Beranda / CEO / PUTRA sang PEWARIS / Bab 63 | Drama di Kantor Catatan Sipil

Share

Bab 63 | Drama di Kantor Catatan Sipil

Penulis: SenyaSSM
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-25 19:43:02

Gedung catatan sipil kota Berlin kembali menjadi saksi pengikatan cinta sepasang manusia yang duduk bersisian dengan senyum mengembang cerah di bibir.

Kini Alice dan Luis tengah menjalani tahap pemotretan untuk pembuatan foto formal.

“Luis, kamu tidak mungkin ingin membuat proses ini semakin lama bukan?” Alice bertanya dengan menekan barisan gigi rapinya, gemas sekali Alice pada apa yang tengah di lakukan sang calon suami saat ini.

“Mana mungkin. Aku jelas ingin segera pulang, lalu membawamu ke kamar kita lagi.” Luis berkata sungguh-sungguh. Tak lupa memberi senyum tertampan yang dimiliki seorang Luis Pietro, meski bibirnya masih terlihat memutih pucat.

“Kalau begitu, jadilah anak baik. Dan dengarkan apa yang dikatakan petugas foto itu, oke?”

“Elus dulu kepalaku, baru aku setuju,” pinta manja Luis, yang sama sekali tak cocok dengan wajah dingin lelaki itu.

“Hah, apa?” tanya terkejut Alice, setengah tak sadar.

“Elus kepalaku, Sayang. Begini.” Tanpa ragu Luis menggapai tangan Ali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 64 | Dia Bukan Devina, tapi Alice.

    “Kamu sudah bangun?”Pandangan Hugo tampak samar. Kelopak matanya pun bergerak berat melambat, saat dirinya menangkap ada siluet tubuh manusia tak jauh dari tubuh Hugo yang berbaring lemah.“Bangunlah, kamu sudah cukup lama tidur di perjalanan udara. Apa kamu tidak merasa bosan?”Rose menguap lebar. “Aku saja bosan. Lebih baik aku tinggal dan bermain dengan bocah kecil tampanku. Aih, sial memang, aku justru terdampar di sini.”“Ro ... Rose?”“... ke-kenapa malah kau yang di sini? Bukankah kau memilih tak mau ikut aku dan Alice?”“Hm, ini memang aku. Malas sekali rasanya aku ada di sini.” Rose kembali menjawab dengan nada malas lantas lidahnya berdecak, “kamu tadi sedang mencari siapa?” ulangnya berpura-pura tak mendengar dengan mengernyitkan dahi.“Di mana Alice. Aku ingin bertemu dengan dia.” Bola mata lelaki itu bergerak cepat menyebar ke sekitar ruang rawat. Berharap sosok yang dia cari dapat ditemukan detik itu juga.Mendengar Rose memilih tak ikut meninggalkan Jerman, mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 65 | Putramu Cerminan Dirimu

    “Apa yang sudah Nyonya dengar sejak tadi?”“Aku?” Alice menunjuk ke arah dirinya sendiri, yang diangguki Ronald. Setelah membantu wanita muda itu berdiri. “Aku mendengar kalian mengobrol.”“Lalu apa lagi yang Nyonya Muda dengar,” ulang Ronald menginterogasi tanpa ekspresi, membuat Alice diam-diam melirik ke sekitar dirinya berdiri. Berharap ada bala bantuan datang.Sayangnya, hanya ada sapuan angin malam yang menyapu wajah panasnya saat ini membuat kedua lutut wanita itu kian gemetar.“A-apa, aku tidak mendengar apa pun.”“Bukankah Nyonya Muda sudah cukup lama berdiri di sini?” Mata tajam asisten pribadi Tuan Besar Levon tak bisa dikecoh.Dia sudah mengalami masa transisi dalam waktu terburuk sekali pun sejak mengikuti kekejaman tetua keluarga Pietro, sehingga dia tahu jelas satu langkah pasti seseorang akan memilih berbohong atau jujur.“Nyonya Muda tahu bukan, kalau saya tidak mungkin menyakiti Nyonya Muda?”“Ya-ya, aku tahu, sangat tahu.” Alice menyambar cepat dengan sorot

