"Kau...!! Kau pemilik pusaka Naga!!" Nukud Jayeng tercekat dengan kekuatan yang baru saja ia lihat, tentu para Nukud sudah diberi tau tentang keberadaan manusia pemilik pusaka Naga yang memiliki beberapa kekuatan dahsyat."Brukh!!" Nukud Jayeng terjerembab ke belakang, ia menatap Rama dengan takut. Pemilik pusaka Naga bukanlah tandingannya seorang, ia harus memanggil Nukud lainnya untuk menyatukan kekuatan hanya agar bisa mengalahkan Rama. "Wush!!" Rama menghapus sihir yang akan Nukud Jayeng kirimkan, sihir yang akan memberitahukan keberadaannya. "Ehkk!! Rama bahkan mencekik leher Nukud Jayeng yang sudah tua itu dengan kejam tanpa ampun. "Kau akan menjadi salah satu tumbal di dalam ritualmu!!" Rama lalu mendorong tubuh Nukud Jayeng ke dalam bara api penumbalan. "Wush!! Tap!!" Beruntung Nukud Jayeng berhasil diselamatkan oleh Nukud Mahesa, beberapa ketua Nukud lainnya juga berkumpul. Karena sebagian dari mereka telah ditangkap oleh Fatta, Melisa, Charlie, Bram, Marko dan Asyifa. "
"Pedang Pusaka Naga? Bukankah..." Rama tidak mengerti dengan apa yang terjadi, setau Rama Pedang Pusaka Naga telah menyatu dengan dirinya, lalu apa yang terjadi sekarang sangat membuatnya pusing dan tidak paham. Ular Naga mendekat dan terlihat tersenyum kepada Rama. Ular Naga itu mengubah sosoknya menjadi seorang manusia, pemuda tampan dengan hanfu putih, dan Rambut yang mulai memanjang. "Kau..." Rama tercekat melihat dirinya sendiri. Apakah Ular Naga memiliki kemampuan untuk meniru dirinya? "Aku adalah dirimu dari masa depan yang telah hancur, untuk mengubah masa depan aku harus kembali ke masa lalu, mengubah diriku sendiri menjadi Pedang Pusaka Naga yang akan merubah segalanya. Karena itulah, secara tidak langsung mereka tidak akan bisa menguasai Pedang Pusaka Naga, karena aku adalah dirimu..." kata Rama (Ular Naga). Rama melongo tak percaya, sementara dirinya yang lain kembali tersenyum, ia berjalan mengitari Rama. "Bagaimana bisa?" tanya Rama. "Rama, aku gagal melindungi
"Fatta!! Lindungi tubuh Tuan Muda!!" teriak Lilia, ia dan Baxia sedang melawan Panglima Yakutz dan Panglima Jinfriet. Sedangkan Uraz dan Siblis yang mencoba mendekati tubuh Rama sudah terlempar beberapa kali. "Hiaaaaatttt!!" Fatta mencoba melawan Siblis maupun Uraz, namun Fatta bukanlah tandingan Siblis maupun Uraz, mereka berdua memiliki ilmu sihir yang tinggi, membuat Fatta kesulitan ketika melawan keduanya. "Brukh!!" "Brakh!!" Beberapa kali Fatta harus terpental dan muntah darah karena melawan Siblis dan Uraz. Beruntung tubuh Fatta bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Sehingga ia masih memiliki banyak tenaga untuk melawan Siblis maupun Uraz. "Sing!! Wush!! Brakh!! Aaarrggg!!" Beberapa kali Uraz maupun Siblis tak bisa melukai tubuh Rama yang sedang tidak sadarkan diri, tetap saja Lilia, Baxia dan Fatta khawatir terhadap Tuan Mudanya itu, tubuh Rama melayang dan membuat perlindungan dirinya melalui pusaka Naga, Pedang Pusaka Naga bahkan masih tergenggam erat di tangan Rama.
"Tuan Muda, maafkan aku tidak mampu melindungimu!! Aku lalai!! Tuan Muda malang sekali nasibmu!! Kau bahkan mati di usia yang sangat muda, kau bahkan belum pernah berkencan!!" tangis Fatta pecah, nampaknya ia sudah dibawa ke Mekarsari. Karena sekarang ada Arash Adipati dan Resah Adipati yang sudah beranjak remaja menatap Fatta dengan aneh. Resah Adipati yang sudah beranjak remaja menatap Fatta dengan aneh. "Paman Fatta kau kenapa?" tanya Arash yang sedang membawakan Fatta makanan dan Resha membawakan Fatta obat. "Aku tidak bisa melindungi Tuan Muda!!" teriak Fatta lagi, ia semakin merasa bersalah melihat kedua ponakan kembar Rama itu. "Paman harus dihukum karena tidak bisa melindungi paman Rama!!" kata Yasa yang muncul di belakang Arash. "Benar!! Aku akan memberikan hukuman kepada paman!!" sahut Yatna juga, gadis mungil itu memukul badan Fatta dengan kemoceng. "Plak!! Plak!! Plak!!" Yatna memukulkan kemoceng itu kepada Fatta. Fatta menangis tersedu bukan karena rasa saki
"Tuan Muda, kau lama tak terlihat, sekalinya terlihat sudah punya istri dan 2 anak rupanya..." kata Bani sembari menatap Melisa, Zakki dan Zia. "Tapi ini sangat aneh, Tuan Muda!! Tolong jangan tersinggung, mengapa anak-anakmu tidak ada yang mirip kalian?" tanya Eko juga, sementara pasukan bayangan lainnya mengangguk setuju. Mendengar itu wajah Zakki dan Zia menjadi muram, karena sadar mereka bukanlah anak kandung Rama. Namun Rama bersikap seolah mereka anaknya. "Mereka anak angkat Tuan Muda, lihatlah karena perkataan kalian mereka jadi sedih." sahut Fatta berkacak pinggang. Pasukan bayangan langsung merasa bersalah, mereka lalu memasang wajah ceria dan menghibur Zakky maupun Zia. "Zakky, lihatlah ini ada permen untukmu..." kata Eko, ia juga memiliki anak sehingga membawa mereka untuk bermain dengan Zakky maupun Zia. "Terima kasih paman!!" kata Zakky dan Zia yang senang menerima bola-bola permen dari Eko. Sedangkan Melisa hanya bisa tersenyum tipis dengan salah paha
"Tuan Muda mencium Nona Melisa!!" teriak Fatta yang tidak menyangka akan melihat pemandangan tidak biasa di depannya. Melisa yang malu-malu hanya bisa tersenyum tipis, sedangkan Rama harus menahan emosinya karena Fatta, 'Fatta,aku akan menjitakmu nanti!!' sekarang semua orang sudah mulai menghampiri mereka. "Baxia!!" Rama memanggil Baxia yang memang berada di dekatnya, Rama lalu mengangkat tubuh Melisa yang ringan itu naik ke atas Baxia, Rama kemudian ikut naik dan meminta Baxia untuk segera pergi sebelum ia mendapatkan banyak pertanyaan dari semua orang. "Tuan Muda, kau mau kemana?" tanya Fatta, ia senang karena berhasil menggoda Tuan Mudanya yang tidak pernah dekat dengan wanita itu. "Fatta kau benar-benar mengganggu Tuan Muda, lihatlah karena teriakanmu itu Tuan Muda melarikan diri!!" gerutu Fahmi. "Benar, padahal kalau kau tidak teriak kami bisa melihat aksi Tuan Muda menundukkan wanita!! Hahaha..." kata Komang dengan tawa khasnya. Mereka hanya tidak tau, kalau R
Halaman rumah di hias dengan bunga sakura dan tulip yang indah, beruntung saat ini memasuki musim semi di kerajaan Bamaraya. Sehingga waktu yang tepat untuk Rama menggelar hari pernikahannya dengan Melisa. Meja-meja tamu ditata dengan sangat elegan dengan vas bunga kecil menghiasinya. "Kak Alan, dimana kita akan menggantung lentera kertas dan lampu hias ini?" tanya Toni dengan lentera dan lampu hias di tangannya. "Lentera kertas dan lampu hias digantung diantara cabang-cabang pohon, untuk menciptakan suasana yang hangat jika menjelang malam." jelas Alan, ia kemudian menatap semua persiapan yang telah dibuat. 'Terasa ada yang kurang?' pikir Alan. Seketika Alan ingat, seharusnya ada altar tempat untuk Rama dan Melisa melakukan janji setia di hadapan banyak orang. Melisa tidak memiliki keluarga besar, ia hanya memiliki seorang ibu. Jadi saat ini Rama dan Melisa sedang menjemput ibu Melisa yang masih berada di masa depan, jadi Alan harus segera menyelesaikan tugasnya agar esok
"Apa yang harus kita lakukan kepada bayi Raja Saetan ini Tuan Muda?" tanya Fatta. Rama, Melisa, Fatta, Lilia dan Baxia sedang menatap ke arah bayi Raja Saetan yang menatap mereka dengan angkuh. "Aku tau dia adalah Raja Saetan, tapi ketika ia memasang muka bayi seperti itu, itu sangat menggemaskan!!" kata Melisa, membuat Rama menatapnya heran, Rama tidak tau kalau wanita bisa gemas dengan bayi Raja Saetan padahal tau kalau Raja Saetan bisa membuat dunia gempar karenanya. "Dia menggemaskan?" tanya Rama lagi. Melisa mengangguk dan mencubit pipi bayi Raja Saetan, sedangkan bayi Raja Saetan berusaha menepis cubitan tangan Melisa. Ia bahkan melotot kan matanya, namun tidak ada yang takut dengan tatapan bayi Raja Saetan. "Kurasa anak-anak kita akan lebih menggemaskan nantinya..." kata Rama, membuat pipi Melisa kembali memerah. Membayangkan bagaimana nanti malam pertama mereka berdua. "Ehm... Tuan Muda, maaf jika aku mendahuluimu.." sahut Baxia, sedangkan Lilia terlihat mend
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak