Rama masuk kedalam sebuah ruangan besar, ruangan itu hanya memiliki cahaya sihir temaram. "Kau akhirnya datang!!" suara Raja Saetan menggema di ruangan itu, ruangan tanpa air di dalamnya. Rama mengedarkan pandangannya ke arah suara. Raja Saetan berbentuk manusia kali ini, seorang laki-laki dengan rambut panjang hitam dan kedua tanduk di kepalanya. "Wah, kalian suka sekali meniru manusia!!" ejek Rama. Raja Saetan terkekeh, seolah tidak terprovokasi atas ejekan Rama. "Manusia, kalian dibuat karena kami!! Bentuk kami lebih indah dari kalian sebelum kami terusir!!" sahut Raja Saetan. "Itu kan hanya perkataanmu saja!!" sahut Rama lagi. "Kkkkk...!! Kau memang tidak memiliki rasa takut rupanya, hanya karena pusaka Naga ada padamu, lalu kau pikir aku takkan mampu mengalahkanmu?" Raja Saetan bertopang dagu dan menatap Rama tajam. "Aku tidak peduli!! Aku hanya akan menghalangimu menghancurkan alam manusia sekuat tenaga ku!!" sahut Rama dingin. Raja Saetan memperlihatkan seringai mengerik
"Gya!! Gumyaaa!! Gyaaaaaa!!""Wah, bayi siapa ini? Lucu sekali!!""Tampan sekali bayi ini, sangat gemoy!!""Siapa yang bawa bayi ke sini? Kenapa ini ada tanduknya? Hiasankah?" "Hei, kalian bawa bayi dari alam Jien ya ini? Kenapa bertanduk begini?"Rama memang membawa bayi aka Raja Saetan yang telah disegel, ke Aliansi pahlawan Andonesia, sepulangnya dari Aliansi Guangxi Rama bingung harus membunuh bayi "Raja Saetan" atau tidak, karena Rama tidak pernah memukul bayi apalagi membunuhnya. Mau ditinggal juga tidak bisa karena Rama khawatir segel Raja Saetan bisa terbuka. "Jangan sembarangan, ini Raja Saetan yang tersegel!!" sahut Fatta. Otomatis para pahlawan yang tadinya mengerubungi bayi "Raja Saetan" spontan mundur dan merasa takut. merasa takut. "Bagaimana bisa kalian membawa bayi jelmaan Raja Saetan kemari?" tanya salah satu pahlawan. "Benar!! Kenapa tidak dibunuh saja!!""Geplak!!" Melisa memukul kepala pahlawan itu. "Apa maksudmu dibunuh, mau bagaimanapun di bayi!!" sahut Mel
"Ratu, sejak kapan para siluman sudah terdeteksi?" tanya Rama. "Sudah dari waktu yang lama, bukankah kau tau banyak siluman yang berkumpul di benua Asia." sahut Ratu Peri, "namun dapat kupastikan, mereka pasti akan sampai juga ke kerajaan Bamaraya."Mendengar itu Rama semakin yakin ia harus membasmi para siluman itu sebelum mereka menyebar lebih jauh, "bagaimana caranya mengetahui para siluman? Bukankah mereka juga manusia?""Setengah manusia Rama!! Mereka akan berubah disaat tertentu, yang pasti setiap siluman memiliki korbannya masing-masing!! Namun karena kau adalah pemilik pusaka Naga, biasanya kau akan segera tau siapa manusia asli, siapa siluman!!" jelas Ratu Peri. "Astaga!! Aneh sekali para siluman itu, untuk apa mereka menjalin hubungan dengan alam Jien?!" kata Fatta murka. "Sama seperti para pahlawan, mereka juga ingin mendapatkan kekuatan dari alam Jien, bahkan dengan kekuatan itu mereka bisa meminta bertambahnya harta, hidup abadi dan kekuatan!!" sahut Ratu Peri lagi. "
"Sedikit lagi nyonya, dorong sedikit lagi!!" Seorang bidan beranak sedang membantu persalinan Sekar, istri dari Bagaskara. Beberapa Nona muda juga membantu bidan tersebut melahirkan. Sekar memegang tali untuknya berpegangan, mulutnya menggigit kain agar tidak menggigit lidah sendiri kala itu. Beberapa warga desa berjaga di depan rumah Bagaskara. "Kudengar, sekarang ini banyak siluman Kunyang berkeliaran kalau ada ibu mau melahirkan." kata Suryo sembari menyesap kopinya. "Benar!! Kalau tidak gotong royong seperti ini, bagaimana kita bisa melindungi warga kita?" sahut Seman. "Tapi bukan cuma Siluman Kunyang, siluman Mao juga mulai menguasai hutan, sehingga sulit mencari kayu bakar akhir-akhir ini!!" Sahut Tino. "Loh, kudengar ada pembasmi siluman, jika kita bisa membayar, mereka akan membantu memusnahkan para siluman itu!!" sahut Bejo. "Dimana mau menemukan pembasmi siluman itu?" tanya Suryo lagi. "Aku sudah menyewa jasa pembasmi siluman!!" sahut Bagaskara, ia datang dari arah ru
Rama membakar siluman Parkang dengan api hitam, membuatnya tak bisa kembali bangkit. Mau tak mau, meski Rama tau siluman itu masih setengah manusia, tapi siluman sudah tidak bisa dikembalikan lagi. Mereka sudah melanggar aturan Yang Maha Kuasa. "Aaaarrrrggghhh!!" teriak siluman Parkang, Bagaskara dan warga hanya bisa mengernyit ngilu menyaksikan siluman Parkang mati terbakar. Mereka bahkan tak menyangka ada jenis api hitam yang mampu membakar siluman. Bagaskara dan warga menatap Rama takut, meski Rama tak berniat jahat namun mereka takut dengan kekuatan yang Rama miliki. "Tu~tuan!! Berapa yang harus kubayar?" tanya Bagaskara gemetar dibanding melihat siluman Parkang tadi. Rama sudah menyelesaikan misinya, maka sudah pasti sesuai perjanjian jika Rama menemukan siluman maka Bagaskara akan membayarnya. "Aku akan izin bermalam di sini, kau bisa membayar dia saja," sahut Rama dengan sopan."Paman, aku tadi melihat kau menyungguhkan gorengan dan kopi, aku ingin bayaran ku makanan itu!!"
