Rama membakar siluman Parkang dengan api hitam, membuatnya tak bisa kembali bangkit. Mau tak mau, meski Rama tau siluman itu masih setengah manusia, tapi siluman sudah tidak bisa dikembalikan lagi. Mereka sudah melanggar aturan Yang Maha Kuasa. "Aaaarrrrggghhh!!" teriak siluman Parkang, Bagaskara dan warga hanya bisa mengernyit ngilu menyaksikan siluman Parkang mati terbakar. Mereka bahkan tak menyangka ada jenis api hitam yang mampu membakar siluman. Bagaskara dan warga menatap Rama takut, meski Rama tak berniat jahat namun mereka takut dengan kekuatan yang Rama miliki. "Tu~tuan!! Berapa yang harus kubayar?" tanya Bagaskara gemetar dibanding melihat siluman Parkang tadi. Rama sudah menyelesaikan misinya, maka sudah pasti sesuai perjanjian jika Rama menemukan siluman maka Bagaskara akan membayarnya. "Aku akan izin bermalam di sini, kau bisa membayar dia saja," sahut Rama dengan sopan."Paman, aku tadi melihat kau menyungguhkan gorengan dan kopi, aku ingin bayaran ku makanan itu!!"
Sudah selama satu bulan Rama membasmi para siluman di masa lalu, sebulan sekali ia akan memeriksa keadaan di masa depan. Rama sengaja berbuat seperti itu agar para Nukud maupun siluman tidak bisa mendeteksi keberadaannya, namun Rama sadar kalau ada Nukud di sekitarnya. Menyamar di antara para manusia, kalau siluman mudah ditemukan. Maka para Nukud akan sulit dibedakan kecuali mereka menampakkan kekuatannya. "Tuan muda, aku merasa seperti ada yang mengawasi kita!! Apa hanya perasaanku saja?" lapor Fatta, sedari dulu Fatta ini peka dan mudah sadar jika ada yang mengawasi maupun mengikutinya. Rama tersenyum maklum, ia tau kalau Fatta memang peka jika ada yang mengawasinya, "kau hanya perlu bersikap waspada Fatta, kita memang sedang di awasi," sahut Rama. Ia tak menyangka kalau Narsih adalah seorang Nukud, saat Nukud Narsih melapor, disaat itulah Rama tau. "Haish, pasti ini ulah para Nukud itu kan Tuan Muda!! Mereka selalu mengikuti kita, kali ini apa yang harus kita lakukan Tuan?
Fatta tersenyum gembira karena disambut dengan antusias para pahlawan. "Fatta dimana Rama?" tanya Asyifa kemudian memeluknya dan seperti biasa naik ke atas tubuh Fatta bergelantungan di sana. "Fatta, kau bersama Rama?" tanya Melisa juga, ia bahkan melirik ke sana kemari di belakang Fatta tidak ada tanda-tanda kehadiran Rama. "Fatta kau sendirian? Bukankah biasanya bersama Rama?" tanya Leon juga. "Apa terjadi sesuatu kepada Rama?" tanya Adipati tidak kalah khawatir. "Memangnya dimana Rama, bukankah kalian selalu bersama?" Bahkan Charlie juga penasaran. "Haish!! Kalian ini menanyaiku harusnya pelan-pelan!! Tuan Muda sedang mencoba menghancurkan pintu para Nukud untuk tidak bisa berada di masa lalu," jawab Fatta dengan wajah kesal. "Harusnya aku datang disuguhi makanan, minuman!! Kalian malah menyuguhkan dengan berbagai pertanyaan!! Tuan Muda itu sangat hebat, dia tidak akan berada dalam masalah!!" "Rendi, siapkan makanan dan minuman terenak, apa saja!! Rama akan data
"Tuan maafkan aku, kau sangat tampan seperti model, dari penampilanmu aku tak menyangka kau adalah pahlawan tingkat tinggi," Rendi berlutut saat melakukan itu. "Haish!! Untuk apa berlutut, kau bahkan terlalu memuji ku, berdirilah!!" kata Rama lagi. "Ckckck!! Rendi bagaimana bisa manajer kelas atas sepertimu tidak mengenali Rama? Kau membuat dirimu sendiri malu," kata Adipati, ia bahkan menggeleng kepala pelan. "Benar, harusnya kau tau!! Lihatlah dilihat bagaimanapun aura yang Rama perlihatkan sangat besar," kata Marko ikut bicara. Rama merasa canggung, ia tak terbiasa dipuji." Haish!! Teman-teman yang kuhormati, tidak masalah!! Ini hanya kesalahpahaman," sahut Rama dengan tenang. "Kudengar esok kalian akan berangkat membasmi siluman?" tanya Rama berusaha mengalihkan topik pembicaraan. "Rama apa kau akan ikut pembasmian siluman kali ini?" tanya Melisa berharap. Rama mengibaskan tangan kirinya sementara tangan kanan mengambil minuman. "Tidak, aku dan Fatta akan mencari patah
"Hiiiiaaaattt!! Bam!! Bam!!" Sementara itu tim Leon sudah mulai bertarung dengan siluman Ongtan di Kaliman, siluman Ongtan ini berbentuk seperti manusia kera dengan gigi-gigi yang tajam bahkan mampu mengoyak musuh, mereka seperti mayat hidup. Memakan apapun yang hidup, mayat para warga terlihat di sekitar desa. Siluman Ongtan selain suka memakan daging, ia juga suka menyiksa korbannya terlebih dahulu. "Klang!! Klang!! Klang!!" "Wush!!" Leon, mengadu pedangnya dengan cakar para siluman Ongtan, Bram selalu sigam melakukan blocking ketika siluman Ongtan akan menyerang, sebagai Tankker Bram cukup kuat menahan serangan siluman Ongtan. "Beruntung aku meminum Elixir Fisicalbody dari Rama!! Mereka sangat kuat!!" kata Bram. "Wush!! Klang!! Klang!! Klang!!" "Brakh!!" Beberapa siluman Ongtan terjengkal ketika akan menyerang Marko, Marko memukul para siluman Ongtan dengan begitu brutal. Ia bahkan melakukan serangan bertubi-tubi, agar siluman Ongtan tidak sempat bangkit dan mela
Keesokan paginya Rama dan tim Melisa sudah bersiap kembali lagi ke desa Sumut, untuk pergi ke hutan terlarang dan menghadapi siluman Ular. "Tuan, apa tidak masalah jika Keris Suci ini bersamaku?" tanya Asok, sebenarnya Rama akan menyerahkan Keris Suci kepada Esmerald, tapi Esmerald sedang melakukan perjalanan untuk mencari bahan pembuat panah es, Esmerald sangat senang ketika mendengar ganggang Keris Suci ditemukan, sebelum Rama datang ia sudah bertekad akan membuatkan Rama panah es. Panah yang dapat membuat target membeku jika terkena panah tersebut. "Ketua, aku yakin kau bisa menjaga Keris Suci ini, serahkan Keris Suci ini kepada Esmerald jika ia kembali. Kemungkinan letak patahan api dunia ada di pertengahan bumi, hanya itu yang bisa kusampaikan, mungkin Esmerald lebih tau daripada aku." kata Rama sebelum benar-benar pergi. Asok menatap kepergian Rama dan tim Melisa, bahkan Lilia dan Baxia juga ikut, hanya saja mereka berpisah untuk menjemput Fatta dan tim Leon terlebih dahulu
Rama dan tim Melisa sampai di desa Sumut, desa ini tak begitu besar namun keadaan di desa sangat ramai, warga desa melakukan kegiatan mereka seperti biasa, mereka berkebun, beternak, berjualan dan sebagainya. Jika manusia melihat dengan mata biasa maka seperti itulah yang terlihat. Namun yang Rama dan Melisa lihat bukanlah seperti manusia lainnya lihat. Rumah-rumah di desa Sumut hancur, seperti habis diserang. Keadaan desa porak-poranda. Warga desa berjalan dengan ceria namun baju yang mereka pakai dalam keadaan compang-camping. Warga desa juga terlihat lusuh dan mengalami luka-luka. Namun ilusi yang diciptakan oleh siluman Ular membuat warga desa melupakan semua yang terjadi. Bahkan anak-anak kecil bermain dan tertawa gembira sementara keadaan mereka sangat memilukan. "Apa yang terjadi dengan desa ini?" Melisa bertanya pilu, wajahnya berubah menjadi dingin dan murung. Melisa mengepalkan tangannya geram, betapa memilukan keadaan desa setelah Rama membantu Melisa melihat dengan mata
Para siluman Ular kemudian saling pandang, hingga akhirnya siluman Ular yang bernama Nanang itu maju dan berkata. "Tuan, aku ingin menjadi manusia biasa lagi, bahkan jika memang tidak memungkinkan bunuh saja aku, aku bahkan malu menatap wajah ibuku!!" kata Nanang, ia mulai terisak ketika ibunya mengelus bahunya. "Tuan, aku juga mau jadi manusia lagi, aku akan bertobat!!" salah satu siluman Ular juga maju. Diikuti oleh semua siluman Ular, kecuali satu orang. Manusia itu tertunduk dan tertawa nyaring. "Hahahaha!! Hahaha!!" semua warga desa dan siluman Ular menatap laki-laki itu, tawa laki-laki itu menggelegar dan menakutkan. "Wah, kau terjebak di alam manusia rupanya!!" sahut Rama, membuat laki-laki itu menghentikan tawanya dan menatap Rama dengan tajam. "Manusia!! Ternyata kau di sini!!" Siluman ular itu bukanlah siluman, namun pasukan Jien yang menyamar menjadi manusia siluman Ular. Ia kemudian melemparkan cahaya ke langit, cahaya hitam dengan bau pekat darah Jien. Rama lalu
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak