Beranda / Thriller / POLIGRAF / Usai Wawancara

Share

Usai Wawancara

Penulis: Biru Gerimis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-02 22:09:51

"Tita, gue pergi dulu ya. Mesti balik ke rumah sakit nih."

Kala berbisik pada Tita yang sedang sibuk memeragakan adegan wawancara dengan Efran sesudah makan malam yang tak diinginkannya selesai. Selain karena cepat-cepat ingin tahu informasi yang telah diserap oleh ponselnya, Kala juga khawatir telah minggat terlalu lama. Bisa saja saat ini ibunya terbangun dan menyadari Kala menghilang dari brankarnya kemudian membuat kegemparan. Ia bahkan yakin ibunya tidak akan malu-malu berlari ke kantor polisi dan melaporkan kalau putranya telah diculik dalam guyuran air mata.

"Oke, hati-hati di jalan ya. Sori gue nggak bisa nganterin lo. Wawancaranya belum selesai soalnya."

Tita balas berbisik ketika Efran menjawab pertanyaan perihal inovasi yang bakal diluncurkannya jika berhasil memenangi pemilihan walikota Ryha dengan antusias.

"Nggak apa-apa. Gue bisa sendiri. Thanks ya bantuannya. Gue terima kasih banget nih."

Meskipun matanya masih terpancang ke wajah Efran, Tita
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • POLIGRAF   Cerai?

    Citra tidak langsung menjawab pertanyaan mendesak yang ditembakkan ayahnya. Matanya menatap resah ke wajah suaminya. Walaupun ia sudah mengalami penganiayaan begitu rupa, rupanya masih tersisa secuil rasa iba terhadap nasib yang mungkin menimpa Profesor Gani jika ia mengatakan yang sebenarnya. Bagaimanapun juga, pria yang sudah menjelma menjadi sosok yang sangat menyeramkan di depannya itu adalah orang yang Citra pilih dari sekian milyar manusia untuk ia nikahi, makhluk yang telah menghadiahkan Neta kepadanya."Kenapa tidak menjawab, Nak? Jangan takut! Bilang saja pada Ayah apa yang sudah dilakukan orang brengsek itu sampai penampilanmu kacau begini? Apa dia memukulmu? Menyiksamu?"Meskipun sebisa mungkin berusaha kelihatan tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa, Profesor Gani nyatanya tegang juga. Ia tahu betul hal mengerikan seperti apa yang sanggup dilakukan ayah mertuanya yang murka kepadanya. Itulah alasannya selama ini ia berupaya untuk tidak melukai istrinya, wanita memukau itu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-04
  • POLIGRAF   Bawa

    "Ibad sudah ditemukan, Ketua? Beneran? Syukurlah. Bagaimana kondisinya?"Sakil agak menjauhkan ponsel Dion yang kali ini dipinjamnya untuk menyelamatkan telinganya dari teriakan histeris Yudi yang mengalir melalui sinyal telpon. Kalau didengar, mungkin Yudi mengatakannya sambil melonjak-lonjak di seberang telpon. Sakil belum pernah mendengar suara anggota timnya itu seantusias ini, bahkan ia sudah menganggap Yudi dikutuk untuk hidup dalam kekakuan sikap dan tidak bisa mengekspresikan perasaannya."Dia masih hidup. Tolong sampaikan kabar ini ke Pak Neco. Saya tutup telponnya dulu. Saya mau telpon ambulans. Kamu mengerti?"Tapi, yang menyambut kalimat Sakil adalah kesenyapan. Situasi itu berlangsung cukup lama sampai Sakil berpikir bahwa telponnya terputus. Namun, ketika ia memelototi layar ponselnya yang diterangkan, jidatnya mengernyit karena ternyata telponnya masih tersambung. Lalu, kenapa Yudi tidak merespons?"Halo, Yudi? Kenapa tidak menjawab? Kamu dengar s

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • POLIGRAF   Perjalanan

    Setelah penantian yang terasa seperti satu pekan yang mengenaskan, karena meskipun orang-orang yang menyapa Efran menyembunyikannya, Kala tahu dari kerlingan aneh dan jidat berkerut mereka bahwa kehadiran Kala dengan fashion rumah sakitnya yang ajaib sama sekali tidak pantas mendampingi sang Wakil Walikota. Sebab itu, sebisa mungkin Kala berupaya terlihat tidak memiliki kaitan dengan Efran lebih dari dua manusia yang baru kenal dan salah satunya hanya mengantar yang lain pulang sebagai tanda kesopanan.Meskipun begitu, tidak satupun dari makhluk dengan berbagai kepentingan itu menunjukkan ketertarikan terhadap perwujudan Kala dengan cara mempertanyakannya, kecuali seorang wanita glamor yang kilauan emas di semua bagian tubuhnya yang terlihat agak menyilaukan mata tiap kali ia menggerakkannya."Siapa dia, Efran?"Kala hanya bisa mengangguk canggung sambil tersenyum tidak tulus. Efran berpaling sejenak untuk melihatnya kemudian menatap wajah gemuk wanita di hadapannya

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-06
  • POLIGRAF   Dikejar (Lagi)

    "Sialan, sialan, sialan!"Satu kata itu saja yang sanggup diulang Profesor Gani sejak ia memutuskan untuk menjadi orang yang dikejar dengan kecepatan gila-gilaan oleh pengawal ayah mertuanya. Jalanan yang sudah agak sepi turut serta menjadi faktor penyebab mobilnya tidak berakhir dengan menyenggol mobil lain walaupun tiap beberapa detik sekali ia merasa berkewajiban melirik kaca spion di sisi kanannya dan menemukan dua mobil hitam yang memburunya sehingga kata itu terlontar lagi dari mulutnya.Tapi, situasi jalanan yang seperti itu juga memberi keuntungan kepada pengejarnya untuk menggunting jarak, sehingga hanya dalam beberapa menit saja, Profesor Gani dan pengawal ayah mertuanya hanya dipisahkan oleh dua mobil saja."Sialan, sialan, sialan!"Profesor Gani mengumpat lagi. Perburuan ini membuat kebencian terhadap istrinya, wanita memukau itu, tumbuh begitu cepat dan sebentar saja sudah menguasai tubuhnya.Namun, urusan dengan istrinya dapat menunggu. Sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • POLIGRAF   Ambulans

    Suara sirene ambulans yang memekik-mekik mencegah AKBP Neco menyampaikan apapun yang ingin dikatakannya kepada Dion. Matanya mengikuti pergerakan ambulans yang semakin mendekat dan akhirnya berhenti di jalan sebelah tenda mereka. Dua perawat pria berseragam coklat segera melompat dari mobil, mengeluarkan brankar, dan berlari menuju tenda. Usai mengangkat Ibad ke brankar dengan bantuan banyak tenaga, mereka kemudian kembali ke ambulans dikawal oleh belasan orang berpakaian selam."Permisi, tolong beri jalan. Saya mau temani Ibad ke rumah sakit."Manusia-manusia yang mendengar seruan itu dari belakang mereka spontan menoleh dan disusul dengan memberikan celah kepada Kila yang sudah berganti pakaian dan Pita yang masih mempertahankan busana lembapnya.Setelah dua perawat dan brankar yang mengangkut Ibad sudah menemukan posisi nyaman di dalam ambulans, Pita bergabung ke dalam rombongan kecil itu.Kila baru menaikkan satu kakinya untuk memasuki ambulans ketika sebuah

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • POLIGRAF   Perkenalan

    "Sepertinya ada pasien yang baru datang, ya."Efran berujar sambil matanya terpancang pada ambulans putih yang masih ngotot memekik-mekik. Ketiadaan kendaraan di antara mobilnya dan ambulans memberinya akses langsung untuk menyaksikan situasi.Kala tidak sempat menanggapi karena terlalu terperangah ketika pintu belakang ambulans terbuka dan yang meloncat lebih dulu dari dalamnya adalah wanita berambut bob sebahu yang dikenali sebagai kakaknya."Kak Kila?"Tatapan Efran berpindah dari ambulans yang sedang menurunkan pasien ke Kala yang tampak terkejut dan kembali lagi ke ambulans."Kamu kenal pasien itu?"Kala menggeleng cepat-cepat."Bukan pasiennya. Wanita yang lebih dulu turun dari ambulans itu kakak saya. Kalau begitu, jangan-jangan...."Pemahaman yang tiba-tiba menghajar jidatnya membuat Kala turun dari mobil tanpa kata dan berlari mendekati brankar yang sudah diturunkan dari ambulans."Kala? Sedang apa di sini?"Yang menyadari kedata

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • POLIGRAF   Alun-alun Kota Ryha

    Profesor Gani berhenti berlari dan memilih menoleh saat mendengar hardikan yang sarat dengan kemurkaan itu. Seperti dugaannya, yang membuat pria berkemeja biru itu memekik-mekik adalah ulah salah satu dari empat pengawal ayah mertuanya yang minggat begitu saja usai menabrak jatuh seorang wanita sehingga ia terkapar menyedihkan di tanah berumput yang dihiasi plang mengancam berbunyi "Jangan Menginjak Rumput".Tapi, Profesor Gani tidak bisa menikmati umpatan yang diluncurkan oleh pria berkemeja biru itu lebih lama sebab ia harus cepat-cepat berada di luar jangkauan pandang para pengawal itu demi keselamatannya sendiri.Setelah berlari agak lama menyeberangi alun-alun yang berbentuk persegi itu, Profesor Gani akhirnya berhenti di balik pohon besar dengan banyak akar gantung yang dipercaya orang-orang dahulu sebagai tempat makhluk halus bertahta, satu-satunya tempat yang ia lihat tidak dijilati cahaya lampu sepenuhnya.Dari balik persembunyiannya, Profesor Gani menginta

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • POLIGRAF   Janjian

    "Profesor itu mana, sih? Dia sudah telat lima belas menit. Kalau dia tidak datang lima belas menit lagi, saya akan pulang dan tidak akan mau diajak janjian ketemu lagi."AKBP Neco menggerutu geram. Ia sudah lelah menunggu Profesor Gani di tempat yang dijanjikan: dalam mobil di tempat parkir Hotel Ryha. Pilihan lokasi yang agak aneh.Usai melongok arloji di tangan kirinya, AKBP Neco melempar napas jengkel. Hari ini sangat tidak menyenangkan baginya. Diserang ibunya Fatih sampai ia mesti dikawal oleh perban dan plester, kecelakaan kapal tenggelam yang menyibukkan, sampai dengan insiden penculikan yang diwarnai aksi penyanderaan Pita dan adik Kila yang berujung dengan pencarian Ibad yang sempat hilang di laut. Kejadian yang berpotensi besar bakal mengancam jabatannya di Kepolisian Ryha.Lima menit lagi berlari dan Profesor Gani masih belum mewujudkan dirinya. AKBP Neco meraup ponsel dari tempatnya yang tergantung di bagian depan pinggang sebelah kiri, agak sulit karena

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12

Bab terbaru

  • POLIGRAF   Kehidupan

    Kila dan gerombolannya yang terdiri dari Kala, Pita, Tita, ibu Fatih, ibu Lavi, dan ibu Neta menunggu di depan pintu utama gedung pengadilan. Beberapa meter dari tempat mereka berdiri, bercokol puluhan reporter dari berbagai media, baik koran, radio, atau daring seantero Kota Ryha, siaga menunggu kemunculan bintang utama sidang lanjutan kasus pembunuhan di bukit yang baru saja selesai digelar."Kok lo nggak ikutan gabung dengan para reporter di sana, Tita? Lagi malas kerja, ya? Ntar keduluan mereka cetak hot news loh!"Tita melirik saja kawanan yang dimaksud kakaknya dengan gestur nyaris tidak peduli."Biarin aja. Gue udah ajakin mereka buat gali lebih dalam kasus ini dan mereka nggak mau. Giliran Neta buat pengakuan aja mereka baru kalang kabut. Gue punya bahan berita yang lebih banyak dari mereka, gue kan ngikutin kasus ini dari awal. Tenang aja Kak, gue bakal pasang foto lo yang cantik di media daring gue."Mata Pita membulat riang mendengar janji adiknya. Ia kemu

  • POLIGRAF   Sidang Lanjutan

    "Sebenarnya, saya ingin membuat pengakuan, Yang Mulia."Hadirin sidang lanjutan kasus pembunuhan di bukit, yang lebih membludak daripada sebelumnya, tiba-tiba terdiam mendengar ucapan wanita berambut layer sebahu dan mengenakan sandang mahal yang duduk di kursi saksi di tengah ruangan.Ketua majelis hakim, pria berambut keabuan berwajah kebapakan itu memerbaiki gagang kacamatanya dengan ekspresi bingung kemudian mengangguk."Pengakuan apa, Saudara Saksi?"Wanita itu, Neta, tidak langsung menjawab. Ia justru menoleh ke jejeran kursi penonton sidang di belakang, ke arah Kala yang manggut-manggut menyemangati, Kila yang tersenyum, ibu Lavi yang terlihat ratusan tahun lebih tua, dan ibunya yang tidak berhenti menyemburkan tangisan sejak sidang dimulai, bahkan sejak ia duduk di ruangan itu.Setelah menghamburkan senyum lemah pada orang-orang itu, Neta memantapkan hati dan menoleh kembali ke meja majelis hakim."Sayalah yang telah membunuh Lavi di bukit menggunakan arsenik yang dicampur dal

  • POLIGRAF   Sadar

    Kelopak mata Kala tersentak membuka dengan napas berlarian. Bola matanya nyalang jelalatan menjelajahi tempatnya terkapar. Ia baru saja bersiap bangkit dan melanjutkan perlawanannya demi menyelamatkan Neta dari tindakan beringas Fikri dengan menggerakkan tangan kanannya ketika Kala sadar, setelah melihat infus, bahwa ia sudah tidak berada di hutan lagi.Kala memelototi plester yang menempel di kulit tangannya untuk menghimpun ingatan yang sempat berserakan karena tidak sadarkan diri selama dua hari di rumah sakit."Sudah sadar, Ka? Gimana keadaan lo? Ada yang sakit? Kepala lo udah baikan?"Kala menoleh ke sumber suara dan menemukan kakaknya tengah berdiri di dekat pintu. Penampilannya yang lusuh akibat kurang tidur, dengan sweater abu-abu yang sudah dikenakan berhari-hari, sama persis dengan ingatan Kala tentang wujud Kila sebelum ia pingsan."Gue pingsan berapa lama, Kak? Kakak nggak pernah mandi ya selama gue pingsan? Kok nggak pernah ganti baju?"Kila menyorot

  • POLIGRAF   Dapat

    "Lep ... passs ..."Setelah beberapa menit hanya bisa megap-megap, akhirnya Neta mampu menembakkan satu kata dari mulutnya dengan suara yang teramat rendah. Agak kurang tepat jika disebut berujar, lebih pas jika dikatakan sebagai bisikan.Tapi Fikri tidak mendengarnya, atau mendengar namun tidak peduli. Ia justru semakin mengencangkan cekikannya karena penghalang satu-satunya sudah tumbang. Sekarang tidak ada lagi yang bisa menghalangi untuk menyelesaikan urusannya dengan cucu tunggalnya yang cuma bisa memproduksi masalah itu.Kala sendiri tengah terkapar di tanah, persis di sebelah kaki Fikri. Dengan kelopak mata yang sudah teramat ingin menutup tapi dipaksa sebisanya untuk tetap terkuak, Kala menyaksikan adegan pembantaian itu tanpa bisa melakukan apapun, bahkan hanya untuk menggerakkan sepotong jarinya.Fikri melirik sinis ke arah Kala di samping bawahnya kemudian menyeringai, merasa luar biasa riang dengan situasi ini. Setelah selesai dengan Neta, Fikri baru akan

  • POLIGRAF   Cari

    Kila memanjang-manjangkan leher dengan ekspresi resah. Sudah tiga puluh menit ia mencari Kala begitu menyadari bahwa adiknya tidak berada di lokasi kecelakaan.Saat polisi dan ambulans kota sebelah telah tiba di tempat terjadinya insiden, Kila yang mengetahui kalau Neta dan kakeknya tidak terdeteksi di manapun dari keterangan Citra berniat mengajak Kala untuk mencari mereka secara berjamaah.Tapi, Kila justru dibuat risau ketika matanya menjelajahi seantero jalanan, sela-sela mobil yang terlibat tabrakan, di antara masyarakat yang menonton, bahkan sampai memeriksa mobil yang terkapar di aspal, siapa tahu Kala sedang berurusan dengan orang yang terjebak di dalamnya, dan tidak menemukan adiknya."Bu Citra, apa Anda pernah melihat adik saya?"Citra yang juga sibuk mengidentifikasi lokasi demi mencari ayahnya dan Neta menoleh dengan raut kalut. Bagaimana bisa ia memerhatikan kehadiran manusia lain saat dua orang keluarganya lenyap?"Tidak, Bu Kila. Saya tidak pernah melihat adik Anda. Say

