หน้าหลัก / CEO / PUTRA sang PEWARIS / Bab 69 | Sedikit Keraguan Alice

แชร์

Bab 69 | Sedikit Keraguan Alice

ผู้เขียน: SenyaSSM
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-10-03 23:54:52

Hari ini sepertinya bukan hari yang tepat untuk menemui Luis di kantor. Namun, bukan pula hari yang salah.

Beruntung dan rasa sedikit menyesal kini tengah memenuhi hati kecil Alice.

Dengan kedatangan Alice di kantor Luis, ia jadi tahu kesungguhan lelaki itu untuk mempertahankan dirinya di dalam rumah tangga kecil mereka ini.

“Mommy, bisakah Gerald memakan semua es krim ini?” tanya antusias Gerald menunjuk lima gelas berkaki, pesanan es krim yang baru diletakkan pelayan di meja.

Alice tercengang. Lima rasa es krim yang berbeda, dengan ukuran super jumbo. Apa Luis tak salah memesan?

‘Apakah cara semua pria membujuk putranya seperti ini?’ Alice tanpa sadar menggeleng kepala tak percaya. Luis sungguh membuat jiwa miskinnya meronta.

Tempat kedai es krim ini bukanlah kelas menengah ke bawah, bahkan pelayanan di tempat ini sudah berkelas.

Mereka kini berada di ruang VVIP. Sehingga, Alice hanya menjumpai satu pelayan yang sekali masuk dan keluar dari ruangan besar ini.

“Hanya satu. T
บทที่ถูกล็อก
อ่านต่อเรื่องนี้บน Application

บทที่เกี่ยวข้อง

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 70 | Menghabiskan Waktu Bertiga

    “Luis, jangan main-main. Ini sama sekali tidak lucu.” Alice menekan setiap kata yang terlontar dari bibir.Ia terperangah melihat lantai paling bawah begitu banyak lelaki berjas rapi dengan memakai kaca mata hitam tengah menginstruksi para pengunjung mal untuk keluar.Sebanyak itu pengunjung mal berhamburan ke pintu keluar membuat mereka nampak seperti kerumunan semut dari lantai yang kini Alice pijaki.Terdengar juga gumam tak jelas dari para pengunjung, yang sepertinya bingung dengan pengusiran anak buah Luis dan beberapa pihak mal.“Wow, Daddy memang paling hebat!” puji Gerald dengan mata berbinar.Mendengar pujian sang putra, sepasang alis Alice menukik tajam.“Gerald, ini tidak benar. Mereka juga datang untuk menghabiskan waktu seperti kita. Kita tidak boleh membuat mereka,–”“Istriku, kau tenang saja. Mereka akan dialihkan ke mal lain. Aku juga memberi mereka kompensasi. Tapi, untuk mal ini ... khusus aku kosongkan untuk hari ini. Demi menikmati waktu kita bertiga,” sela

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-10-04
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 71 | Rasa Takut yang Membuat Kacau

    “Selamat malam, Nyonya.”“.... Selamat datang, Nyonya Muda.”“Selamat malam. Aku ke kamar dulu, ya. Terima kasih kerja keras kalian hari ini. Tuan Muda dan Tuan Kecil ada di belakang, tolong bantu mereka, ya.” Pesan dari Alice seketika mendapat anggukan kompak penuh hormat dari para pelayan rumah.Setiba di rumah, keadaan menjadi lebih sunyi. Para pelayan rumah Luis seperti biasa menyambut tuan dan nyonya mereka. Namun, mereka justru menatap bingung satu sama lain saat sang nyonya yang biasanya begitu ramah, malam ini begitu dingin dan singkat berbincang dengan mereka. Hanya memberi pesan dan mengangguk sekilas, kemudian bergegas menaiki anak tangga menuju ke kamar.“Kalian pergilah. Bawa tas perlengkapan putraku ke kamarnya. Biar aku yang antarkan dia tidur nanti,” kata Luis pada para pelayan rumah yang membantu Luis menurunkan barang-barang belanjaan dan tas perlengkapan pribadi sang putra.“Baik, Tuan Luis. Kami permisi.”“Hm.” Luis hanya membalas gumaman rendah samar.“

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-10-05
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 72 | Hugo Kabur

    Guncangan yang disebabkan cengkeraman kuat tangan Luis hampir saja meruntuhkan tulang tubuh Alice, jika saja ia tak segera menahan rahang tegas lelaki itu yang tak kalah kuat tengah menggeram.“Alasan apa lagi, kau memang ingin meninggalkan aku kan!?” sentak Luis penuh emosi. Ia tak menepis sentuhan kulit lembut telapak tangan sang istri. “Apa ini soal Devina? Dia bukan siapa-siapa untukku lagi. Aku sudah membalas budiku selama ini.”Sorot mata Luis kian menyalang penuh kobaran api. Ia menatap tajam nan kelam saat Alice tak mengeluarkan satu kata pun untuk membantah. Bahkan wanita itu justru menyibak selimut, lantas turun dari tempat tidur.Apakah Alice benar-benar ingin meninggalkan Luis lagi?“Alice!” Suara melengking tinggi Luis menyebar ke seluruh sudut ruang kamar. Tangan kuatnya mengepal kuat, saat melihat Alice tak peduli pada peringatan lelaki itu dan tetap berjalan mendekati pintu kamar. “Sekali kau keluar dari pintu itu, aku tidak aka–”Alice berbalik. Mata berwarna ben

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-10-07
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 73 | Identitas Dokter Nelson

    Di kediaman besar keluarga besar Delano tengah terjadi perbincangan yang sedikit sengit antara ayah dan anak. Bahkan sang ibu begitu ketakutan untuk melerai kedua lelaki penuh kuasa itu.BRAK! Hantaman kuat dari telapak tangan besar di atas meja ruang tamu menjadi pembangun kesunyian di pertengahan malam. Menggugah siapa pun yang telah terlelap untuk bangun.Bahkan para pelayan rumah tak berani untuk meninggalkan tempat penuh ketegangan ini.“Kalian penculik!”“Masih kurang ajar mulutmu padaku! Dasar anak durhaka!”“Harusnya aku membunuhmu saat kau ada di kandungan ibumu.” Berkata lantang sangat marah, Tuan Besar Delano sudah tak tahu lagi bagaimana membuat sang putra tinggal di rumah ini. “Kau bukan anak tanpa adab. Kalau bukan kau menikahi wanita itu, mana mungkin kau kurang ajar begini.”“Aku sangat menghormatimu. Tapi, apa bedanya aku denganmu? Kau bahkan terus menyangkut pautkan orang yang sudah tiada. Masih bisakah aku menghormatimu?”“Tutup mulutmu!” Tuan Hendrick memb

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-10-08
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 74 | Rencana Tuan Hendrick

    Suara besi gemerincing tengah menyelimuti ruang bawah tanah keluarga Delano. Tak hanya itu, suara jeritan kesakitan pula mendengung di ruangan penyiksaan tersebut.Sebuah layar pengendali menampilkan sosok utama Tuan Besar keluarga Delano. Lelaki penuh kuasa itu menatap dingin pada kondisi mengenaskan tubuh Hugo yang penuh luka memar dan rembesan darah dari berbagai sudut tubuh, terutama di sekitar perut. Karena luka tusuk lelaki itu kembali terbuka.“Kalian mengkhianatiku. Ini bukanlah kesepakatan yang kalian janjikan padaku,” ungkap Hugo penuh penekanan, “lepaskan aku. Jangan sampai aku membuat kalian menyesal.”“AAGGH!” jerit Hugo saat sebuah tendangan kuat menghancurkan tulang rahangnya dalam hitungan detik.“Dasar sampah. Berani kau berteriak lagi di depan Tuan Besar, aku akan mematahkan tulang lehermu.”“Cih, brengsek!” desis lirih Hugo sembari membuang ludah.“Katakan yang jelas pada Tuan Besar Delano, apa yang kau ketahui tentang wanita bernama Alice Gracia.”Pyarr!Se

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-10-09
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 75 | Dia Menaruh Dendam pada Alice

    “Dia mencoba bunuh diri, Tuan Luis.” Laporan yang diterima dari sang anak buah membuat arah laju perjalanan jet pribadi Luis berubah.Sebuah pulau yang digunakan khusus untuk tempat penyiksaan para pengkhianat keluarga Pietro menjadi tujuan Luis, yang terpaksa juga harus mengajak sang istri untuk pertama kali.“Racun yang disimpan di balik lidah membuat kami hampir lengah,” tambahnya membuat Alice menggeleng berat begitu tak percaya, ia harus mendengar sebuah trik kejahatan seperti ini, “dia ternyata juga menyimpan bom ringan di tubuh, yang telah kami matikan.”Kondisi lelaki pembenci Alice juga tak kalah tragis dari keadaan Hugo yang tengah ditahan oleh keluarga Delano. Beberapa bagian tubuh lelaki itu tampak terlihat jejak luka bakar dari besi yang dipanaskan di atas tungku api besar.“Sangat pintar untuk seorang warga sipil. Apa kau juga tergabung dengan salah satu dari kelompok pembunuh bayaran bodoh itu?” tanya Luis untuk pertama kalinya. Mata tajam Luis menatap dingin, den

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-10-10
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 76 | Hari Itu Tiba

    Baru kembali menginjak tanah kota Berlin, Alice sudah disajikan pemandangan yang tak biasa.Kacamata hitam diturunkan, sosok sang putra yang berada dalam gendongan Kakek Levon membuat seluruh kecemasan Alice seketika menguar.Ia mencoba mengangkat tangan, sebuah lambaian terayun di udara. Jelas sekali jika ia begitu merindukan sang putra.Sayangnya, bak gayung tak bersambut, Alice harus mengulum bibir dan hanya menyisakan setengah senyum saat mendapati wajah tampan Gerald memaling darinya.“Gerald masih marah padaku ....”Lengan yang tak kunjung lepas dari pinggang ramping Alice, membawa wanita itu menoleh ke kiri dengan mengangkat kepala, menatap Luis yang pula tengah menatap dirinya lekat.“Dia memang pantas marah padaku, Luis,” tambahnya lirih.“Kalau dia mau menjemput kita di sini, itu artinya putra kita hanya sedang sedikit merajuk. Ayo, ke sana. Aku yakin putra kita sudah merindukan daddy dan mommy-nya.” Luis membalas dengan nada lembut guna menghibur kesedihan sang istri

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-10-11
  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 77 | Kungkungan Ingatan Masa Lalu

    “Semakin lama Luis berada di sini, itu akan membuat Alice curiga. Bagaimana ini, Dokter? Cepat, lakukan sesuatu.”“... aku tidak mau salah satu di antara mereka mengingat kejadian di masa lalu,” tekan lelaki separuh baya itu sembari memandangi sang cucu dengan sorot mata gelisah.Suara Kakek Levon terdengar bergetar, saat melihat Luis terus-menerus mengerang kesakitan dengan tangan memegang kasar kepala seakan ingin meremukkan kepala itu.“... jangan mendekat! Kalian bukan orang tuaku, tapi iblis! Jangan sakiti aku lagi. Jangaan! To–tolong aku!”“Aaaggghh, sakittt! Kepalaku sakit sekali!” Terus saja kalimat itu diulang, membuat keadaan di ruangan tersebut makin tegang.Gejolak letupan emosi, khawatir, dan kecemasan bercampur menjadi satu saat melihat betapa hancurnya seorang Luis Pietro. Ingin sekali, Kakek Levon menghentikan teriakan kesakitan Luis, tapi segala upaya lelaki separuh baya itu terus berujung kegagalan.Dia mencoba mendekat, tapi kekuatan besar dari Luis membuat

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-10-11

บทล่าสุด

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 100 | (TAMAT) Kebahagiaan Keluarga Kita

    Tiga bulan berlalu.Rintik hujan yang semakin deras meninggalkan genangan di tanah luar rumah sakit, membuat Alice menggigit bibir bawahnya dengan kepala menunduk dalam.Meski bulan demi bulan telah berganti, tapi perasaan sedih masih memenuhi hati dan tak pernah bisa diobati dengan cara apa pun. Banyak orang kehilangan nyawa dalam peperangan antara keluarga Pietro dan Delano saat kematian Dokter Nelson.Dua marga itu terlalu besar dan kuat. Namun, bisnis kotor yang dijalani keluarga Delano selama beberapa dinasti menjadikan keluarga itu benar-benar lenyap setelah kalah dalam pertempuran berdarah dengan keluarga Pietro.Pihak kepolisian telah menangkap seluruh keluarga Delano, termasuk Tuan Hendrick dan Nyonya Hanni.“Alice ....” Kepala Alice terangkat. Ia menoleh pada pusat suara lemah yang memanggil namanya lirih. Di detik itu juga seutas garis lengkung terbentuk di bibir merah Alice, “bagaimana keadaan putra kita? Apa dia baik-baik saja?”Tubuh Alice berbalik sempurna. Ia m

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 99 | Melindungimu

    “Luis!” Suara panggilan itu membuat sang pemilik nama dengan cepat menoleh. Wajah pucat Luis terpampang jelas saat ditatih oleh Frans ketika akan memasuki mobil. “Lepaskan aku!” “Luis, aku sudah menemukan Gerald!” Suara Alice begitu jelas masuk ke telinga dan hati Luis. Luis memberontak dan begitu saja lepas dari penjagaan Frans, lantas mencoba berlari ke arah sang pemilik suara. Namun, langkah lelaki itu seketika terhenti saat melihat siapa yang ada di belakang punggung Alice dan sang putra. “Alice, Gerald!” “Aghh!” jerit Alice tertahan. “Da-Daddyy!” Hugo mencekik leher Alice dengan sebuah lengan dari belakang, sedang Gerald dicekik oleh anak buah Hugo. “Brengsek, lepaskan mereka!” berang Luis dengan menatap penuh aura membunuh. Ia kembali menyeret kakinya untuk mendekati Hugo, dan berusaha mengembalikan kesadaran yang seharusnya sudah lenyap sejak tadi. “Lu-Luis ... jangan mendekat! Hugo menodongkan pistol ke arahmu dari balik punggungku!” kata Alice penuh peringatan di san

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 98 | Keikhlasan Hati Dokter Nelson

    Karena jadwal makan tak teratur dan selama satu minggu Luis tak tidur mencari keberadaan Alice dan Gerald, pula melakukan penghancuran di mana-mana, membuat tubuh lelaki itu mendadak menjadi lemah saat ini. Luis merasakan kram yang begitu menyakitkan di perutnya ketika mendapat pukulan dari Tuan Hendrick.Keringat dingin Luis seketika mengucur deras memenuhi wajah. Ia benar-benar merasa sekujur tubuhnya kesakitan saat ini. Apa benar Luis akan dikalahkan hanya dengan beberapa pukulan saja?Terlihat Tuan Hendrick kembali berlari kencang, tanpa mempedulikan darah yang keluar dari luka tembak di kaki. Lelaki itu mengangkat kaki kanan ke depan, lantas memusatkan ke arah dada Luis. “Mati kau, Luis!”“... kupastikan kau tak akan lagi bisa bertemu dengan istri dan putramu!” pekik Tuan Hendrick penuh dendam.Namun, dengan cepat, tubuh Luis mengguling. Ia memaksa tubuhnya bergerak berdiri, lantas mengubah posisi menjadi di belakang punggung Tuan Hendrick kemudian mengayun lengan untuk

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 97 | Akankah Aku harus Kalah? (Luis)

    “Hendrick!” “Wow, putra Ken Pietro datang lagi ke kediaman keluarga Delano. Kali ini kau ingin menghancurkan apa lagi? Biar aku pribadi yang memberi bukti pada tetua keluarga Pietro, dan memperlihatkan siapa yang memulai peperangan,” tanggap Tuan Hendrick dengan suara mengejek.Lelaki yang lebih muda dari Tuan Hendrick itu memang selalu terlihat garang dan menakutkan, dengan rahang tinggi serta sorot mata tajam melurus mematikan bak busur panah diselimuti api yang diluncurkan pada sasaran target.Terlihat dengan jelas, jika Alice dan Gerald memang kelemahan paling fatal dari seorang Luis Pietro. Tapi, ternyata, kekuatan lelaki muda itu masih saja begitu kuat meski dia seperti kehilangan setengah sayap.Tuan Hendrick tak bisa lagi berpikir, bagaimana jika di samping Luis ada istri dan putranya? Sudah pasti Tuan Hendrick akan dengan mudah dimusnahkan oleh Luis. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Nelson harus segera menikahi Alice.“Kau membuat istriku sekarat. Dia sekarang seperti ma

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 96 | Kebaikan Dokter Nelson

    Glock diturunkan perlahan, dengan tatapan dingin Luis melurus ke dada wanita di depannya, yang kini telah benar-benar tersungkur jatuh dengan dada berlumuran darah. “Katakan pada suamimu, dan juga putra doktermu itu, kalau dia tak akan bisa mengeluarkan peluru khususku yang sebentar lagi akan menghancurkan dadamu.” “A-APA?! I-INI TIDAK MUNGKIN. KA-KAMU SANGAT KEJAM, LUIS PIETRO!” *** Satu minggu berlalu. Keadaan bukan bertambah baik, kota Berlin justru sedang dilanda kekhawatiran. Para pebisnis mengalami kemunduran serta kekalahan telak atas kekejaman Luis, yang terus mendapatkan proyek besar serta mengalahkan para rival perusahaan raksasa. Termasuk mendapatkan tender besar yang tengah diperebutkan perusahaan di bawah naungan keluarga besar Delano. Tak hanya orang luar yang kelimpungan, tapi karyawan perusahaan induk dan para pelayan rumah Luis sudah kelelahan dengan sistem kerja gila Luis. Luis tak tidur dan tak makan teratur hanya demi mencari keberadaan Alice dan Gerald yang

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 95 | Membayar Satu Peluru

    “Gerald, ini Daddy! Gerald!” “... kau di mana, Gerald?” “GERALD!” Sejauh apa pun Luis bergerak menghancurkan seisi rumah tua terbengkalai ini dan berteriak sekencang apa pun, nyatanya sang putra kandung tak ada di mana pun. Para anak buah Tuan Hendrick sudah lebih dulu mengamankan Gerald dan Aline, setelah mendapat laporan jikalau salah satu anak buah yang diperintah memata-matai Luis telah ditangkap. “Gerald, ... Ini Daddy, kau ada di mana? Daddy, mohon jawab Daddy!” ulang Luis yang berteriak kian lemah, penuh nada kefrustrasian. Ia merasa tak berdaya sebagai seorang ayah, yang lagi dan lagi, harus gagal menyelamatkan darah dagingnya. “Tuan Luis, saya menemukan ini ... pensil elektrik milik Tuan Kecil!” Kepala tertunduk Luis langsung terangkat saat mendengar suara sang asisten pribadi, “sepertinya Tuan Kecil sengaja menjatuhkan pensil ini untuk memberitahu kita, kalau Tuan Kecil memang sempat disekap di tempat ini.” Frans berhenti tepat di depan Luis. Lelaki itu menyerahkan pe

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 94 | Para Teman Wanita Kakek Levon

    Luis juga melepaskan tali yang mengikat tangan dua bocah yang sepertinya memang seumuran dengan sang putra.Tangan lelaki tampan itu mengusap lembut puncak kepala keduanya, yang seketika langsung menangis kencang.“Hiksss ... terima kasih, Paman Baik. Aku sangat takut pada paman-paman jahat tadi.”“Bokong kami terus dipukul oleh paman jahat tadi kalau kami sampai menangis dan bersuara. Jadi kami tidak berani menangis. Hiksss! Mamaaaa!”“Ya sama-sama, kalian sekarang sudah aman, sebentar lagi kalian akan bertemu orang tua kalian.”“... bawa dua anak ini ke mobil. Dan antar ke kantor polisi. Frans, seret tubuh anak buah Hendrick untuk menemui putraku. Pastikan dia tidak boleh mati, kalau mati aku akan membunuh seluruh keluarganya.” Lanjut Luis langsung membalik tubuh, dan berjalan tergesa ke arah mobil setelah Frans kembali mengangguk paham akan tugasnya.“Doa anti bujang lapuk apanya, kalian saja sudah jadi daging panggang!” cibir Frans sebelum meninggalkan tempat itu. Dia me

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 93 | Ledakan Hebat

    Dua penculik tadi telah bangkit berdiri, dan berjalan sembari sesekali mengerang bercampur desisan mendekati keberadaan para koper uang. Satu persatu koper uang mulai diperiksa dengan sorot mata penuh keserakahan. Begitu pun dengan tumpukan uang dolar dari atas ke tumpukan paling bawah, yang tanpa sadar mereka tengah berada dalam rencana Luis. Setelah lamanya memastikan seluruh uang-uang di sana, dua orang itu bangkit berdiri lantas kembali berjalan mendekati sang ketua. “Kita bisa segera pergi, Bos. Mereka ternyata menuruti perintah kita,” bisik salah satu dari dua orang itu. Tambahan anggukan dari mereka berdua membawa senyum sumringah sang ketua. Sebuah tepuk tangan tunggal membawa seorang dari komplotan mereka muncul dari sebuah mobil dengan memanggul dua tubuh anak kecil dengan kepala yang ditutupi kain hitam. “Katamu kau hanya tiga orang, hah?!” sengit Frans ingin maju mengayun kepalan tangan, tapi dengan cepat ditahan Luis, yang membuat Frans mau tak mau kembali melangkah

  • PUTRA sang PEWARIS   Bab 92 | Siapa Kakekmu?

    “Tuan Luis, mereka datang.” “Cepat keluar sesuai rencana.” Luis membalas dengan mata tajam tak berpindah sedikit pun dari kaca mobil sisi tubuhnya. Langit telah gelap, angin mendadak begitu kencang. Tiba-tiba hati Luis tak tenang. Entah karena apa, tapi fokusnya benar-benar sedang sedikit kacau saat ini. Frans menoleh cemas pada sang tuan yang mendadak terdengar menggeram dengan tangan menekan dada. “Apa yang terjadi pada, Tuan Muda? Apa perlu saya bawa Tuan ke rumah sakit?” “Bodoh! Istri dan putraku sekarang berada di bawah ancaman, dan kau memintaku bersantai di rumah sakit? Ingin kupenggal kepalamu?” “... dadaku tiba-tiba sesak. Kau keluarlah dulu. Aku akan menyusulmu sebentar lagi.” Perkataan dan omelan Luis membawa anggukan kepala takut-takut Frans yang bergerak patuh. Sebelum benar-benar dipenggal, lebih baik Frans memilih jalan aman. Kabur. Empat koper hitam sudah terlihat dibawa keluar oleh anak buah keluarga Pietro dari mobil lain. Frans pun ikut bergegas keluar. Lela

DMCA.com Protection Status