Sudah selama satu bulan Rama membasmi para siluman di masa lalu, sebulan sekali ia akan memeriksa keadaan di masa depan. Rama sengaja berbuat seperti itu agar para Nukud maupun siluman tidak bisa mendeteksi keberadaannya, namun Rama sadar kalau ada Nukud di sekitarnya. Menyamar di antara para manusia, kalau siluman mudah ditemukan. Maka para Nukud akan sulit dibedakan kecuali mereka menampakkan kekuatannya. "Tuan muda, aku merasa seperti ada yang mengawasi kita!! Apa hanya perasaanku saja?" lapor Fatta, sedari dulu Fatta ini peka dan mudah sadar jika ada yang mengawasi maupun mengikutinya. Rama tersenyum maklum, ia tau kalau Fatta memang peka jika ada yang mengawasinya, "kau hanya perlu bersikap waspada Fatta, kita memang sedang di awasi," sahut Rama. Ia tak menyangka kalau Narsih adalah seorang Nukud, saat Nukud Narsih melapor, disaat itulah Rama tau. "Haish, pasti ini ulah para Nukud itu kan Tuan Muda!! Mereka selalu mengikuti kita, kali ini apa yang harus kita lakukan Tuan?
Fatta tersenyum gembira karena disambut dengan antusias para pahlawan. "Fatta dimana Rama?" tanya Asyifa kemudian memeluknya dan seperti biasa naik ke atas tubuh Fatta bergelantungan di sana. "Fatta, kau bersama Rama?" tanya Melisa juga, ia bahkan melirik ke sana kemari di belakang Fatta tidak ada tanda-tanda kehadiran Rama. "Fatta kau sendirian? Bukankah biasanya bersama Rama?" tanya Leon juga. "Apa terjadi sesuatu kepada Rama?" tanya Adipati tidak kalah khawatir. "Memangnya dimana Rama, bukankah kalian selalu bersama?" Bahkan Charlie juga penasaran. "Haish!! Kalian ini menanyaiku harusnya pelan-pelan!! Tuan Muda sedang mencoba menghancurkan pintu para Nukud untuk tidak bisa berada di masa lalu," jawab Fatta dengan wajah kesal. "Harusnya aku datang disuguhi makanan, minuman!! Kalian malah menyuguhkan dengan berbagai pertanyaan!! Tuan Muda itu sangat hebat, dia tidak akan berada dalam masalah!!" "Rendi, siapkan makanan dan minuman terenak, apa saja!! Rama akan data
"Tuan maafkan aku, kau sangat tampan seperti model, dari penampilanmu aku tak menyangka kau adalah pahlawan tingkat tinggi," Rendi berlutut saat melakukan itu. "Haish!! Untuk apa berlutut, kau bahkan terlalu memuji ku, berdirilah!!" kata Rama lagi. "Ckckck!! Rendi bagaimana bisa manajer kelas atas sepertimu tidak mengenali Rama? Kau membuat dirimu sendiri malu," kata Adipati, ia bahkan menggeleng kepala pelan. "Benar, harusnya kau tau!! Lihatlah dilihat bagaimanapun aura yang Rama perlihatkan sangat besar," kata Marko ikut bicara. Rama merasa canggung, ia tak terbiasa dipuji." Haish!! Teman-teman yang kuhormati, tidak masalah!! Ini hanya kesalahpahaman," sahut Rama dengan tenang. "Kudengar esok kalian akan berangkat membasmi siluman?" tanya Rama berusaha mengalihkan topik pembicaraan. "Rama apa kau akan ikut pembasmian siluman kali ini?" tanya Melisa berharap. Rama mengibaskan tangan kirinya sementara tangan kanan mengambil minuman. "Tidak, aku dan Fatta akan mencari patah
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak