Home / Romansa / Pacar Pembantu / He's Bad Boy

Share

He's Bad Boy

Author: Asterona
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Jangan takut kehilangan, karena semua yang ada di dunia hanyalah titipan.

•••

Jika bukan karena paksaan Juan, Nabilla tidak mungkin duduk manis di ranjang UKS saat ini. Tangannya yang tadi penuh goresan luka kini sudah dibalut perban. Meski masih terasa sakit, dia memilih diam sambil sesekali menggerakan jarinya yang terasa nyeri.

Chatrine yang sedang sibuk membereskan kotak P3K kini beralih menatapnya.

"Kalau tangan lo masih sakit, baring aja lagi, entar gue yang bilang sama Raqa supaya lo izin ikut MOS hari ini."

Nabilla menggeleng. "Eh enggak usah kak. Aku masih kuat kok."

Juan terkekeh pelan. "Ikut aja napa Nab, gue yakin tangan lo masih sakit, nyeri ya? Sini gue tiupin." Juan beringsut meraih tangan Nabilla, namun tertahan karena Chatrine menarik telinganya.

"Nggak usah modus deh lo playboy. Mending minggat sana! Dasar playboy cap terasi, nggak tahu orang lagi sakit masih aja dimodusin," gerutu Chatrine seraya menjewer telinga Juan. "Nih, biar lo tau rasanya gimana di PHP in."

Juan malah meringis dan justru meminta ampun, sambil memegangi telinganya yang memerah. Juan memang tipikal playboy yang tidak terhitung lagi berapa banyak mantannya.

"I-iya deh. Gue khilaf, ini lepasin telinga gue ah, sakit bego. Atau nggak gue cium lo sekarang!"

Chatrine melotot, buru-buru dia melepaskan jewerannya. Seolah mengerti sesuatu, ia lalu berpindah duduk di sebelah Nabilla. Nabilla yang melihat kejadian itu hanya mengulum senyum. Mendapati Chatrine duduk sambil mengelus dada.

"Kenapa kak?" tanya Nabilla.

"Enggak papa. Gue kaget aja Juan ngomong gitu, eh gue mau tanya sesuatu nih. Kok bisa-bisanya ya Raqa ngehukum lo? Lo ada buat kesalahan apa?" cerca Chatrine mengalihkan pembicaraan.

Nabilla terdiam beberapa saat sebelum akhirnya memilih menatap sepatunya. "Euum ... sebenarnya sih aku dari pagi tadi udah bikin masalah sama kak Raqa. Tapi suwer kak, aku nggak ada niat. Dan jadinya malah kayak gini. Apalagi saat di aula tadi, aku sama temen-temen ketahuan menggosip. Ya gini jadinya, aku dihukum nyabutin rumput di taman belakang sekolah. Pake tangan lagi, kan susah."

Cathrine mendengar nada kecewa dari mulut Nabilla, dia sendiri sudah mengenal Raqa sejak dua tahun lalu. Jadi, sifat keras kepala dan semaunya Raqa memang sama seperti dulu. Sulit dihilangkan.

"Kalau gitu, gue saranin lo hati-hati aja mulai sekarang," ujar Chatrine. Punggung Nabilla segera menegap.

"Emang hati-hati kenapa kak? Kak Raqa orangnya jahat ya? Atau dia sering bentak-bentak kayak cerita cowok di novel-novel gitu. Duh, kakak jelasin dong."

Chatrine menghela napas gusar lalu menatap nanar ke arah Nabilla. Sorot ketakutan milik Chatrine memacu jantung Nabilla berdetak lebih cepat. Cewek itu mengusap punggung Nabilla.

"Gini Nab, gue kasih tau lo, dan lo harus inget ini baik-baik." Nabilla mengatur posisi duduk senyaman mungkin.

"Raqa itu tipe cowok yang nggak kenal ampun, sekali aja lo buat masalah sama dia. Lo bakal jadi bulan-bulanannya," jelas Chatrine, tatapannya berubah serius. "Padahal, lo termasuk orang yang beruntung sih karena sekarang Raqa udah jadi ketua OSIS. Tapi tetap aja gue nggak bisa jamin Raqa nggak kayak dulu lagi."

Rasanya otak Nabilla perlu berputar keras mencerna ucapan Chatrine, dari awal bertemu Raqa cowok itu memang terkesan galak dan tegas. Namun, jika dilihat secara mata Raqa itu orang yang disiplin.

"Kayak dulu gimana maksud kakak? Kak Raqa dulu sama sekarang beda gitu?"

Chatrine berdecak. "Ya... secara gue mikir beda, aduh gimana gue cerita ke elo? Pokoknya gini, Raqa itu mantan bad boy. Kalau lo sudah buat perkara sama dia. Mending jauh-jauh deh."

Nabilla hanya menggangguk paham, tapi perlahan rasa penasarannya mulai muncul.

"Tapi kak Raqa itu ganteng kak. Mukanya itu persis banget kayak visual cowok-cowok yang aku baca di novel-novel gitu. Kalau kak Raqa mantan bad boy, kenapa bisa jadi ketua OSIS? Rada aneh deh."

Chatrine mendengus. "Yee soal itu gue nggak tahu, tapi dia ganteng kan?"

Nabilla mengangguk.

"Perlu lo tau aja Raqa itu blasteran Jerman-Indo," ujar Chatrine membuat mata Nabilla membulat. Sekarang dia benar-benar merasa seperti cerita tokoh utama di dalam novel remaja.

Akan tetapi, jantung Nabilla mendadak hendak copot mengingat masalahnya dengan Raqa. Oh no! Bagaimana dengan Nasib proposalnya?

***

Hembusan asap rokok mengudara. Bagi seorang cowok beralamamater maroon hal itu sangatlah biasa. Merokok secara diam-diam di pojok kantin ketika jam pelajaran berlangsung atau menghacurkan barang-barang milik sekolah yang menurutnya tak bernilai itu.

Baginya, emosinya sekarang harus diluapkan, tidak peduli berapa banyak barang yang ia hancurkan atau seberapa besar kemarahan kepala sekolah nantinya.

Terbukti, dari kursi panjang di pojok kantin yang kini rusak parah karena ulahnya. Kepala Raqa pusing, baru saja sehari ia mengatur jalannya acara MOS tapi rasanya sangat sulit.

Raqa menghembuskan napas kasar, rokok tadi sudah ia injak sebelum ada orang yang memergokinya. Jujur saja, Raqa ingin sekali keluar dari penekanan Arga. Pria itu sudah menciutkan nyalinya hanya dengan menyebutkan nama Kalina-mamanya. Jangan tanya dengan penjual di kantin, mereka bahkan bisa menutup mulut sampai sekolah ini hancur. Uang, anggap saja itu sebagai imbalan mereka.

Raqa berusaha duduk tenang, namun matanya tanpa sengaja menangkap sosok cewek sedang berjalan mengendap seolah takut ketahuan.

Raqa tidak perlu berpikir lama mengenali cewek berambut sebahu itu. Dia Nabilla Shiletta, cewek yang berani-berani membuat masalah dengan Raqa. Ah, kalau ditanya masalah Raqa jadi teringat proposalnya.

Raqa berjalan mendekat, sesaat kemudian tatapannya bertemu dengan milik cewek itu. Raqa tersenyum miring. Sementara Nabilla reflek berjalan mundur bersamaan dengan langkah Raqa mendekatinya.

"Kak-kakak mau ngapain?" Tangan Nabilla bergetar yang berhasil di tangkap oleh Raqa. Bersamaan punggungnya menghimpit tembok.

"Menurut lo? Gue mau ngapain?"

"Eng... Nggak tau, pokoknya kakak jangan macem-macem."

"Gue nggak macem-macem, gue cuma mau ngingetin kalau gara-gara lo gue makin pusing. Sekarang, dimana proposal gue?" Raqa merapatkan tangannya ke tembok, lantas tubuh Nabilla yang pendek itu terkunci.

Nabilla menaikkan alisnya. "Proposal?"

"Iya proposal. Lo nggak mungkin lupa soal proposal gue yang lo hancurin itu."

Nabilla menunduk ke bawah, dia takut, pasti. "A-aku nggak tau kak."

"GIMANA BISA NGGAK TAHU?! BUKANNYA GUE MINTA LO BIKIN ULANG!" Suara itu keluar bersamaan Raqa memukul tembok di samping kepalanya. Cowok itu menatap Nabilla berang.

Nabilla sudah menitikkan air mata, namun itu tidak berpengaruh bagi Raqa.

"JAWAB NABILLA! JANGAN BISA NANGIS DOANG. PERLU LO TAU, HIDUP DAN MATI GUE ADA DI PROOSAL ITU. LO NGERTI NGGAK?!"

Nabilla menggigit bibir bawahnya. Beruntung dia cewek, jika tidak Raqa tak akan segan mencekiknya.

"I-iya kak. Ngerti."

"Bisa nggak lu jangan nangis saat gue tanya?" cibir Raqa. "Dasar cengeng. Manja banget sih lu?"

"A-aku emang sering nangis kak." Nabilla menyeka sudut matanya.

Raqa memperluas jarak mereka, ia bersedekap. "Malu sama badan."

"Aku nangis karena kakak bentak-bentak aku."

"Gue cuman bentak kan? Bukan nyakitin fisik lo?"

"Tapi kakak nyakitin hati aku. Kata Bunda, sakit dihati lebih menyakitkan daripada di badan. Kakak bisa bawa aku ke rumah sakit saat kakak udah puas mukulin aku—"

"Gue nggak mukul lo!"

Nabilla berdecak sebal, lalu meninju lengan Raqa. "Ish. Kakak dengerin dulu, aku belum selesai ngomong."

Raqa memutar bola mata. "Gue males denger lanjutannya."

"Ish." Seakan ketakutannya lenyap, Nabilla kembali meninju lengan Raqa.

"Berhenti nabok lengan gue."

"Lagian kakak ngeselin."

"Lo yang bikin gue kesel duluan."

Tak mau kalah, Nabilla hendak memukulnya lagi, namun Raqa cepat menangkap tangannya. Bahkan mencengkramnya dengan kuat. "Sekali lagi, gue pastiin lo bakal nangis darah," ancamnya. "Dan sekali aja lo bikin masalah sama gue, hidup lo nggak akan pernah tenang sebelum lo berlutut di hadapan gue."

Nabilla menangis. Ia sangat ingin pingsan saat ini juga sebab Raqa mencengkram tangannya yang luka.

"Sakit kak."

"Mau gue bikin sakit lagi?"

Lantas Nabilla menggeleng. "Bundaaa."

"Dasar cengeng." Raqa menghempaskan tangan Nabilla ke udara. Hendak meninggalkan cewek itu, namun suara ambruk di belakang menghentikkan langkahnya.

Raqa meneguk saliva kasar mendapati Nabilla sudah pingsan tak berdaya. Tak mau membuang waktu Raqa memilih membopong cewek itu.

***

"Masuk."

Suara itu cukup membuat Raqa emosi, dia masuk setelah membanting keras pintu kayu itu. Raqa bahkan tanpa segan menopang kakinya di atas meja. Membuat Pak Gusti-Kepala sekolah, geram.

"Raqa!"

"Kenapa? Bapak mau ngomong kan? Cepetan! Saya masih banyak yang diurus."

"Justru urusan kamu yang membuat saya repot seperti ini." Pak Gusti menyingkirkan kaki Raqa dari meja.

Raqa menegap dari duduknya. Ia bersedekap, mengernyit lalu tertawa meremehkan. "Memangnya urusan saya ada kaitannya sama Bapak?"

"RAQA!"

"It's oke. Paling bapak mau negur kursi kantin yang udah saya hancurin. Tenang, saya ganti. Hari ini juga."

Pak Gusti mendesah cepat, tipikal siswa seperti Raqa memang senang sekali mencari perhatian kepala sekolah.

"Bapak tidak mempermasalahkan itu Raqa." Pak Gusti memilin jarinya. "Ulah-"

"Oh bagus. Pantesan sekolahnya tajir."

"Raqa! Jangan menyela omongan saya."

Raqa memutar bola matanya malas. Sedangkan Pak Gusti mulai berbicara sebelum Raqa menyela.

"Bapak tau apa yang kamu lakukan di kantin tadi. Apa kamu tidak berpikir? Tindakan itu akan mencoreng nama ketua OSIS-mu jika murid lain sampai mengetahuinya."

"Yasudah."

Pak Gusti mencoba bersabar. "Kamu tau apa artinya?"

"Bapak pikir aja sendiri."

"Raqa. Pihak sekolah tidak sebodoh yang kamu kira, kamu lupa dengan CCTV yang ada di kantin. Disitu terekam jelas kalau kamu sedang menyakiti seorang siswi sampai dia pingsan."

Raqa hanya bergumam oh sesaat. "Terus, bapak mau minta saya maaf sama dia? Ogah. Bapak lakuin aja sendiri."

Raqa malas berdebat lebih lama, ia tahu jika persoalan ini akan melebar kemana-mana, tentu ke arah gelar ketua OSIS-nya. Arga pasti tidak melewatkan kesempatan ini.

Raqa beranjak dari duduknya, namun kalimat pak Gusti menahannya.

"Bapak punya dua opsi, kamu jaga siswi itu sampai sembuh atau rekaman ini sampai ke tangan Arga?"

Related chapters

  • Pacar Pembantu   Protect You

    Sekencang apa pun kamu berlari menghindari takdir, jika Tuhan menghendaki, maka takdir itu akan mengikuti kemana pun kamu pergi.•••"Bapak punya dua opsi, kamu jaga siswi itu sampai sembuh atau rekaman ini sampai ke tangan Arga?"Raqa mengernyit tidak terima, tangannya terkepal, dua opsi itu sama-sama menyudutkannya. Apalagi harus berhubungan dengan Arga. Ditambah lagi, cewek itu-Nabilla. Apa takdir belum puas mempertemukan mereka?Raqa memejamkan mata perlahan lalu menghela napas panjang, dihembuskannya perlahan sebelum berbalik ke arah Pak Gusti. Dengan seringai, Pak Gusti menunggu jawaban Raqa."Bagaimana?" tanya Pak Gusti."Opsi pertama. PUAS?!"Pak Gusti tersenyum lebar, sementara Raqa buru-buru keluar ruangan, dasar tidak adil. Meluapkan emosi, Raqa memilih menendang

  • Pacar Pembantu   Punishment

    Terkadang, apa yang orang katakan pada kita menjadi tanda tanya bagi mereka di luar sana.•••"Cantik ye kan Raq? Udah kayak boneka gitu ngegemesin. Pengen gue bawa pulang ke rumah rasanya." Ragil berceloteh soal Nabilla, Raqa hanya diam, ia memutar bola mata malas."Diem lo, setan. Berisik!"Ragil cengengesan, ia kembali menatap Nabilla yang duduk selonjor sambil sesekali menuliskan sesuatu di bukunya. Panggung sedang dikuasai oleh guru yang memberikan bimbingan hingga Ragil hanya perlu berdiri di pinggir aula bersama Raqa sambil memperhatikan."Eh, panggil aja kali ya? Biar dia ngelirik gua," ucap Ragil. "Bah, lo ngebet nih, benci sama suka itu bedanya tipis banget Raq. Anget-anget tai ayam entar jadi anget-anget tai kambing.""Apasih lu nggak jelas?!" ketus Raqa."Yee, au ah. Gue pang

  • Pacar Pembantu   Laughter Memories

    Alasanku menyakitimu adalah keegoisan, bukan sekedar paksaan menahan kekhawatiran. Lalu, bagaimana jika simpatiku tergerak untuk membantumu?-Raqa Abimanyu Dinata-•••"NABILLA!"Juan, Ragil, dan Gheral bergegas menghampiri Nabilla. Namun Raqa, tetap diam saja seolah tidak terjadi apa-apa, cowok itu menghela napas lalu menepis lingkaran tangan Tamara dari lehernya."RAQA! BANTUIN WOY!" teriak Juan. Sementara Ragil dan Gheral berusaha membangunkan Nabilla dengan menepuk berkali-kali pipi cewek itu.Raqa mendekat, bukan membantu tapi malah bersedekap. "Biarin aja, gue nggak peduli. Itu lo bedua mending minggir. Kita liat seberapa lama tuh bocah buat pura-pura.""Tai aja lu Rak piring. Nabilla beneran pingsan oi!" kekeh Ragil.Meski be

