Share

Bab 57. Murka

Author: Rianievy
last update Last Updated: 2021-09-14 10:52:53

“Aku akan memenggal kepalanya!” maki Alex saat ia melihat bagaiman orang yang menghancurkan keluarganya duduk santai di kantor milik Pras. Iya, orang itu membeli saham Pras. Sial, Alex kecolongan dengan sikap santainya yang melupakan permintaan Pras untuk mulai mengelola bisnis keluarganya.

Suara tembakan dengan proyektil yang berjatuhan terdengar di jalaman belakang rumah Fausto. Musim dingin tiba, tapi hawa panas selalu mendidih dan menyelimuti diri Alexander. Semalam ia terbangun kembali ditengah malam, menjerit memanggil Laurent. Hampir tiap malam ia mengalami mimpi buruk. Fausto khawatir, tapi El berkata jika kondisi itu masih aman, mental pemuda itu sedang ditempat sebelum siap tempur. El juga bercerita tentang kawan lama Pras yang juga ahli dalam hal memata-matai – Dastan – namun sayang, pria itu sedang terlibat masalah sendiri dan tak mungkin terlibat dengan masalah Pras kali ini. Fausto tak masalah, ia cukup bahagia bisa tinggal bersama putranya lagi, walau jelas, A

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
@yantigothil
mommy kembali,,,kayaknya sih ,,ngarep lho,,makasih mba
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PRAS, and his destiny   Bab 58. Tentang Lily

    Edmon duduk di kursi ruang tamu apartemen sederhana miliknya. Ia memangku kotak warna cokelat, perlahan membukanya. Tampak banyak benda-benda yang lama ia simpan. Termasuk foto mendingan istri dan gadis kecil bermata yang sama dengan Lily. “Apa, kau Dasha, putriku yang hilang di culik mereka. Para penjahat itu?” jemari Edmon bergetar. Pria dengan wajah dominan Rusia itu mendadak pucat. Ia mengambil foto istrinya – Orlena – yang meninggal karena tertembak tepat di dadanya. Kepala Edmon tertunduk, ia beranjak cepat, mengambil mantel seraya memakainya dengan cepat, menyambar kunci mobil lalu bergegas meninggalkan apartemen itu menuju ke kantornya. Kantor polisi. Tak butuh waktu lama, ia sudah memarkirkan mobilnya, turun dengan cepat lalu berlari. Beberapa rekannya menatap bingung. “Opsir, apa yang terjadi?” tanya salah satu rekan. “Carikan aku berkas putriku yang hilang, Dasha Lena Edmona. Cepat!” perintahnya. Rekannya mengangguk. Edmon berdebar tak karuan, jika

    Last Updated : 2021-09-15
  • PRAS, and his destiny   Bab 59. Luapan Rindu

    Kedua mata Andreas juga istrinya terkejut melihat siapa yang mengetuk pintu rumah kayu sederhana itu. Tak percaya hingga keduanya lemas. 3 orang berdiri di sana menatap mereka, tepatnya menemukan mereka. Gemetar, itu yang keduanya rasakan.Pras memanggil Andreas, ia hanya bisa bergeming, justru 3 orang itu yang masuk ke dalam rumah menuju ke sumber suara. Derap langkahnya menimbulkan suara hentakan sepatu yang bertemu lantai kayu. Mereka tiba di ambang pintu, menatap Pras yang tak kalah terkejut dengan apa yang ia lihat. Ia pun ikut gemetar, hingga tak bisa bersuara.***Lily memeluk Edmon saat mengantarkan ia ke sekolah, semenjak pindah ke apartemen ayahnya, ia selalu tampak bahagia, walau masih bekerja di minimarket karena Lily ingin ada kegiatan, Edmon pun mengalah. Dre melihat dari jarak jauh, ia bingung, siapa Opsir itu? Akhirnya setelah Edmon pergi, Dre berjalan mendekati Lily.“Hei,” sapa Lily saat melihat Dre yang langsung memeluknya.

    Last Updated : 2021-09-16
  • PRAS, and his destiny   Bab 60. Kecurigaan

    Senyum tak pergi dari wajah cantik Lily, selepas pulang sekolah dan berjalan keluar area bangunan itu, Lily sudah melihat mobil partoli plisi yang biasa digunakan Edmon terparkir di halaman sekolah. Lily berlari kecil menghampiri sang ayah. Ia seperti anak kecil, dan Edmon juga merasa bahagia menyambut putrinya yang tumbuh menjadi gadis cantik dan anggun seperti mendiang istrinya.“Bagaimana sekolah mu, Ly?” tanya Edmon sembari meletakkan tas di jok belakang sementara Lily sudah duduk di dalam mobil, melongokkan kepala ke jendela yang ia buka.“Baik, dan manis. Ayah bagaimana?” tanyanya balik. Edmon menaruh satu tangan di atas mobil kemudian mencondongkan kepala ke arah Lily.“Manis? Apa ada yang perlu Ayah tau dari putri kecil Ayah, hem?” Edmon menatap Lily curiga. Putrinya mengulum senyum lalu menutup wajahnya karena malu. Edmon berjalan memutar lalu masuk dan duduk di balik kemudi.“Ayah, aku mau menceritakan s

    Last Updated : 2021-09-17
  • PRAS, and his destiny   Bab 61. Strategi

    Pras duduk di kursi kayu di depan perapian untuk menghangatkan tubuhnya, ia baru saja menikmati waffle dan madu, juga secangkir teh hangat bikinin istri Andreas. Ia mendengkus, semenjak kehadiran ketiga orang itu, ia tak henti memikirkan langkah untuk kembali meraih semua yang ia bangun di Zurich. Namun sepertinya, beberapa pihak seolah tak mau Pras melakukan itu, karena sejatinya, percuma ia kaya raya tapi tak bahagia.“Sisakan saham untuk Alexander kembangkan saja, Pak, saran saya,” ucap Andreas yang duduk di hadapannya pada kursi kayu juga. Pras menoleh, tersenyum getir mengingat bagaimana perjuangannya selama ini.“ Apa putraku akan sanggup hidup sederhana?” tanya Pras. Andreas terkekeh.“Sederhana bagaimana jika ia masih punya banyak warisan anda yang tak akan habis bahkan, jika Alex memiliki cucu. Menurut saya, sekarang saatnya Pak Pras menikmati hidup yang sesungguhnya, biarkan Alex yang meneruskan. Perusahaan di tanah air ju

    Last Updated : 2021-09-18
  • PRAS, and his destiny   Bab 62. Kesendirian

    Hawa dingin menusuk tubuh Pras walau sudah ia tutupi dengan mantel bulu yang tebal, kedua tangannya bahkan ia balut sarung tangan juga. Tatapannya memandang ke hamparan luas gunung yang tertutup salju tebal, walau matahari bersinar tampak cerah, kehangat masih tak ia rasakan. Ia merenungi fase hidupnya, tak semua orang merasa bahagia dengan banyaknya harta berlimpah, tetapi kebahagian yang ia inginkan hanya bersama keluarga dan orang-orang yang ia sayangi juga menyayanginya.Ia sendirian, duduk di kursi kayu halaman kecil rumah kayu itu yang atapnya juga sudah tertutup salju tebal, Andreas sedang naik tangga untuk membersihkan supaya yang merusak atap. Ia melirik ke Pras yang kondisinya jauh berbeda semenjak hal buruk menimpa perusahaan dan bisnisnya. Keruntuhan kerajaan yang ia bangun menghampiri.“Pak, jangan melamun,” tegus Andreas sambil berdiri di hadapan Pras dengan memegang sekop bergagang kayu, napas keduanya bahkan mengeluarkan asap dingin. Pras ha

    Last Updated : 2021-09-21
  • PRAS, and his destiny   Bab 63. She is back

    “Kau tau, aku hampir gila menunggumu Laurent, kau tega,” bisik Pras saat keduanya sudah bergelung di satu selimut yang sama. Saling memberikan kehangatan yang sungguh Pras rindukan. Ia mengecup lama kening Laurent yang berada di dalam pelukan hangat suami tercintanya. Memainkan jemari lentiknya dengan cat kuku warna krem di atas dada Pras yang tertutup kaos tipis. “Masih belum yakin dengan kondisiku, Rent?” lirik Pras saat kedua matanya bertemu tatap dengan mata Laurent yang sayu. “Kau masih belum pulih, Sayang. Aku ingin kita begini, tanpa melakukan hal lain dulu.” Pelukan Laurent erat, tangannya melingkar di pinggang Pras. Tangan Pras mengusap bahu Laurent yang terbalut baju lengan panjang. Mereka menatap pemandangan gunung bersalju dari balik jendela. “Mereka tak tampak terkejut saat tau kau tiba di sini lagi?” tanya Pras pelan. “Aku sudah bilang pada Andreas, dan Fausto, jika aku akan kembali mulai hari ini. Semua yang kupersiapkan sudah selesai.

