka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pacarku CEO yang Posesif   Cari Kerjaan Halal

    Sinta refleks berhenti ketika ada yang memanggilnya, kemudian balik badan karena penasaran dengan sosok yang memanggilnya tersebut. Detik itu juga jantungnya berdetak lebih kencang. Gadis itu sedikit terkejut pasalnya bukan Pak Sony yang didapati melainkan Biru yang muncul di depan matanya. Gadis itu mengerjapkan matanya, menatap takjub lelaki tampan yang sudah rapi dengan setelan jasnya, ia kemudian menunduk dan menatap dirinya yang kusut meski mengenakan pakaian bermerek milik lelaki itu. "Kamu mau pulang?" tanya Biru, berjalan menuju meja makan. Sinta termangu ingat kejadian semalam dan beberapa detik kemudian mengerjapkan matanya lagi. "Ehm-iya," jawabnya malu-malu, berdiri mematung dengan pipi bersemu merah. Biru duduk di kursi makan dan siap menyantap sarapan buatan Bibi. Tak lama kemudian dari belakang Bibi tergopoh membawa barang-barang Sinta. Hosh hosh hoshBibi mengulurkan tas dan pakaian Sinta, napasnya masih terengah-engah. Biru menyuap makanan ke mulutnya, Sinta seb

    Last Updated : 2022-06-09
  • Pacarku CEO yang Posesif   Geng Lolita

    Ponsel Pak Sony berdering nyaring, ia mengangkatnya segera. "Iya, Tuan ..." "Cepat ke kantor, Sekarang. Urus sekretaris ini, kalau dalam waktu satu minggu tetap nggak bisa kerja pecat aja!" ucap Biru dari seberang sana, napasnya memburu dan Sony tahu Bosnya sedang marah. "Baik, saya akan segera ke kantor." Sambungan telepon diputus Biru, ia lalu duduk dikursi putarnya, mengurut pelipis yang beberapa menit lalu terasa pening. Pak Sony menyimpan ponsel dan menyalakan mesin mobil, menginjak pedal gas dan menyetir mobil pergi dari sana. ***Mobil yang dikemudikan Pak Sony berhenti diparkiran, pria itu keluar dan bergegas ke ruangan Bosnya yang tak sabaran. Benar saja, baru saja ia mengetuk pintu Bosnya langsung menyuruhnya masuk. Gadis itu menunduk lesu, berdiri mematung di balik meja kerja Bosnya. Pak Sony mengamati dari ujung kaki sampai kepala, kakinya terlihat gemetaran. Ia berhenti tepat di samping meja kerja Biru, si empunya perusahaan langsung paham kalau asistennya datang, l

    Last Updated : 2022-06-10
  • Pacarku CEO yang Posesif   Pahlawan Kesorean

    Sinta heran siapa lelaki yang berani menolongnya dari geng Lolita yang terkenal beringas dan sadis. Hanya karena ayah Lolita salah satu penyumbang dana terbesar di kampus makanya tak ada yang mau berurusan dengannya, ayahnya juga cukup berkuasa di luar sana. "Eh, ka-kamu ganteng bangeeet," ucap Loli langsung melepas tas Sinta. Mereka bertiga langsung mendekat pada lelaki itu, Sinta dan Vivi tak sempat melihat siapa lelaki itu karena buru-buru kabur agar bisa lepas dari geng Lolita. Keduanya berlari kencang sambil tertawa terbahak. Napas keduanya tak beraturan, akhirnya mereka berhenti berlari dan langsung bersandar di samping gedung perpus. "Siapa ya tadi yang nylametin kita?" tanya Vivi penasaran. "Tauk, tapi berani juga ya?!" "Sekilas tadi kayak kenal deh gue suaranya," kata Sinta mengingat-ingat, napasnya mulai kembali teratur dan ia melangkah menuju di mana motornya terparkir. "Emang lo tau siapa dia? Kayaknya asing ditelinga gue." Vivi melangkah mencari motornya. "Ya ... ka

    Last Updated : 2022-06-16
  • Pacarku CEO yang Posesif   Apakah Ini Cinta?

    Langkah Sinta terhenti kala Biru memanggilnya. "Sin!" Gadis itu bimbang antara menoleh atau terus berjalan, penampilannya kalah jauh dibandingkan wanita yang tadi cipika-cipiki dengan Biru, ia tak mau membuat Biru malu karena jalan dengannya. "Sinta!" panggil Biru lagi. Akhirnya Sinta terus melangkah, dadanya terasa sesak melihat Biru dicium mesra oleh wanita lain, padahal dirinya dengan Biru juga tak ada hubungan spesial. Sekarang ia berlari kecil menjauh dari sana dan masuk ke dalam lift. Gadis itu buru-buru menyeka buliran bening disudut matanya yang hampir jatuh. 'Aneh, kenapa gue nangis segala?!' batinnya kesal. Sepasang kekasih di samping kirinya memperhatikannya dan kelihatannya mereka langsung iba padanya. Saat pintu lift baru saja terbuka Sinta langsung keluar dahulu saking tak nyamannya berada di dalam lift. Ia berlari menuju ke pinggir jalan raya, menoleh ke segala arah mencari apa yang bisa ditumpanginya. Namun, ia baru sadar bahwa ia punya sahabat yang bisa diandal

    Last Updated : 2022-06-20
  • Pacarku CEO yang Posesif   Kenapa?

    Sinta terbatuk-batuk karena terkejut, Biru duduk di samping kirinya. Suasana menjadi canggung, seorang ibu paruh baya mendatanginya dan bertanya. "Mau makan apa, Nak?" tanyanya ramah. "Oh, maaf saya hanya menunggunya tidak untuk makan," jawabnya dengan nada dan ekspresi datar. Sinta dan Vivi tercengang. "Ooh, begitu," balas Ibu itu lirih hendak pergi. Namun Biru langsung berkata. "Saya bayar makanan mereka saja, berapa totalnya?" Ibu itu menghadap ke arah makanan Sinta dan Vivi, menghitung totalnya. "Lima puluh ribu, Nak," balas Ibu itu sambil tersenyum. Biru berdiri, mengeluarkan dompet dan mengambil uang di dalamnya yang hanya tinggal selembar saja. "Ambil saja, Bu, kembali-" ujar Biru namun segera dipotong Sinta. "Dibungkus dua lagi sama es jeruknya dua, Bu. Pas kan nggak kembali uang?" tanya Sinta memastikan. "Eh, iya, Neng. Pas kok," kata Ibu itu berlalu, ia tak jadi menerima uang lima puluh ribu cuma-cuma. "Masih muat maka

    Last Updated : 2022-06-20
  • Pacarku CEO yang Posesif   Penalti Resign

    Kokokan ayam terdengar nyaring, Sinta merentangkan kedua tangannya sambil menguap. HoaaamSetengah sadar ia lantas duduk ... termenung, mengucek sebelah matanya. "Kamu itu pacar aku jadi biasa aja jangan canggung gitu." Sinta menggeleng-gelengkan kepalanya, masih teringiang-ngiang ucapan Langit alias Biru. Tanpa mengungkapkan perasaan, ataupun ada adegan tembak menembak dan ia juga belum menyetujuinya, lebih tepatnya tidak karena Biru seenaknya saja memutuskan secara sepihak bahwa mereka pacaran. 'Nggak salah dia mau sama gue? Apa yang diliat dari gue? Cantik enggak, seksi ... eh, iya sih lumayan ... kaya juga enggak, boro-boro kaya, buat makan lusa aja masih harus mikir duit dari mana,' batinnya frustasi, ia mengacak rambutnya menjadi lebih parah seperti singa. Sinta kemudian meraih ponsel di bawah bantalnya, ia memeriksa pesan juga panggilan di aplikasi, ternyata Biru semalam mengucapkan selamat malam padanya, sayang sekali ponselnya kehabisan baterai dan baru ia isi pukul tiga

    Last Updated : 2022-06-25
  • Pacarku CEO yang Posesif   Perhatian

    Laki-laki tersebut keluar dari mobil dan bersandar dimobil sport-nya. Melepas kaca mata hitam yang ia kenakan, barulah Sinta sadar siapa lelaki tersebut sampai ia menutup mulutnya karena terkejut. "La-langit ..." Sinta tak berkedip beberapa detik, setelah degub jantungnya mulai normal ia mendengar ponselnya berdering. Seketika ia melompat dari kursi ruang tamu dan merogoh saku piyama yang dipakainya. Menggeser tanda telepon hijau dilayar ponselnya. "Ya ... halo?" sapa Sinta gugup, gemetaran. "Kamu di rumah kan? Yuk, berangkat," ajak Biru santai. Sinta mengintip dari jendela kaca lagi, ia ragu dan bingung. "Sin ...." "Eh, iya maaf. Emm, ak-aku masih belum mandi," jawab Sinta lirih. "Aku boleh masuk?" tanyanya. "Emmm-" Sambungan telepon diputus Biru mendadak, Sinta heran dan ia gelisah mondar-mandir membelakangi pintu depan. Ia menggigiti kuku telunjuknya, tangan kiri memegang ponsel berada dipinggang rampingnya. "Permisi." Sinta membelala

    Last Updated : 2022-06-25
  • Pacarku CEO yang Posesif   First Kiss

    Sinta gugup dan terkejut akibat perbuatan Biru. Ia langsung membuang muka karena wajahnya terasa panas akibat malu, lelaki itu lantas terkekeh. "Apa kamu nggak pernah ciuman? kaku banget," ejek Biru, menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya kembali. Sinta bingung harus menjawab apa karena tebakan Biru benar, ia belum pernah ciuman sebelumnya. Namun, ia tak mau mengakuinya. "Eng-enggak, kata siapa?!" sanggahnya tanpa menoleh ke Biru. "Masa sih? Tapi kok kayak masih malu-malu gitu," balas Biru, menjawil dagu pacarnya sambil terus tersenyum manis. "Stop!" tukas Sinta. Biru refleks mengerem mobilnya membuat keduanya hampir terantuk kaca mobil. Sinta memandang sinis ke arah Biru, lelaki itu terheran-heran dengan sikap Sinta yang gampang sekali berubah tiap menitnya. "Kenapa? Aku sampai kaget." "Hehe ... maaf, aku turun sini aja." Klik. Biru menekan tombol di sampingnya, otomatis semua pintu terkunci, Sinta langsung mengiba padanya, ked

    Last Updated : 2022-06-26

Latest chapter

  • Pacarku CEO yang Posesif   Tragedi

    "Pak, nanti ikut saya ke showroom," ucap Biru. Dia kemudian membereskan beberapa berkas kemudian memasukkannya ke dalam tas lalu beranjak dari tempat duduknya. "Pak, nanti saya telepon kalo saya udah nyampek sana." "Ba-baik, Tuan." Pak Sony menatap Biru sebentar lalu mengangguk paham, tapi sedikit bingung ... menggaruk tengkuknya pelan, ekor matanya memperhatikan Biru yang keluar dari ruangan. Pintu tertutup, tapi tak lama kemudian langkah kaki terdengar mendekati pintu, dan ... kriit"Pak, siapin kamar dan private dinner buat tanggal 10 di resort kemarin," pinta Biru melongok dari luar pintu. Pak Sony memegang dadanya yang berdetak kencang karena terkejut. "Astaga!""Haha, maaf, Pak-sengaja ..." Biru membuka pintu lebar, terkekeh pelan. "Nggak, Pak, aku bercanda.""I-iya, Tuan," balas Pak Sony sekenanya. "Jangan sampek lupa ya, Pak," pesan Biru, balik badan melangkahkan kakinya melewati pintu ruang kerjanya. Tapi ketika Biru akan menutup pintu, Pak Sony menghentikannya. "Maaf, T

  • Pacarku CEO yang Posesif   Kejutan untuk Sinta

    Sinta tersenyum penuh arti dan Vivi mengernyitkan dahinya, heran. "Woy, jawab dong malah nyengir," protes Vivi pada sahabatnya yang menurutnya jadi agak berbeda dari yang lain. "Eemmm-kayaknya gue kenal sih, kayak nggak asing gitu mukanya," papar Sinta santai. Vivi menghela napas dalam mengembuskannya kasar, meletakkan sendok dan mengelus dadanya berusaha sabar dengan jawaban sahabatnya yang datar sekali. "Elo kenal apa kagak? kalo nggak kenal emang lo gak takut diliatin terus? Iiih, ngeri," sambung Vivi bergidik ngeri, dia masih belum paham dengan maksud Sinta. "Udah tenang aja, lanjut makan," titah Sinta menatap Vivi, sahabatnya itu mendengus kesal dan melanjutkan makannya begitu pula Sinta. Mengacuhkan dua pengawal Langit yang terang-terangan mengawalnya ... Ah, bukan, lebih tepatnya membuntuti dirinya. Bagaimana tidak, mereka berdua sangat terang-terangan, seperti belum profesional dalam membuntutinya. Sinta selesai makan begitu pula Vivi. Sebelum masuk kelas dia mengirimkan

  • Pacarku CEO yang Posesif   Heboh

    Sinta bangun pagi dengan perasaan gembira walau tubuhnya terasa remuk, lelah sekali. Sudah waktunya kembali ke kampus, dia harus melanjutkan kuliahnya, seperti hubungan percintaannya yang terus berlanjut dan menuju jenjang yang lebih serius. Sinta merentangkan kedua tangannya, duduk di tepi ranjang mengerjap-ngerjapkan matanya sambil menguap. Senyum indah terbit begitu saja dari bibir Sinta, dia terkikik kala menyadari hidupnya terasa bagai dongeng pengantar tidur. "Udah adzan subuh aja, gue harus bangun ... siap-siap buat ke kampus ..." ucap Sinta beranjak dari kasurnya. "bisa-bisa gue ditendang keluar ntar kalo kebanyakan bolos," gumamnya berjalan gontai menuju meja belajarnya.***Sinta memarkir motornya ke belakang gedung perpustakaan, tak lama kemudian Sinta mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya, tak ada suara motor berhenti. Sinta tak berpikir macam-macam dan segera membawa tumpukan buku penting ke dekapannya tanpa menoleh ke belakang. "Wih hebat bener lo udah tuna

  • Pacarku CEO yang Posesif   Tunangan

    Semua orang yang ada di ballroom hotel itu terpana melihat Sinta yang anggun dengan balutan kebaya warna pink pastel dengan jarik motif bunga. Tatanan rambut yang menawan, anggun dan cocok dengan kepribadian Sinta. Ratusan pasang mata tertuju pada gadis itu, mereka sampai membuka mulut karena terkesima dengan paras elok Sinta."Cantik juga tunangannya," ucap salah seorang pria, yang tak lain tak bukan ialah tamu undangan. "Iya, pasti pintar dan terpelajar," timpal lelaki lain. Pak Lukman berjalan berdampingan dengan Sinta, putri sulungnya itu memegang lengan bapaknya, jantung mereka berdetak kencang. "Tapi, keluarganya rumornya bukan orang kaya," ucap wanita itu setengah berbisik. Sinta dan Pak Lukman berusaha bersikap biasa, melewati tamu undangan yang sibuk membicarakan dia sekaligus keluarganya. "Gue denger-denger hubungan mereka gak direstui pihak ortu Biru, pasti si cewek ini ada apa-apanya." "Kayaknya cewek biasa sih, anak kuliahan mungkin," sahut yang lain. Acara sudah b

  • Pacarku CEO yang Posesif   Menuju Halal

    "Pakai lagi cincinnya, Sin," titah Biru menatap datar Sinta, gadis itu tak bergeming ia malas, malah bersedekap membuang muka ke samping. "Ayo, Sin pakai lagi," bujuk Biru, dia tetap sabar. "Nggak, kita putus," balas Sinta. "Kamu yakin? Kalau kamu bilang putus sekali lagi aku akan bener-bener pergi selamanya, kamu mau jauh dari aku?" Sinta menoleh, ia menghadap ke Biru, dia bersiap menumpahkan segalanya. "Kamu pikir gampang jadi aku? Harus nerima penghinaan dari keluarga kamu, kamu pikir aku nggak sakit hati?!" Sinta menitikkan air mata, dia tak sanggup membendungnya lagi. "Maaf, Sayang. Ayo kita hadapi ini sama-sama, kamu berdiri di samping aku," ujar Biru, menggenggam erat jemari Sinta. "Latar belakang kita beda, Langit, beda jauuh ... bagai langit dan bumi." Sinta melepas tangannya dari genggaman Biru. "Dan aku yang akan buat mereka tidak berjarak, Sin. Kita bersatu, buktikan ke orang tuaku kalau kita punya cinta, kekuatan itu yang buat kita bersama." Sinta menggeleng dan me

  • Pacarku CEO yang Posesif   Panas Dingin

    Setelah mereka bertiga selesai mengisi perut yang kosong, barulah Biru bertanya ada apa gerangan Pak Sony menyusulnya ke sini. Biru menatap lekat asisten pribadinya, melipat kedua tangan di atas meja. Sinta yang hendak pergi di tahan oleh Biru untuk sekadar menemaninya, tak ada hal yang ingin ia rahasiakan dengan calon istrinya itu. "Gimana, Pak? Ada apa?" Pak Sony mengelap mulutnya dengan tisu kemudian mulai berbicara. "Begini, Tuan. Ibu meminta saya untuk menyusul Tuan, meminta Tuan untuk segera pulang." Raut wajah Pak Sony berubah drastis, menjadi sangat serius. Biru hanya santai mendengarnya, menyedot kembali smoothie buah naga pesanannya yang belum habis, setelah Pak Sony diam lelaki itu meletakkan minumannya dan menatap asprinya, menyatukan jemari tangannya yang diletakkan di atas meja. "Saya sudah bilang ke mama, Pak, saya ada urusan di luar kota, Bapak juga tinggal bilang gitu harusnya.""Tapi, Ibu memaksa saya untuk membawa pulang Tuan hari ini

  • Pacarku CEO yang Posesif   Drama Sarapan

    Dari kejauhan, lelaki dan perempuan itu menyipitkan mata memandang ke halaman bangunan lobi, melangkah semakin dekat ... Biru menangkap sosok yang tak asing baginya yaitu asistennya, Pak Sony. "Bukannya itu pak Sony?" tebak Sinta ragu, menatap lelaki yang menggandengnya, Biru menatap sebentar pada kekasihnya dan menatap depan lagi. "Iya, kamu bener, yuk kita ke sana." Biru dan Sinta mempercepat langkah untuk menghampiri Pak Sony yang berdiri di samping mobil berwarna hitam. "Iya, yuk," balas Sinta mengangguk samar. Pak Sony terlihat gelisah, sesekali melirik ke pergelangan tangannya dimana jarum arlojinya terus berjalan, pria itu lantas menoleh ke kiri dengan waspada lalu ke kanan. Senyumnya terbit ketika melihat orang yang ditunggu-tunggu berjalan mendekat, mereka saling berpandangan. "Ah, Tuan, akhirnya Anda datang juga," ucap Pak Sony tersenyum setelah majikannya berdiri di hadapannya, asistennya tersebut menegakkan badan kemudian membungkuk sebentar. "Apa Bapak sudah lama nu

  • Pacarku CEO yang Posesif   Berkali-kali

    Dia lupa, Sinta lupa, dirinya tak melihat apakah Biru memakai pengaman atau tidak. Dia terlena sampai benar-benar lupa akan hal yang penting."Mati gue!" batinnya resah."Kamu kenapa sih, Honey?" tanya Biru masih dengan mata terpejam. "Nggak," balas Sinta singkat, dia kesal dan sekarang merubah posisinya memunggungi Biru. Laki-laki itu malah memeluk Sinta dari belakang. "Nggak papa ngomong aja pasti aku dengerin kok," ucapnya. Sinta memutar bola mata malas, dia tak percaya dengan ucapan lelaki di belakangnya. Sinta memindahkan tangan Biru yang melingkari perutnya, namun tangan itu malah memeluknya lagi bahkan rasanya ingin meremukkan tulang iganya. Sekarang 2 tangannya bergerilya ditubuhnya, tangan kirinya menyelusup ke bawah pinggangnya, dan satunya lagi di atas perutnya, Biru malah makin mengeratkan pelukannya. "Lepasin dong!" pekiknya sambil berusaha membuka kedua tangan Biru. "Nggak ... nggak akan aku lepas sebelum kamu jujur ke aku ada masalah apa," balas Biru tenang."Plis

  • Pacarku CEO yang Posesif   Malam Panas

    Sinta terpana dengan panorama laut malam, bulan bersinar dengan terangnya, bintang-bintang bertaburan ... deburan ombak diiringi angin sepoi-sepoi, terasa sejuk dan menenangkan. Sinta duduk agak dekat dengan pinggiran laut, berjarak dua meter saja. Biru yang heran menggelengkan kepalanya karena Sinta tak menghampirinya malah berjalan mendekat ke pinggir laut, lelaki itu kemudian langsung menghampiri Sinta, duduk di sampingnya. "Nakal ya kamu," ucap Biru sambil memencet hidung Sinta. Sinta cemberut, menepuk punggung tangan Biru yang berhasil membuat hidungnya merah sekejap. "Cium nih," ancam Biru, mendekatkan wajahnya ke Sinta. Gadis itu tersipu, meski Biru tak melihat jelas rona merah dipipinya namun ia tahu Sinta tersenyum. Biru melekatkan bibirnya menyapu permukaan bibir Sinta, gadis itu langsung menutup matanya. Lelaki itu menjauh dan menatap gadisnya sejenak, Sinta yang heran karena Biru tak lagi menciumnya akhirnya membuka matanya perlahan. Biru tersenyum, berhasil menjahili

DMCA.com Protection Status