11."Mau kemana kalian hahahahah!" Tanya Kunes sambil tertawa lebar."Ma, mending kita lari keluar rumah deh!" Ucap Erlan dengan panik. Dirinya kemudian menarik lengan sang ibu agar mengikuti dirinya keluar dari rumah.Sedangkan Selva sendiri, dia sudah duluan lari terbirit-birit keluar rumah.Mereka berdua pun lari, dan pada akhirnya mereka juga keluar dari rumah dengan berlari.Ketika Kunes akan mengejar Erlan dan Puspa, tidak sengaja dirinya melihat Rina dan Dapin tengah menuruni tangga dengan santai.Dirinya pun mengernyitkan keningnya, "Bu bos! Mereka kenapa tidak di kejar?" Tanya Kunes dengan bingung."Engga, biarin aja. Tugas kita udah selesai, giliran mereka yang diluar sekarang tuh!" Jawab Rina"Tapi Bu bos!" Ucap Kunes tertahan."Ngga ada tapi-tapian, mending kita keluar dulu lewat belakang, takutnya ada yang curiga!" Ucap Rina sambil berjalan melalui pintu belakang rumahnya.Selva menarik napas lega begitu berhasil melewati pintu. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar
12."Nah betul tuh pak! Mereka harus dihukum agar jera dan warga lain tidak mencontoh prilaku mereka!" Ucap Altaf untuk memanas-manasi para warga di depannya."Kalau saya boleh tahu, kira-kira hukumannya apa ya pak?" Sambung Altaf sambil melontarkan pertanyaan lagi."Kalau untuk hukuman, kami tidak bisa memutuskannya. Hanya pak RT yang bisa memutuskan hukuman itu! Tapi kalau ngga salah, hukumannya itu bayar denda 5 juta, dinikahkan hari itu juga menggunakan pakaian yang sama waktu kepergok berbuat asusila dan.... " Jawab Pak Bomo menjelaskan.Altaf pun menganggukan tanda paham.Sedangkan Erlan yang mendengarnya langsung bahagia, akhirnya cita-citanya yang ingin menikahi Selva menjadi kenyataan. Kalau tahu akan begini, dari dulu dia bertindak senonoh saja di depan pos satpam. Ngga papa kalau rugi 5 juta toh, lagian hartanya juga banyak.Kini mereka semua sudah berada di rumah pak RT, bahkan para warga yang sedang berada di rumahnya pun mendadak mengerumuni kediaman pak RT. Tentu saja,
1"Mas, kamu ngga berangkat kerja? Bukannya kemarin kamu keterima tahap interview ya?" Tanya seorang perempuan yang mengenakan pakaian setelan formal. Perempuan itu tidak lain adalah Arin, Katrina Mayden."Hah!" Sang suami yang bernama Erlan tersebut menghela napasnya dengan lelah."Mas gagal lagi! Padahal mas sudah berusaha semaksimal mungkin. Pasti ini ada kaitannya dengan penyakit mas!" Jelas Erlan dengan nada lesu."Mas ngga nyari lagi pekerjaan yang lain gitu?" Tanya Arin sambil mengernyitkan keningnya."Hah! Besok saja sepertinya Rin. Nyari pekerjaan yang sesuai dengan kondisi mas itu susah. Kalau mas ngambil pekerjaan yang sembarangan, takutnya kondisi mas semakin memburuk." Jawab Erlan dengan lagi-lagi menggunakan nada lesu."Kamu juga tahu sendiri, kesehatan mas itu tidak baik. Jangankan untuk mencari kerja, untuk menyentuh kamu saja mas tidak sanggup!" Sambung sang suaminya yang bernama Erlan, Erlan Tirtanio."Hah Baiklah, bagaimana kalau kita sembuhkan dulu penyakit mas? Ag
2. Nana Ninu"Shut... diam!" Ucap orang yang membekap mulut Arin menggunakan sapu tangan.Hal itu terjadi karena Arin terus saja memberontak ingin dilepaskan."Saya ngga jahat kok!" Ucap orang yang membekap Arin lagi.Arin pun langsung memicingkan matanya untuk melihat orang yang membekap dirinya dari samping.Setelah melihat orang yang membekapnya, Arin langsung terdiam.Merasa orang yang dibekapnya sudah terdiam, laki-laki itu pun melepaskan bekapannya dan langsung menarik Arin ke samping rumah."Loh Altaf? Ngapain kamu bekap-bekap saya?" Tanya Arin dengan dahi mengkerut."Hah! Saya melakukan ini agar kamu tidak ketahuan!" Jawab Altaf dengan nada acuh."Ketahuan apa?" Tanya Arin tidak paham."Aku akan memberitahunya setelah berjanji kamu tidak akan menangis. Soalnya lihat perempuan nangis itu ribet!" Jawab Altaf."Iya baiklah, saya berjanji!" Ucap Arin yang sudah kepalang penasaran akan kejadian yang sedang terjadi.Karena, jarang-jarang Altaf yang super sibuk itu menyempatkan waktu
3. Kebusukan yang terbongkar"Mas! Kapan kamu nikahin aku sih!" Tanya Selva pada Erlan, dirinya tidak puas dengan jawaban yang dilontarkan oleh Puspa tadi."Iya nanti, kalau kamu udah hamil. Baru kita nikah. Lagian kalau kita nikah, bagaimana dengan nasib tunangan kamu?" Jawab Erlan dengan kembali bertanya pada akhir kalimatnya."Tunangan aku? Biarin aja dia. Lagian ya mas, dia itu hanya karyawan berpangkat rendah di perusahaannya dan dia itu kaku banget! Kalau ketemuan, aku berasa ngobrol sama pintu, ngga pernah ada tuh acara grepe-grepe. Asal mas tahu, aku bertunangan dengan Altaf itu untuk menyembunyikan hubungan kita, agar si Arin tidak curiga." Jelas Selva tanpa rasa bersalah."Seriusan dia belum pernah main sama kamu?" Tanya Erlan dengan nada tidak percaya."Ya seriusan mas, emangnya aku itu mas Erlan yang pernah main sama si Arin!" Sahut Selva dengan nada kesal."Lah kata siapa? Ututu... Tu... Jangan marah dong, asal kamu tahu, mas tidak pernah menyentuh Arin barang seinci pun.
4. Menjelaskan rencanaSiang Harinya Arin pulang ke rumah seperti biasa, dirinya berlagak tidak tahu apa-apa."Ma, mas Erlan kemana?" Tanya Arin pada Puspa yang sedang menonton TV di ruang keluarga."Ck!" Puspa berdecak kesal."Dia pergi ke rumah pamannya untuk mencari pekerjaan. Sesuai keinginan kamu, puas!" Jawab Puspa dengan nada sinis."Oh..." Sahut Arin sambil mengangguk-anggukkan kepalanya."Reaksi kamu hanya itu heh?" Tanya Puspa yang malah terlihat kesal sendiri."Lalu?" Tanya Arin sambil menaikkan sebelah alisnya."Ya gimana kek, tanya apa dia punya bekal apa engga nya gitu!" Jawab Puspa dengan masih mempertahankan nada sinisnya."Oh itu, aku udah Transfer mas Erlan uang jajan tiap bulannya kok, kalau kurang biasanya mas Erlan Suka bilang ma!" Ucap Arin dengan santai."Kamu ini benar-benar!" Ucap Puspa. Entah kenapa, ketika berbicara dengan Arin itu Puspa bawaannya selalu kesal.Arin pun mengedikkan bahunya, kemudian melangkahkan kakinya yang tertunda menuju kamarnya.Begitu
5. Mulai menjalankan rencanaSesuai rencana, pada sore harinya Arin pergi dari rumah mawar dengan menggunakan mobil yang biasa dirinya pakai.Dibelakangnya, sebuah Pajero hitam mengikutinya. Mobil itu tidak lain adalah mobil Altaf.Ketika merasa jalanan yang dilaluinya sudah sepi, Arin pun menghentikan mobilnya. Begitu juga dengan Altaf."Mau dipindahin sekarang Rin? Saya agak serem kalau harus semobil berdua dengan ma.yat." tanya Altaf sambil mengibas-ngibaskan jas yang dirinya pakai.Dirinya takut kalau arwah dari ma.yat yang dibawanya akan mengikuti dirinya."Ck!" Arin pun berdecak."Gitu aja takut!" Cibir Arin sambil berkacak pinggang."Ayo cepet, keluarin mayatnya. Keburu ada orang lihat." Pinta Arin kemudian.Altaf pun menganggukkan kepalanya, kemudian lantas mengeluarkan koper Arin yang sudah diisi ma.yat seorang perempuan seusia Arin."Perlu bantuan untuk menggotong?" Tanya Arin pada Altaf."Tidak perlu, saya bisa sendiri." Ucap Altaf sambil memasukkan koper itu ke deretan ked
6.Selva pun menganggukkan kepalanya, dirinya segera mengirim Altaf sebuah pesan yang berisi tentang pembatalan pertunangan mereka._"Ada apa?" Tanya Arin yang melihat Altaf termenung didepan daun pintu. Sebab Altaf akan pulang ke rumah utamanya."Dia memutuskan pertunangan, katanya ada orang yang mau menikahi dia lebih cepat daripada saya." Jawab Altaf sambil memasukkan kembali handphone miliknya ke dalam saku."Ya bagus dong, itu artinya kamu tidak harus bersusah payah membuat dia ilfeel taf." Ucap Arin sambil terkekeh."Ah iya taf jangan lupa, bukti pembatalan pertunangan itu kamu screenshot. Untuk berjaga-jaga ketika dia sudah tahu, siapa kamu sebenarnya." Sambung Arin dengan menampilkan ekspresi wajah yang serius.Arin mengira kalau Selva tidak tahu, bahwa Altaf memiliki perusahaan yang cukup besar. Karena kalau Selva tahu, mana mungkin mantan sahabatnya itu melepaskan mangsa sebesar ini dengan mudah."Tentu!" Ucap Altaf sambil menganggukkan kepalanya."Yaudah, hati-hati!" Ucap
12."Nah betul tuh pak! Mereka harus dihukum agar jera dan warga lain tidak mencontoh prilaku mereka!" Ucap Altaf untuk memanas-manasi para warga di depannya."Kalau saya boleh tahu, kira-kira hukumannya apa ya pak?" Sambung Altaf sambil melontarkan pertanyaan lagi."Kalau untuk hukuman, kami tidak bisa memutuskannya. Hanya pak RT yang bisa memutuskan hukuman itu! Tapi kalau ngga salah, hukumannya itu bayar denda 5 juta, dinikahkan hari itu juga menggunakan pakaian yang sama waktu kepergok berbuat asusila dan.... " Jawab Pak Bomo menjelaskan.Altaf pun menganggukan tanda paham.Sedangkan Erlan yang mendengarnya langsung bahagia, akhirnya cita-citanya yang ingin menikahi Selva menjadi kenyataan. Kalau tahu akan begini, dari dulu dia bertindak senonoh saja di depan pos satpam. Ngga papa kalau rugi 5 juta toh, lagian hartanya juga banyak.Kini mereka semua sudah berada di rumah pak RT, bahkan para warga yang sedang berada di rumahnya pun mendadak mengerumuni kediaman pak RT. Tentu saja,
11."Mau kemana kalian hahahahah!" Tanya Kunes sambil tertawa lebar."Ma, mending kita lari keluar rumah deh!" Ucap Erlan dengan panik. Dirinya kemudian menarik lengan sang ibu agar mengikuti dirinya keluar dari rumah.Sedangkan Selva sendiri, dia sudah duluan lari terbirit-birit keluar rumah.Mereka berdua pun lari, dan pada akhirnya mereka juga keluar dari rumah dengan berlari.Ketika Kunes akan mengejar Erlan dan Puspa, tidak sengaja dirinya melihat Rina dan Dapin tengah menuruni tangga dengan santai.Dirinya pun mengernyitkan keningnya, "Bu bos! Mereka kenapa tidak di kejar?" Tanya Kunes dengan bingung."Engga, biarin aja. Tugas kita udah selesai, giliran mereka yang diluar sekarang tuh!" Jawab Rina"Tapi Bu bos!" Ucap Kunes tertahan."Ngga ada tapi-tapian, mending kita keluar dulu lewat belakang, takutnya ada yang curiga!" Ucap Rina sambil berjalan melalui pintu belakang rumahnya.Selva menarik napas lega begitu berhasil melewati pintu. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar
10Merasa ada sesuatu yang menggelitiki kakinya, Puspa pun terbangun.Melihat Puspa yang akan segera sadar, Kunes pun mulai bersiap-siap untuk melancarkan aksinya."Nona!.... Anda begitu cantik malam ini ha hahah!...." Ucap Kunes sambil tertawa rendah.Mendengar suara berat di sekitarnya, mata Puspa pun bergerak untuk mencari sumber suara.Betapa terkejutnya Puspa ketika menemukan sosok besar hitam berada di kamarnya.Karena lampu kamar Puspa dimatikan dan hanya menyisakan lampu tidur yang menyala, Puspa tidak menyadari bahwa makhluk itu masih menapak tanah."Ha Han.. hantu!" Teriak Puspa dengan panik.Apalagi ketika kunes mulai meraba kaki Puspa menggunakan tangannya yang kasar."Malam ini kita habiskan berdua ya!" Ucap Kunes yang tentu saja berdusta. Dirinya tidak sudi harus bermalam macam nenek jongkok ini.Lagipula, istrinya di rumah lebih menggoda.Karena tidak ingin disentuh oleh makhluk yang menurutnya hantu itu, Puspa pun memberontak dengan kuat.Puspa menendang-nendang kakiny
9"Dasar kemasan sachet!" Gumam Altaf pelan."Apa?" Tanya Rina yang tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Altaf."Ngga!" Jawab Altaf sambil menggelengkan kepalanya."Mana?" Altaf lanjut bertanya sambil menengadahkan tangannya pada Rina.Rina pun dengan senang hati memberikan speaker kecil itu pada Altaf."Nih!"Setelah menerima speaker itu, Altaf pun naik keatas kursi kecil yang Rina gunakan sebagai pijakan tadi."Tahan kursinya!" Titah Altaf.Rina pun menganggukkan kepalanya, kemudian menuruti titah Altaf.Namun, meskipun kursinya sudah Rina tahan, kursi itu ujungnya bergoyang-goyang juga karena Altaf tiba-tiba panik ketika melihat kecoa terbang.Hal itu terjadi kare Altaf selalu merasa geli ketika melihat kecoa.Alhasil Altaf menjadi oleng dan hampir saja terjatuh, untung saja Rina dengan sigap menangkap tubuh Altaf yang akan terjatuh.Tanpa sadar mereka berdua bertatapan.'Gila, kemasan sachet aja udah kuat begini, apalagi kemasan Hulk!' begitulah suara hati Altaf ke
8.Terdengar suara bel berbunyi, Rina yang sedang memasukkan barang-barangnya kedalam koper kecil pun langsung menghentikan aktivitasnya."Sebentar!" Teriak Rina dari dalam rumah.Begitu dirinya membukakan pintu, Rina langsung menemukan keberadaan Altaf yang sedang bersedekap dada."Eh ternyata kamu Taf! Tunggu diluar aja, sebab kita akan langsung berangkat sekarang!" Ucap Rina. Kemudian dirinya membalikkan tubuhnya dan masuk kembali kedalam rumah.Tidak lama, Rina kembali kehadapan Altaf sambil menenteng sebuah koper kecil, pengeras suara berukuran mini, serta sebuah kantung kresek berwarna hitam."Ngapain bawa ini semua?" Tanya Altaf dengan heran."Untuk keperluan misi Taf." Jawab Rina sambil cengengesan."Eh, kamu punya anak buah yang bisa dipercaya tidak? Soalnya kalau pakai anak buah punya saya, saya khawatir rencana kita kedepannya akan bocor." Tanya Rina."Ada, sebentar!" Jawab Altaf sambil mengeluarkan handphone miliknya, kemudian mencoba menghubungi anak buahnya."Titik kumpu
7."Kenapa mas?" Tanya Selva yang melihat Erlan kembali dengan tangan kosong."Itu! Kok bisa-bisanya kartu ATM aku diblokir! Padahal kemarin baik-baik aja!" Jawab Erlan dengan kesal."Lah kok bisa?" Tanya Selva lagi dengan heran."Ya ngga tahu, mas juga heran. Harusnya ATM mas itu baik-baik saja, secara si Arin sudah meninggal!" Jelas Erlan dengan tetap mempertahankan nada kesalnya."Terus sekarang kita makan, bayarnya gimana mas?" Tanya Selva dengan sedikit panik."Emmm... Anu...." Erlan menggantung ucapannya sambil menggaruk belakang kepalanya, pertanda dirinya sedang salah tingkah.Selva menaikkan sebelah alisnya, dirinya menunggu kelanjutan perkataan Erlan."Anu?""Mas boleh minjem uang kamu dulu ngga? Sebentar kok! Nanti kalau kita sudah pulang, mas balikin deh janji! Kan mas dulu pernah transfer kamu untuk tabungan membeli mobil sayang!" Sambung Erlan dengan ragu-ragu."Lah kok mas!" Selva ingin membantah pada awalnya, namun dirinya tanpa sadar melirik pada kumpulan para pelayan
6.Selva pun menganggukkan kepalanya, dirinya segera mengirim Altaf sebuah pesan yang berisi tentang pembatalan pertunangan mereka._"Ada apa?" Tanya Arin yang melihat Altaf termenung didepan daun pintu. Sebab Altaf akan pulang ke rumah utamanya."Dia memutuskan pertunangan, katanya ada orang yang mau menikahi dia lebih cepat daripada saya." Jawab Altaf sambil memasukkan kembali handphone miliknya ke dalam saku."Ya bagus dong, itu artinya kamu tidak harus bersusah payah membuat dia ilfeel taf." Ucap Arin sambil terkekeh."Ah iya taf jangan lupa, bukti pembatalan pertunangan itu kamu screenshot. Untuk berjaga-jaga ketika dia sudah tahu, siapa kamu sebenarnya." Sambung Arin dengan menampilkan ekspresi wajah yang serius.Arin mengira kalau Selva tidak tahu, bahwa Altaf memiliki perusahaan yang cukup besar. Karena kalau Selva tahu, mana mungkin mantan sahabatnya itu melepaskan mangsa sebesar ini dengan mudah."Tentu!" Ucap Altaf sambil menganggukkan kepalanya."Yaudah, hati-hati!" Ucap
5. Mulai menjalankan rencanaSesuai rencana, pada sore harinya Arin pergi dari rumah mawar dengan menggunakan mobil yang biasa dirinya pakai.Dibelakangnya, sebuah Pajero hitam mengikutinya. Mobil itu tidak lain adalah mobil Altaf.Ketika merasa jalanan yang dilaluinya sudah sepi, Arin pun menghentikan mobilnya. Begitu juga dengan Altaf."Mau dipindahin sekarang Rin? Saya agak serem kalau harus semobil berdua dengan ma.yat." tanya Altaf sambil mengibas-ngibaskan jas yang dirinya pakai.Dirinya takut kalau arwah dari ma.yat yang dibawanya akan mengikuti dirinya."Ck!" Arin pun berdecak."Gitu aja takut!" Cibir Arin sambil berkacak pinggang."Ayo cepet, keluarin mayatnya. Keburu ada orang lihat." Pinta Arin kemudian.Altaf pun menganggukkan kepalanya, kemudian lantas mengeluarkan koper Arin yang sudah diisi ma.yat seorang perempuan seusia Arin."Perlu bantuan untuk menggotong?" Tanya Arin pada Altaf."Tidak perlu, saya bisa sendiri." Ucap Altaf sambil memasukkan koper itu ke deretan ked
4. Menjelaskan rencanaSiang Harinya Arin pulang ke rumah seperti biasa, dirinya berlagak tidak tahu apa-apa."Ma, mas Erlan kemana?" Tanya Arin pada Puspa yang sedang menonton TV di ruang keluarga."Ck!" Puspa berdecak kesal."Dia pergi ke rumah pamannya untuk mencari pekerjaan. Sesuai keinginan kamu, puas!" Jawab Puspa dengan nada sinis."Oh..." Sahut Arin sambil mengangguk-anggukkan kepalanya."Reaksi kamu hanya itu heh?" Tanya Puspa yang malah terlihat kesal sendiri."Lalu?" Tanya Arin sambil menaikkan sebelah alisnya."Ya gimana kek, tanya apa dia punya bekal apa engga nya gitu!" Jawab Puspa dengan masih mempertahankan nada sinisnya."Oh itu, aku udah Transfer mas Erlan uang jajan tiap bulannya kok, kalau kurang biasanya mas Erlan Suka bilang ma!" Ucap Arin dengan santai."Kamu ini benar-benar!" Ucap Puspa. Entah kenapa, ketika berbicara dengan Arin itu Puspa bawaannya selalu kesal.Arin pun mengedikkan bahunya, kemudian melangkahkan kakinya yang tertunda menuju kamarnya.Begitu