    Last Updated : 2021-09-22
  • PRAS, and his destiny   Bab 64. Obat Rindu

    Suasana bandara di kota Roma, Italy itu begitu ramai. Hiruk pikuk orang-orang yang berlalu lalang membuat Alexander harus sedikit berjinjit mencari sosok yang ia tunggu sejak satu jam lalu. Sejak semalam ia tak bisa tidur, memikirkan bagaimana ia akan bertemu Lily setelah dua minggu tak bersua. Alex tak sendiri, Uncle el ikut beserta para pengawal yang menjaga tersebar di sekitar ruang penjemputan itu.Pemuda itu membawa satu buket bunga mawar sebagai hadiah selamat datang untuk Lily. Ingatlah, pria Italy terkenal romantis dan bisa membuat luluh para kaum hawa dengan sejuta pesonanya, bukan? Alexander pun sama. Fausto tak ikut menjemput, ia di rumah, mempersiapkan kamar untuk Lily, makanan rumahan ala keluarga Italy dan juga tentang Belinda. Iya, wanita itu juga menjadi sosok yang dirindukan Fausto.Pintu kaca otomatis itu terbuka bergeser, satu persatu penumpang pesawat dari Zurich berjalan keluar dengan mendorong tas koper bahkan ada yang menggunakan troli untuk meng

    Last Updated : 2021-09-24
  • PRAS, and his destiny   Bab 65. Gelato

    Alex tak lepas menggandeng jemari tangan Lily setibanya mereka di lokasi kedai yang banyak menjual Gelato, makanan ringan hingga restoran mahal di kawasan elit kota Roma. Lily tak lepas tertawa saat Alex melempar candaan atau sekedar mengomentari apa yang ada disekitar mereka. “Gelato saja, Lex, sore ini cerah, tak hujan seperti sebelumnya,” ucap Lily. “Tapi cuaca dingin, Ly, sekarang bulan November,” sanggah Alex. “Aku mau Gelato, Sayangku. Temani aku jika kau tidak mau.” Lily melirik Alex lalu mendorong pintu masuk kedai. Alex hanya mendengkus, ia mengikuti kekasihnya masuk ke kedai itu. Lily memesan Gelato rasa cheese cake dan pistachio. Alex mengeluarkan uang tunai, untuk membayar sedangkan Lily menerima cup besar berisi dua gelato pesanannya dengan sendok di atasnya. “Kita duduk di luar,” ajak Lily. Alex menuruti. Lily duduk, ia tersenyum melihat gelato di hadapannya. Alex beranjak, ia ingin memakan Tramezzino, roti berbentuk segitiga, salah satu

    Last Updated : 2021-09-25

Latest chapter

  • PRAS, and his destiny   Bab 85. Takdir yang berakhir penuh kebahagian.

    “Bagaimana kondisinya?” tampak Pras dan Alex berbicara dengan tatapan serius. Suami Lily itu mengusap kasar wajahnya, lalu menatap ke satu titik yang sejak awal kedua pria itu berada di sana, menjadi pusat perhatiannya. “Entahlah, Dad, bagaimana menurutmu. Aku harus apa menghadapi ini semua?” Alex justru balik bertanya. Pras terus berpikir keras, hingga pintu itu terbuka, menampakkan Laurent yang menatap penuh rasa bahagia. “KETIGANYA SUDAH LAHIR! Cucu kita sudah lahir, Pras!” teriak Laurent yang menemani Lily menjalani operasi sesar. Alex menunduk, perlahan terdengar isakan tangis penuh rasa haru juga bahagia. Pras memeluk putranya itu. “Aku sudah menjadi Ayah, Dad!” teriak Alex begitu bangga dengan dirinya. Laurent kembali masuk ke dalam ruang operasi. Derap langkah Fausto dan Belinda terdengar. “Sudah lahir?” tanya Belinda sembari menggendong putra keduanya. Alex beranjak. “Ayah! Ibu!” Alex berjalan mendekat, memeluk Fausto erat, berganti k

  • PRAS, and his destiny   84. Dunia baru Pras dan takdirnya

    Satu bulan berlalu. Alex dan Lily sudah tinggal di apartemen yang mereka sewa di tengah kota Roma. Mereka tak henti saling meluapkan rasa cinta dan sayang. Lily tak mau menikmati fasilitas yang ditawarkan Fausto, seperti mencuci pakaian di laundry, makanan selalu dikirim oleh pelayan dari rumah utama Fausto di Roma yang jaraknya tak jauh dari apartemen mereka, juga mobil mewah yang disediakan juga. Keduanya menolak kompak. Tapi, jelas, Fausto tak menuruti begitu saja. Para pengawal terus berjaga walau dengan jarak yang cukup jauh, bagaimana pun, keduanya adalah keluarga Fausto, siapa yang tak tau.Kehamilan Belinda sudah menginjak bulan ke tujuh, jenis kelamin bayi dikandungnya, laki-laki. Alex loncat-loncat saking senangnya akan mendapatkan adik laki-laki. Kado ulang tahun Alexander terbaik dari kedua orang tua kandungnya, sementara Pras dan Laurent, sibuk mengelola perkebunan anggur mereka, Edmon ikut repot karena Pras meminta dibuatkan system keamanan juga mengatur para pe

  • PRAS, and his destiny   Bab 83. A thousand years (21+)

    Gaun panjang berwarna putih tulang, dengan bahan satin berpadu lace yang memberikan efek klasik menyesuaikan lekuk tubuh pemakaianya, tampak indah saat dikenakan Lily yang berdiri di ujung pintu gereja, merangkul lengan sang ayah – Edmon – yang tampak beberapa kali harus mengatur napas juga air mata yang beberapa kali keluar dari sudut matanya. Putri cantiknya tampak berdebar mana kala menunggu pintu itu terbuka dan mereka berdua akan berjalan masuk menuju altar dengan karpet merah yang membentang hingga ke hadapan pendeta.Edmon menatap sekali lagi putrinya yang mendongak membals tatapannya, kerudung panjang berwarna senada menjuntai panjang menutupi kepala hingga seluruh bagian tubuh belakang Lily, hanya menyisakan sebagian rambut cokelat indahnya yang di tata begitu rapi tanpa menghilangkan kesan usianya yang sebentar lagi baru tujuh belas tahun.“Aku sudah cantik, Ayah? Tidak buruk riasannya, bukan?” tanya Lily menatap sang sayah.&ld

  • PRAS, and his destiny   Bab 82.Keluarga bagi Pras

    “Lalu… apa Tuan Pras sungguh rela melepaskan apa yang sudah dikerjakan selama puluhan tahun ini dan memilih untuk berada di sini, di negara baru, juga merintis bisnis barunya?” tanya seorang reporter pria saat Pras diundang ke salah satu acara TV Show tentang bisnis dan karir cemerlang para pengusaha, yang ada di kota Roma, Italia.Pras tersenyum sejenak sebelum menjawab pertanyaan itu, ia mencoba merangkai kalimat sesederhana mungkin supaya akan sampai pesan yang ia maksud. Ia melirik ke istri cantiknya yang duduk di kursi penonton, studio itu besar, dan Pras cukup bangga bisa berada di acara TV dengan rating tinggi itu.“Ya, saya tidak perlu meragukan apa pun lagi untuk melepaskan semua yang saya peroleh di Swiss, sudah cukup untuk kami, saya dan istri saya berkutat dengan bisnis yang sangat menyita waktu. Usia kami tak muda lagi, kami pun sadar, ternyata, terlalu giat mencari uang dan mengumpulkan kekayaan, akan percuma jika waktu bersama ke

  • PRAS, and his destiny   Bab 81. Ladies Day

    “Aku lebih suka gaun yang ini, Ly, kau akan kenakan saat resepsi nanti, bukan?” tunjuk Jessie kepada gaun peseta berwarna champange kepada Lily saat keduanya berada di salah satu butik terkenal di kota Zurich. Laurent sudah menghubungi rekannya, jika calon menantunya sedang mencari gaun untuk pesta resepsi pernikahan.“Apa tidak terlalu terang untuk acara malam hari, Jes?” Lily menatap lekat gaun yang masih berada di manekin.“Tidak, warna ini sedang populer. Alex juga akan terlihat tampan dengan warna jas senada dengan gaun ini, lalu dikombinasi kemeja warna putih. Kalian berdua akan shinning di malam hari, Ly.” Tukas Jessie kemudian. Lily menimbang-nimbang, ia masih mencari warna lain.“Bagaimana dengan warna merah terang?” tanyanya. Jessie menggelengkan kepala.“Kau memang akan menjadi pusat perhatian, tapi… entahlah, mengapa aku merasa warna itu pasaran ya,” kelakar Jess

  • PRAS, and his destiny   Bab 80. Back to school

    Suara teriakan bahagia terdengar di kantin mana kala mereka melihat Lily dan Alexander yang berjalan begitu mesra. Mereka kembali ke sekolah setelah Pras dan Laurent mengurus tentang menghilangnya mereka beberapa bulan belakangan. Keduanya di tuntut mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk, juga mempelajari materi sebelum ujian kelulusan.“Aku terkejut saat tau Dre meninggal, Lex? Bagaimana bisa ia kecelakaan motor dan terjatuh, Dre pengendara motor yang hebat, bukan?” tanya Jessie yang kini berubah berdandan natural, duduk di hadapan pasangan itu.“Ya, begitulah, musibah,” jawab Alex santai. Jessie mengangguk. Ia menatap Lily, lalu melirik ke cincin yang Alex berikan untuk Lily.“Mmm… kapan kalian akan meresmikannya? Aku tidak sabar untuk hadir di pemberkatan kalian,” ledek Jessie.“Kau tidak cemburu?” celetuk Alex lalu mendapat cubitan kecil di pinggangnya dari Lily. Jessie tertawa.“Lex

  • PRAS, and his destiny   Bab 79. Tatapan

    Jemari tangan Pras membelai lembut punggung mulus istrinya, lalu mencium lama di sana, memeluk erat lalu kembali ia raba dengan jemari tangannya. Laurent berbalik badan, menghadap suaminya yang tak tampak tua di matanya, mengusap rahang tegas Pras lalu menarik wajah itu mendekat ke bibir Laurent. Wanita itu mengecup lama, lalu menatap.“Kali ini, apa yang mau kita lakuin, Pras, aku lelah jika terus mengejar materi dan hidup bergelimang harta.” Jemari Laurent bermain di surai Pras, pria itu tersenyum, memejamkan mata, meresapi buaian Laurent yang selalu menghanyutkannya.“Kita rintis bisnis anggur milik kita sendiri.” Pras mengerlingkan mata. Laurent menganga.“Kerja lagi?! Pras!” protes Laurent. Pras tertawa, ia merangkak ke atas Laurent lagi, keduanya masih bertelanjang bulat setelah perang di atas ranjang sejak tiga jam lalu.Laurent melenguh panjang, bibirnya terbuka dan dadanya membusung. Pras memasukan senjatanya l

  • PRAS, and his destiny   Bab 78. Memulai kembali

    Alex membuka mata, di tatapnya wajah teduh Lily yang masih tertidur di sampingnya. Alex mendekatkan wajahnya, mencium kening Lily yang bergeliat pelan. Perlahan, pemuda itu beranjak, membiarkan Lily yang masih terlelap. Tak lupa ia memakai kembali kaos dan celana jeansnya dengan pelan. Ia merasakan nyeri di kaki kirinya itu. Setelah siap, ia bergegas keluar dari dalam kamar. Tak lupa tersenyum saat kembali menutup pintu kamar kekasihnya itu. “Pagi, Ayah, Ibu…” sapa Alex yang langsung duduk di kursi meja makan.” “Pagi, ‘nak, mandi dulu. Kamarmu sebelah sana,” tunjuk Belinda ke arah Barat lantai dua. “Nanti setelah makan, aku lapar, Bu,” ucap Alex seraya meminum kopi di cangkir. “Jangan manja. Kau akan menjadi Kakak tidak lama lagi,” celoteh Fausto. Alex diam, tak lama setelah mencerna ucapan ayahnya, ia membelalakan mata. “Ibu… hamil? Mengandung Adikku?!” Ibu!” Alex berdiri, ia menganga lalu memeluk Belinda. “Selamat Ibu, aku bahagia me

  • PRAS, and his destiny   Bab 77. Tak Peduli

    Lily bersiap untuk tidur, ia menutup pintu kaca balkon kamarnya, lalu tirai renda putih ia rapatkan juga.“Maaf…” Lily terkejut, lengan kekar itu melingkat di pinggangnya, membuat ia mau tak mau memejamkan kedua matanya. Perlahan, Lily melepaskan pelukan itu, lalu berjalan keluar pintu, ia membuka lebar lalu mengusir Alex dengan tatapan dan tangannya yang meminta Alex keluar. Pemuda itu menggelengkan kepala, ia bersedekap, bersandar di pintu lemari pakaian Lily dengan langkah terpincang. Lily diam, hatinya kembali seperti di remas, namun ia juga marah dengan pemuda tampan itu, walau bekas luka masih tampak di wajahnya. Hanya luka lecet.“Keluar, aku mau tidur.” Ucap Lily ketus. Alex menggeleng lagi. “Terserah.” Ketus Lily sembari beranjak ke atas ranjang, merebahkan tubuhnya ke posisi kanan, menghadap dinding, memunggungi Alex.“Aku merindukanmu, Sayang,” suara itu terdengar, Lily masih diam, ia masa bodoh.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status