  • Pacar Pembantu   Cewek Manja

    Setelah sepuluh menit berlalu Nabilla berada di UKS bersama Raqa, kini cewek itu duduk anteng di tepi sebab tidak terima dispensasi apa pun dari cowok itu.Tapi, kalau Nabilla mau, ia bisa saja merengek agar tidak ikut, sayangnya ia juga tidak mau kehilangan moment menatap wajah Raqa yang menurutnya kelewat tampan itu."Baiklah, saya minta maaf karena ada urusan kecil mendadak yang tidak bisa ditinggalkan," ucap Raqa. Tadi, aula sempat heboh karena si ketua OSIS itu membuat mereka menunggu."Jadi, sebagai permintaan maaf, saya akan berikan hadiah kepada peserta yang berhasil mengumpulkan tanda tangan terbanyak. Dan hukuman berdiri di depan bagi peserta yang tidak dapat tanda tangan satu pun."Berbagai mimik peserta langsung menghebohkan aula, ada yang memekik girang, ada yang celengak-celenguk mencari teman karena tidak dapat tanda tangan satu pun, atau tersenyum kecut seolah dialah peserta yang d

  • Pacar Pembantu   Beautiful Girl

    Bahkan cantikmu, mampu membuatku menenggelamkan semua kelabu.-Raqa Abimanyu Dinata-•••Raqa mengedar pandang ke seluruh koridor, terutama jalan menuju taman belakang sekolah. Untung sepi, jadi dia tidak harus sembunyi-sembunyi demi cewek bernama Nabilla ini."Kakak kok kayak ketakutan gitu? Takut sama guru tadi ya? Hih, badan aja yang gede," cibir Nabilla.Raqa melotot tidak terima. "Gue nggak takut sama siapa pun. Terutama sama Bapak tua tadi!"Nabilla menggidikan bahu acuh, matanya mengamati dengan seksama buku gambarnya. Membolak-balik, dan menahan napas terkejut ketika menemukan noda pada gambarnya."Tuh, kan, Kakak sih, coba nih liat! Buku gambar aku jadi kotor, gimana mau ngebersihinnya."Raqa mendengus keras. Ia tidak habis pikir pada sikap manja dan berlebihan Nabilla. Lagi pula, itu hanya buku gambar. T

  • Pacar Pembantu   The Headquartes

    Tidak ada masalah yang selesai dengan cara lari, karena ada masalah lain yang akan datang menanti, maka selesaikan masalahmu hari ini.•••"Ciee diantar sama siapa, tuh?"Nabilla menoleh, dia mendapati Yogi Kakaknya tengah bersedekap sambil menaik-naikkan alis."Kakak nggak perlu tau ih. Kepo!" jawab Nabilla."Elah lu, manja. Gue bilangin sama Bunda nih. BUNDA! BUNDA! NABILLA MULAI NAKAL NIH, BUNN." Yogi berteriak seraya masuk ke dalam rumah.Nabilla mencak-mencak, ia menghentakkan kaki kesal. "Kak Yogi, apaan sih?! Aku nggak nakal tau, BUNDA JANGAN DIDENGERIN!" gerutu Nabilla ikut masuk ke dalam rumah.Bundanya yang ternyata sedang menonton TV di ruang tengah menggelengkan kepala, lantas saja wanita berhijab peach itu mengecilkan volu

  • Pacar Pembantu   Hot News

    Ada kalanya kata yang hendak terucap ditelan kembali, agar tidak ada pihak manapun yang tersakiti.•••Jam menunjukkan hampir pukul sepuluh malam, selesai makan malam bersama keluarganya, Nabilla duduk di atas kasurnya seraya memainkan ponsel. Dilihatnya lagi nomor Raqa yang sudah ia simpan.Nabilla tersenyum, entah kenapa, padahal hari ini begitu melelahkan. Mulai dari acara MOS dimulai, sampai acara itu selesai, Nabilla ingat banyak kesialan yang menimpanya.Meski demikian, Nabilla tidak pernah marah pada Tuhan, karena ia selalu ingat kata Nara jika musibah adalah salah satu wujud rasa sayang Tuhan pada makhluknya. Atau sejenis hukuman atas perbuatan dosa yang makhluknya lakukan.Jika Nabilla masuk dalam kategori kedua, maka dia akan senang hati memperbaiki kesalahannya. Jika pun masuk dalam kategori pertama, Nabilla sangat bersyukur karena Tuhan menyayan