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 66 | Kesungguhan Mencintaimu (Luis)

    “Aku hari ini tidak masuk kerja lagi ya!”Luis berteriak dari dalam kamar mandi. Suara lelaki itu berdengung sampai ke luar, hingga membuat pergerakan tangan Alice yang tengah memilah pakaian kerja untuk Luis seketika terhenti sejenak.“Harusnya aku mengajakmu bulan madu ke luar negeri kan? Maafkan aku, Alice.” Lanjut Luis dari sana. Terdengar rasa sesal dari nada suara lelaki itu, yang membuat Alice tersenyum simpul.“Kamu belum sangat kaya, Luis. Jadi kamu harus bekerja.”“Bagaimana mungkin?”Alice melotot kaget, melihat Luis tiba-tiba menyembulkan setengah badan kekar yang masih dialiri gelembung sabun di ambang pintu kamar mandi. Luis terlihat melayangkan sorot mata protes ke arah Alice.“Aku cucu orang terkaya di negara ini, Sayang. Mana mungkin aku tidak kaya. Bahkan saat aku tidak bekerja, aku masih memiliki banyak uang.” Luis berucap sombong, tanpa lelaki itu sadari.“Meskipun kamu cucu orang terkaya di negeri ini, kamu juga belum terhitung menjadi salah satu orang ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 67 | Luis Selingkuh Lagi?

    “Ampuni aku, Luis! Ampuni aku!”“... aku tahu kau pria yang baik, Luis. De-dengar, dengarkan aku dulu. Tadi aku tak tahu kalau kau sedang–”“Satu menit lagi. Katakan keinginan terakhirmu.” Mata Oscar melotot tak percaya, sedikit saja cengkeraman tangan Luis mengendur dari jas belakangnya, lelaki itu sudah dipastikan hanya akan tinggal nama.“AAA!” jerit ketakutan Oscar. “Brengsek, brengsek!”Gulungan angin kencang dari tepi jurang benar-benar membuat bulu kuduk Oscar berdiri. Ngeri sekali di bawah sana. Banyak bebatuan runcing, yang terlihat sudah siap sedia menusuk tubuhnya.Teringat saat Luis membuka pintu kamar dengan penuh kedongkolan, tapi karena ada Alice di belakangnya, membuat Luis hanya bisa menahan luapan kekesalan saat senyum Oscar justru tersaji lebar. Tak seperti suara pekikan beberapa menit lalu.Oscar memang sialan!“A-anu ... itu ....”“Aduh, i-ingat kau sekarang seorang ayah! Bagaimana kalau polisi menangkapmu karena membuang sahabat sendiri ke jurang. Luis, k

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-30
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 68 | Pelukan Devina

    “Tidak. Ini pasti tidak mungkin.”Devina lebih dulu bersuara. Wanita itu bergegas melepas lingkaran tangan di tubuh; lelaki yang dikatakan Luis sebagai Oscar.“Yang aku peluk ... itu kamu Luis,” tambah Devina dengan tawa terkekeh kaku setelah membalik tubuh, mengulur tangan menunjuk ke arah Luis yang berdiri di sana, lantas menunduk menatap lantai guna memastikan lagi wajah tampan yang baru saja menghiasi pantulan mata.Apa benar Devina sudah salah mengenali tubuh lelaki lain? Bukankah dia yang sangat mengenal proporsi tubuh kekar Luis?Mengapa jadi seperti ini?“Lu-Luis, sejak kapan kamu berpindah?”“Ini hanya halusinasiku kan? Ha ha ha. Apa-apaan ini?” Devina terus menyangkal. Tak terima dengan rasa malu yang dirasakannya.“Berpindah apanya? Kau memang salah memeluk orang.”“Aku Oscar. Matamu masih normal kan? Tapi, sepertinya kau perlu operasi, matamu agak rabun dekat,” lanjut mencibir Oscar, sebelum ikut berbalik. Dia berkacak pinggang, dengan berkas yang masih berada di g

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 69 | Sedikit Keraguan Alice

    Hari ini sepertinya bukan hari yang tepat untuk menemui Luis di kantor. Namun, bukan pula hari yang salah.Beruntung dan rasa sedikit menyesal kini tengah memenuhi hati kecil Alice. Dengan kedatangan Alice di kantor Luis, ia jadi tahu kesungguhan lelaki itu untuk mempertahankan dirinya di dalam rumah tangga kecil mereka ini.“Mommy, bisakah Gerald memakan semua es krim ini?” tanya antusias Gerald menunjuk lima gelas berkaki, pesanan es krim yang baru diletakkan pelayan di meja.Alice tercengang. Lima rasa es krim yang berbeda, dengan ukuran super jumbo. Apa Luis tak salah memesan?‘Apakah cara semua pria membujuk putranya seperti ini?’ Alice tanpa sadar menggeleng kepala tak percaya. Luis sungguh membuat jiwa miskinnya meronta.Tempat kedai es krim ini bukanlah kelas menengah ke bawah, bahkan pelayanan di tempat ini sudah berkelas.Mereka kini berada di ruang VVIP. Sehingga, Alice hanya menjumpai satu pelayan yang sekali masuk dan keluar dari ruangan besar ini.“Hanya satu. T

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-03
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 70 | Menghabiskan Waktu Bertiga

    “Luis, jangan main-main. Ini sama sekali tidak lucu.” Alice menekan setiap kata yang terlontar dari bibir.Ia terperangah melihat lantai paling bawah begitu banyak lelaki berjas rapi dengan memakai kaca mata hitam tengah menginstruksi para pengunjung mal untuk keluar.Sebanyak itu pengunjung mal berhamburan ke pintu keluar membuat mereka nampak seperti kerumunan semut dari lantai yang kini Alice pijaki.Terdengar juga gumam tak jelas dari para pengunjung, yang sepertinya bingung dengan pengusiran anak buah Luis dan beberapa pihak mal.“Wow, Daddy memang paling hebat!” puji Gerald dengan mata berbinar.Mendengar pujian sang putra, sepasang alis Alice menukik tajam.“Gerald, ini tidak benar. Mereka juga datang untuk menghabiskan waktu seperti kita. Kita tidak boleh membuat mereka,–”“Istriku, kau tenang saja. Mereka akan dialihkan ke mal lain. Aku juga memberi mereka kompensasi. Tapi, untuk mal ini ... khusus aku kosongkan untuk hari ini. Demi menikmati waktu kita bertiga,” sela

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 71 | Rasa Takut yang Membuat Kacau

    “Selamat malam, Nyonya.”“.... Selamat datang, Nyonya Muda.”“Selamat malam. Aku ke kamar dulu, ya. Terima kasih kerja keras kalian hari ini. Tuan Muda dan Tuan Kecil ada di belakang, tolong bantu mereka, ya.” Pesan dari Alice seketika mendapat anggukan kompak penuh hormat dari para pelayan rumah.Setiba di rumah, keadaan menjadi lebih sunyi. Para pelayan rumah Luis seperti biasa menyambut tuan dan nyonya mereka. Namun, mereka justru menatap bingung satu sama lain saat sang nyonya yang biasanya begitu ramah, malam ini begitu dingin dan singkat berbincang dengan mereka. Hanya memberi pesan dan mengangguk sekilas, kemudian bergegas menaiki anak tangga menuju ke kamar.“Kalian pergilah. Bawa tas perlengkapan putraku ke kamarnya. Biar aku yang antarkan dia tidur nanti,” kata Luis pada para pelayan rumah yang membantu Luis menurunkan barang-barang belanjaan dan tas perlengkapan pribadi sang putra.“Baik, Tuan Luis. Kami permisi.”“Hm.” Luis hanya membalas gumaman rendah samar.“