  • Pacar Pembantu   Between Two

    Menunggu adalah salah satu cara menguji kesabaran seseorang.•••Nabilla membenarkan rok bawahnya yang terlipat, akibat berlari lumayan kencang, dia sampai keringatan membawa Damar minggat dari Sagita dan Mentari.Nabila benar-benar gugup akibat kecerobohannya tadi, beralasan ke toilet, alhasil mereka harus melewati koridor kelas sebelas. Belum lagi, Nabilla harus memastikan Sagita tidak curiga, dan di sinilah mereka berakhir. Toilet pria.Nabilla menepuk jidatnya. "Yah, kok masuk toilet cowok, sih, Dam?" kesalnya.Mengusap tengkuk, Damar benar tidak tahu apa-apa. Dia mengikuti saja Nabilla menarik tangannya meski tidak tahu arah. Damar jug

Latest chapter

  • Pacar Pembantu   Kemarahan Papa

    Makan malam. Terasa sedikit berbeda dari malam-malam sebelumnya, karena malam ini Samuel ikut bergabung di meja makan. Bersama. Mereka bertiga, Soraya, Kaisar, dan Samuel. Meskipun begitu, Kaisar tidak merasakan senang sama sekali. Sebab, walaupun semua anggota keluarga lengkap. Keadaan tetap hening. Seolah yang makan adalah patung berwujud manusia yang tidak mengenal satu sama lain. "Berantem lagi?" tanya Kaisar santai tapi sarkastik. Lantas membuat kunyahan Samuel dan Soraya berhenti. Kaisar menyadari itu. Ia tersenyum sinis, spontan mendapat cubitan pelan di paha dari Soraya. "Makan dulu, Sar. Jangan banyak omong," tegur Samuel. Tenang namun sirat akan kecaman. Kaisar terkekeh. "Terus kalau makannya udah selesai boleh ngomong?" tanyanya. Kaisar menatap dua orang itu bergantian. "Biasa juga enggak, 'kan?" Soraya menyentuh bahu Kaisar. "Kamu ngomong apa sih, Nak? Kita bedua baik-baik aja. Nggak berantem." "Oh ya?" Kaisar

  • Pacar Pembantu   Balapan Lagi

    Dua prinsip yang harus dipegang saat ini;Pertama, tidak boleh terbawa perasaan ketika bersama cowok.Kedua, tidak boleh jatuh cinta sebelum berhasil membanggakan ayah dan bunda.Keyla membaca tulisan di belakang diary-nya itu, ia menulisnya tepat ketika berumur 12 tahun. Dimana saat itu ia mulai mengenal sebuah kata yang bernama 'Cinta'. Catat! Hanya mengenal, bukan merasakan.Keyla tidak tahu persis bagaimana perasaan itu. Namun, kata Thania perasaan cinta adalah sesuatu yang tidak bisa digambarkan dan diutarakan dengan kata-kata. Pokoknya rumit, tapi asyik.Bahkan, setiap orang yang telah jatuh cinta bisa dibuat buta. Semakin ke sini Keyla semakin tidak mengerti.Keyla menutup buku diary berwarna biru itu dengan cepat, ini semua gara-gara Kaisar dia jadi kepikiran hal konyol bernama 'Cinta' itu.Akan tetapi Keyla tidak bisa mengelak jika ia baper oleh perlakuan Kaisar. Terutama ketika cowok itu mengacak rambutnya.

  • Pacar Pembantu   Baper?

    Keyla beruntung karena alibinya tadi. Cewek itu menghembuskan napas lega setelah melihat Kaisar mengangguk, mempercayai ucapannya. Meskipun sebelumnya Keyla sempat gugup karena Kaisar hampir saja mengganggapnya berbohong."Serius kelilipian?" tanya Kaisar ulang.Oh ternyata Keyla salah, Kaisar masih belum sepenuhnya percaya."Iya bawel!" jawab Keyla bosan. Cewek itu hendak berjalan lebih dulu namun lengannya tiba-tiba ditahan oleh Kaisar.Keyla berbalik dan menatap cowok itu penuh pertanyaan. Kedua alisnya hampir menyatu. Bibirnya sedikit terbuka ingin mengucapkan sesuatu namun urung karena Kaisar menatapnya begitu dalam.Sampai akhirnya Kaisar melangkah maju mendekati Keyla. Matanya tak lepas sedikit pun menyorot mata cewek itu. Membuat Keyla terasa kaku untuk mengalihkan sedikitpun tatapannya dari Kaisar.Cowok itu merunduk hingga kepala mereka sejajar. Sekarang, bukannya tubuh Keyla saja yang kaku, tapi jantungnya

  • Pacar Pembantu   Keyla Yang Malang

    "Astaga lupa! Hape gue ketinggalan di laci," ungkap Kaisar yang reflek menghentikan langkah saat teringat sesuatu.Keyla menghela napas. Mereka hampir saja mendekati parkiran dan Kaisar berucap seperti itu. Rasanya seperti gagal menang perlombaan lotre. Padahal, Keyla berencana akan pulang ke rumah tepat waku. Karena banyak pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan sebelum pukul delapan malam. Setelah itu, barulah Keyla mengerjakan tugas sekolah."Gue ambil dulu yaa. Lo tunggu di sini, jangan kemana-mana," pinta Kaisar. Tanpa mendapat persetujuan Keyla cowok itu bergegas pergi.Keyla pun menarik napas sekali. Ia menepikan diri di bawah pohon besar dekat parkiran."Keyla!" panggil seseorang dari arah kiri. Keyla menoleh. Ternyata Putra."Sendirian nih? Lo nungguin siapa?" tanya Putra setibanya di hadapan Keyla."Kaisar.""Wohoo. Udah gercep ya itu anak," godanya.Keyla yang paham maksud Putra menyela. "Cum

  • Pacar Pembantu   Sikap Dinginmu

    Sejak kejadian di taman belakang tadi Kaisar malah tambah kepo. Ia mencerca Keyla dengan beberapa pertanyaan yang absurd dan unfaedah. Ada sih beberapa pertanyaan yang cowok itu lontarkan mengenai kakaknya. Tapi tetap saja Keyla merasa terganggu. Akibatnya, Keyla kini menyumpal satu telinganya dengan headset. Suasana kelas juga sedikit berisik karena guru yang mengajar ijin ke toilet."Key, temenin gue belajar yuk!" pinta Kaisar tiba-tiba membuat Keyla dengan malas menatap teman sebangkunya itu."Belajar apaan?" tanyanya.Kaisar cekikikan lalu nyengir lebar. "Belajar untuk menjadi yang terbaik buat kamu.""Hahaha. Receh!" sahut Putra yang duduk di belakang. Lalu tatapannya berubah datar.Kaisar melirik sinis Putra. "Sirik lo upil gajah!"Sedangkan Keyla hanya geleng-geleng melihat tingkah aneh kedua cowok itu. Lalu dia memejamkan mata sejenak, menikmati lagu beatiful milik Crush yang mengalun lewat headset di telinganya. Keyla sa

  • Pacar Pembantu   Kakak Lo, Kakak Ipar Gue

    "Lo ngapain makan diem-diem sendiri di sini?" Keyla menolehkan kepalanya sejenak lalu berkata, "Suka aja," jawabnya singkat. Kaisar terkekeh pelan. Keyla itu ya, jawabannya singkat mulu. Emang ngomong itu pakai kuota apa? "Ohh sukaa," ujar Kaisar kemudian. Ia menarik napas dalam-dalam lalu menatap Keyla. Lebih tepatnya ke bekal hijau yang berisikan nasi goreng dan telur gulung di pangkuan gadis itu. Kaisar menjilat sudut bibirnya, cukup menggungah selera. Kebetulan sekali ia belum makan. "Beuhh. Kayaknya enak. Mau dongg." Keyla menoleh lagi, tanpa kata-kata ia langsung menggeser bekal itu ke tengah. Keyla mendiamkannya sesaat. Kaisar bahkan sampai berkedip. Ia kira Keyla akan bersuara, setidaknya 'makan tuh' tapi ternyata gadis itu hanya diam. "Thanks," ucap Kaisar. Lantas menyantap bekal itu dengan lahap. Seperti orang tidak makan dua hari. Keyla hanya geleng-geleng melihat tingkah cowok itu. "Ke