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05

Bab terbaru

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 100 | (TAMAT) Kebahagiaan Keluarga Kita

    Tiga bulan berlalu.Rintik hujan yang semakin deras meninggalkan genangan di tanah luar rumah sakit, membuat Alice menggigit bibir bawahnya dengan kepala menunduk dalam.Meski bulan demi bulan telah berganti, tapi perasaan sedih masih memenuhi hati dan tak pernah bisa diobati dengan cara apa pun. Banyak orang kehilangan nyawa dalam peperangan antara keluarga Pietro dan Delano saat kematian Dokter Nelson.Dua marga itu terlalu besar dan kuat. Namun, bisnis kotor yang dijalani keluarga Delano selama beberapa dinasti menjadikan keluarga itu benar-benar lenyap setelah kalah dalam pertempuran berdarah dengan keluarga Pietro.Pihak kepolisian telah menangkap seluruh keluarga Delano, termasuk Tuan Hendrick dan Nyonya Hanni.“Alice ....” Kepala Alice terangkat. Ia menoleh pada pusat suara lemah yang memanggil namanya lirih. Di detik itu juga seutas garis lengkung terbentuk di bibir merah Alice, “bagaimana keadaan putra kita? Apa dia baik-baik saja?”Tubuh Alice berbalik sempurna. Ia m

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 99 | Melindungimu

    “Luis!” Suara panggilan itu membuat sang pemilik nama dengan cepat menoleh. Wajah pucat Luis terpampang jelas saat ditatih oleh Frans ketika akan memasuki mobil. “Lepaskan aku!” “Luis, aku sudah menemukan Gerald!” Suara Alice begitu jelas masuk ke telinga dan hati Luis. Luis memberontak dan begitu saja lepas dari penjagaan Frans, lantas mencoba berlari ke arah sang pemilik suara. Namun, langkah lelaki itu seketika terhenti saat melihat siapa yang ada di belakang punggung Alice dan sang putra. “Alice, Gerald!” “Aghh!” jerit Alice tertahan. “Da-Daddyy!” Hugo mencekik leher Alice dengan sebuah lengan dari belakang, sedang Gerald dicekik oleh anak buah Hugo. “Brengsek, lepaskan mereka!” berang Luis dengan menatap penuh aura membunuh. Ia kembali menyeret kakinya untuk mendekati Hugo, dan berusaha mengembalikan kesadaran yang seharusnya sudah lenyap sejak tadi. “Lu-Luis ... jangan mendekat! Hugo menodongkan pistol ke arahmu dari balik punggungku!” kata Alice penuh peringatan di san

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 98 | Keikhlasan Hati Dokter Nelson

    Karena jadwal makan tak teratur dan selama satu minggu Luis tak tidur mencari keberadaan Alice dan Gerald, pula melakukan penghancuran di mana-mana, membuat tubuh lelaki itu mendadak menjadi lemah saat ini. Luis merasakan kram yang begitu menyakitkan di perutnya ketika mendapat pukulan dari Tuan Hendrick.Keringat dingin Luis seketika mengucur deras memenuhi wajah. Ia benar-benar merasa sekujur tubuhnya kesakitan saat ini. Apa benar Luis akan dikalahkan hanya dengan beberapa pukulan saja?Terlihat Tuan Hendrick kembali berlari kencang, tanpa mempedulikan darah yang keluar dari luka tembak di kaki. Lelaki itu mengangkat kaki kanan ke depan, lantas memusatkan ke arah dada Luis. “Mati kau, Luis!”“... kupastikan kau tak akan lagi bisa bertemu dengan istri dan putramu!” pekik Tuan Hendrick penuh dendam.Namun, dengan cepat, tubuh Luis mengguling. Ia memaksa tubuhnya bergerak berdiri, lantas mengubah posisi menjadi di belakang punggung Tuan Hendrick kemudian mengayun lengan untuk

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 97 | Akankah Aku harus Kalah? (Luis)

    “Hendrick!” “Wow, putra Ken Pietro datang lagi ke kediaman keluarga Delano. Kali ini kau ingin menghancurkan apa lagi? Biar aku pribadi yang memberi bukti pada tetua keluarga Pietro, dan memperlihatkan siapa yang memulai peperangan,” tanggap Tuan Hendrick dengan suara mengejek.Lelaki yang lebih muda dari Tuan Hendrick itu memang selalu terlihat garang dan menakutkan, dengan rahang tinggi serta sorot mata tajam melurus mematikan bak busur panah diselimuti api yang diluncurkan pada sasaran target.Terlihat dengan jelas, jika Alice dan Gerald memang kelemahan paling fatal dari seorang Luis Pietro. Tapi, ternyata, kekuatan lelaki muda itu masih saja begitu kuat meski dia seperti kehilangan setengah sayap.Tuan Hendrick tak bisa lagi berpikir, bagaimana jika di samping Luis ada istri dan putranya? Sudah pasti Tuan Hendrick akan dengan mudah dimusnahkan oleh Luis. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Nelson harus segera menikahi Alice.“Kau membuat istriku sekarat. Dia sekarang seperti ma

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 96 | Kebaikan Dokter Nelson

    Glock diturunkan perlahan, dengan tatapan dingin Luis melurus ke dada wanita di depannya, yang kini telah benar-benar tersungkur jatuh dengan dada berlumuran darah. “Katakan pada suamimu, dan juga putra doktermu itu, kalau dia tak akan bisa mengeluarkan peluru khususku yang sebentar lagi akan menghancurkan dadamu.” “A-APA?! I-INI TIDAK MUNGKIN. KA-KAMU SANGAT KEJAM, LUIS PIETRO!” *** Satu minggu berlalu. Keadaan bukan bertambah baik, kota Berlin justru sedang dilanda kekhawatiran. Para pebisnis mengalami kemunduran serta kekalahan telak atas kekejaman Luis, yang terus mendapatkan proyek besar serta mengalahkan para rival perusahaan raksasa. Termasuk mendapatkan tender besar yang tengah diperebutkan perusahaan di bawah naungan keluarga besar Delano. Tak hanya orang luar yang kelimpungan, tapi karyawan perusahaan induk dan para pelayan rumah Luis sudah kelelahan dengan sistem kerja gila Luis. Luis tak tidur dan tak makan teratur hanya demi mencari keberadaan Alice dan Gerald yang

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 95 | Membayar Satu Peluru

    “Gerald, ini Daddy! Gerald!” “... kau di mana, Gerald?” “GERALD!” Sejauh apa pun Luis bergerak menghancurkan seisi rumah tua terbengkalai ini dan berteriak sekencang apa pun, nyatanya sang putra kandung tak ada di mana pun. Para anak buah Tuan Hendrick sudah lebih dulu mengamankan Gerald dan Aline, setelah mendapat laporan jikalau salah satu anak buah yang diperintah memata-matai Luis telah ditangkap. “Gerald, ... Ini Daddy, kau ada di mana? Daddy, mohon jawab Daddy!” ulang Luis yang berteriak kian lemah, penuh nada kefrustrasian. Ia merasa tak berdaya sebagai seorang ayah, yang lagi dan lagi, harus gagal menyelamatkan darah dagingnya. “Tuan Luis, saya menemukan ini ... pensil elektrik milik Tuan Kecil!” Kepala tertunduk Luis langsung terangkat saat mendengar suara sang asisten pribadi, “sepertinya Tuan Kecil sengaja menjatuhkan pensil ini untuk memberitahu kita, kalau Tuan Kecil memang sempat disekap di tempat ini.” Frans berhenti tepat di depan Luis. Lelaki itu menyerahkan pe

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 94 | Para Teman Wanita Kakek Levon

    Luis juga melepaskan tali yang mengikat tangan dua bocah yang sepertinya memang seumuran dengan sang putra.Tangan lelaki tampan itu mengusap lembut puncak kepala keduanya, yang seketika langsung menangis kencang.“Hiksss ... terima kasih, Paman Baik. Aku sangat takut pada paman-paman jahat tadi.”“Bokong kami terus dipukul oleh paman jahat tadi kalau kami sampai menangis dan bersuara. Jadi kami tidak berani menangis. Hiksss! Mamaaaa!”“Ya sama-sama, kalian sekarang sudah aman, sebentar lagi kalian akan bertemu orang tua kalian.”“... bawa dua anak ini ke mobil. Dan antar ke kantor polisi. Frans, seret tubuh anak buah Hendrick untuk menemui putraku. Pastikan dia tidak boleh mati, kalau mati aku akan membunuh seluruh keluarganya.” Lanjut Luis langsung membalik tubuh, dan berjalan tergesa ke arah mobil setelah Frans kembali mengangguk paham akan tugasnya.“Doa anti bujang lapuk apanya, kalian saja sudah jadi daging panggang!” cibir Frans sebelum meninggalkan tempat itu. Dia me

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 93 | Ledakan Hebat

    Dua penculik tadi telah bangkit berdiri, dan berjalan sembari sesekali mengerang bercampur desisan mendekati keberadaan para koper uang. Satu persatu koper uang mulai diperiksa dengan sorot mata penuh keserakahan. Begitu pun dengan tumpukan uang dolar dari atas ke tumpukan paling bawah, yang tanpa sadar mereka tengah berada dalam rencana Luis. Setelah lamanya memastikan seluruh uang-uang di sana, dua orang itu bangkit berdiri lantas kembali berjalan mendekati sang ketua. “Kita bisa segera pergi, Bos. Mereka ternyata menuruti perintah kita,” bisik salah satu dari dua orang itu. Tambahan anggukan dari mereka berdua membawa senyum sumringah sang ketua. Sebuah tepuk tangan tunggal membawa seorang dari komplotan mereka muncul dari sebuah mobil dengan memanggul dua tubuh anak kecil dengan kepala yang ditutupi kain hitam. “Katamu kau hanya tiga orang, hah?!” sengit Frans ingin maju mengayun kepalan tangan, tapi dengan cepat ditahan Luis, yang membuat Frans mau tak mau kembali melangkah

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 92 | Siapa Kakekmu?

    “Tuan Luis, mereka datang.” “Cepat keluar sesuai rencana.” Luis membalas dengan mata tajam tak berpindah sedikit pun dari kaca mobil sisi tubuhnya. Langit telah gelap, angin mendadak begitu kencang. Tiba-tiba hati Luis tak tenang. Entah karena apa, tapi fokusnya benar-benar sedang sedikit kacau saat ini. Frans menoleh cemas pada sang tuan yang mendadak terdengar menggeram dengan tangan menekan dada. “Apa yang terjadi pada, Tuan Muda? Apa perlu saya bawa Tuan ke rumah sakit?” “Bodoh! Istri dan putraku sekarang berada di bawah ancaman, dan kau memintaku bersantai di rumah sakit? Ingin kupenggal kepalamu?” “... dadaku tiba-tiba sesak. Kau keluarlah dulu. Aku akan menyusulmu sebentar lagi.” Perkataan dan omelan Luis membawa anggukan kepala takut-takut Frans yang bergerak patuh. Sebelum benar-benar dipenggal, lebih baik Frans memilih jalan aman. Kabur. Empat koper hitam sudah terlihat dibawa keluar oleh anak buah keluarga Pietro dari mobil lain. Frans pun ikut bergegas keluar. Lela

DMCA.com Protection Status