  • Pacar Pembantu   Antara Zana dan Panji

    Kaisar melangkah cepat menyusuri koridor kelas IPA yang berada di lantai dua. Matanya tak lepas mengamati sekitar. Tujuannya sama, yaitu mencari Keyla. Kaisar tak habis pikir mengapa gadis itu terlalu misterius dan sulit sekali ditemukan.Kaisar sudah mencek kelasnya namun Keyla tidak ada di sana. Jika gadis itu hanya memberi uang pada kakaknya yang bernama... siapa tadi? Zana? Seharusnya, Keyla telah kembali ke kelas mereka.Kaisar menyesal tidak meminta nomor gadis itu sebelumnya.Ketika menatap ke samping kanan, tiba-tiba saja seseorang menabraknya. Kaisar lantas menoleh ke arah orang itu saat terdengar ringisan. Ternyata ponsel milik orang itu terjatuh."Lo jalan pakai mata nggak sih?!" kesal cewek itu sambil mengambil ponsel berlogo apelnya yang tergeletak. Kaisar menyadari saat ponsel itu terbalik.Kaisar berdecak. "Enak aja si eneng, situ kali yang nabrak gue. Nggak suci lagi nih baju pangeran," ucap Kaisar dengan tingkat k

  • Pacar Pembantu   Kemah

    "Gue yakin kemah tahun ini bakalan rame," ungkap Dewa saat mereka berempat, Kaisar, Angkasa, Putra dan dirinya berjalan beriringan menuju kantin. Melepas penat setelah hampir dua jam berkutat dengan papan tulis dan buku-buku pelajaran. Setibanya di kantin yang dalam sekejap saja ditimbuni banyak umat manusia itu, ketiganya langsung menduduk kursi kosong yang tersisa di pojok."Lo-lo semua mau pesen apa?" Tanya Dewa yang berinisiatif memesankan makanan untuk ketiga temannya."Gue nasi goreng sama es teh lah, kayak biasa," sahut Putra bersemangat, lalu cowok itu melempar senyum centil pada adik kelas yang lewat.Kaisar yang nampak berpikir akhirnya membuka suara. "Gue bakso, sambelnya banyakin. Ah, jangan lupakan marimas kesukaan gue.""Nggak usah pake desah," celetuk Angkasa, manusia paling kalem di antara mereka berempat."Lo apa, Sa?" Kini, dewa bertanya pada Angkasa."Mineral aja."Dewa berdecak. "Itu doang.

  • Pacar Pembantu   Haruskah Aku Ikut?

    "Hari pertama sekolah di SMA Bakti Buana, apa kesan kamu, Key? Udah banyak dapat temen?" Pertanyaan Bram barusan kontan membuat Keyla hampir tersedak. Seperti jebakan abstrak yang langsung mengikat. Bagi Keyla, pertanyaan itu benar-benar memutar otak. Sepasang matanya bertemu dengan sepasang mata milik Dara. Keyla lantas menunduk. Dara menatapnya sambil memicing, jelas itu adalah telepati yang memaksa Keyla harus menjawab seperti ini. "Banyak, Pa." Meskipun ia tidak mau. "Temen Keyla baik semua." "Bagus deh." "Halah. Paling bohong, mana ada yang mau temenan sama es batu?" Zana menyeletuk sarkas. Biasa, gadis itu lebih suka menampilkan ketidaksukaannya secara terang-terangan daripada Dara. "Zana!" tegur Bram, nada bicaranya naik satu oktaf menatap Zana. "Jangan ngomong seperti itu! Seharusnya kamu sebagai kakak menyemangati Keyla. Meskipun bukan kandung, dia tetap adik kamu." "Nggak mau!" Kali ini Zana memandang Keyla

DMCA.com Protection Status