  • POLIGRAF   Bangkit

    "Sakit, Kek. Lepaskan!"Kesadaran Kala terhimpun kembali dan telinganya menjaring kalimat yang diteriakkan Neta itu. Berupaya keras membuka kelopak matanya yang serasa diselotip, Kala mencoba mengingat apa yang telah menimpanya dan di bumi bagian mana ia terkapar saat ini.Begitu kelopak matanya terkuak, hal pertama yang dilihat Kala adalah bidang luas halus berwarna biru muda: langit. Mengerjap beberapa kali dengan susah payah, Kala bisa merasakan tanah di bawah punggungnya dan menyadari kalau ia tengah terbaring di alam, entah apa sebabnya. Yang jelas bukan dalam rangka menikmati pemandangan karena setiap senti tubuhnya terasa sakit."Jawab! Kamu tahu anak muda itu bisa deteksi kebohongan, kan? Makanya kamu melepaskannya dari pegangan Kakek karena kamu tahu itu bisa membunuhnya?"Hardikan itu begitu mengagetkan sampai kelopak mata Kala tersentak, semua rasa berat dan lemah yang menggayutinya tiba-tiba lenyap, dan dengan satu gerakan cepat ia membangkitkan badannya agar duduk.Punggu

  • POLIGRAF   Sengaja

    Senyum mengerikan terpahat di wajah awet muda Fikri. Tatapannya pada Kala tak lagi seperti ingin mengusir. Sebaliknya, ia memberi Kala pandangan tertarik.Kala yang masih belum pulih sepenuhnya dari sakit kepala bertubi-tubi yang diperolehnya akibat menyentuh Fikri, sehingga kebanyakan menunduk, tidak menyadari perubahan ekspresi orang tua itu. Karena itu, ia sangat kaget saat tanah di depan matanya mempertontonkan sepasang sepatu pantofel berwarna hitam mengilat dari kulit asli.Saat mengangkat penglihatannya, Kala sampai tersentak ke belakang ketika menemukan muka Fikri yang hanya dihiasi sedikit kerut terpampang persis di depan hidungnya."Kemampuanmu sangat menarik sekaligus merepotkan, Anak Muda. Bagaimana rasanya bisa mendeteksi kebohongan? Menyenangkan? Tapi, sepertinya tidak terlalu membahagiakan kalau melihat bagaimana kamu kesakitan tiap menyentuh orang yang berbohong. Bagaimana kalau saya membantumu lepas dari kesakitan itu?"Tidak mengerti dengan yang dim

  • POLIGRAF   Ricuh

    "Apa? 20 tahun? Untuk kejahatan yang tidak anakku lakukan? Anda sudah sinting, Bu Jaksa?"Auman kemurkaan ibu Fatih menyambut usai Irsita menyampaikan tuntutannya. Dengan wajah aslinya yang berbedak kedengkian jaksa itu menoleh ke belakang, memberi wanita fashionable yang duduk di kursi penonton sidang barisan depan itu tatapan merendahkan."Jaga ucapan Anda, Bu. Anda tidak tahu sudah mengatai siapa? Kalau Anda tidak hati-hati, saya bisa menjadikan Anda menyusul putra Anda untuk duduk di kursi terdakwa."Ibu Fatih meradang mendengar ancaman Irsita. Ia sudah nyaris melompati pembatas kayu antara kursi penonton sidang dengan meja saksi beberapa meter di depannya, kalau tidak sigap ditahan oleh suami dan anak perempuannya."Lepaskan saya, Pak, Veli. Saya harus menghajar wanita jelmaan setan itu. Lepas!"Bunyi palu yang dipukul oleh pria berambut keabuan yang teronggok di kursi ketua majelis hakim menyadarkan ibu Fatih. Ia pun kembali duduk di kursinya dengan mata masih mendelik pada Irsi

  • POLIGRAF   Kecelakaan

    Kala memekik saat menyaksikan iringan mobil di depan mereka berpartisipasi dalam kecelakaan beruntun. Kila pun bereaksi sama dan cepat-cepat menghentikan mobilnya. Jarak mereka dengan mobil di depannya yang memang dijaga Kila agar tidak terlalu dekat, dalam rangka pengintaian yang dilakukan, membantu mereka tidak ikut serta dalam kekacauan itu."Apa yang terjadi, Kak? Kok mereka pada kecelakaan?"Kala berteriak setelah kakinya memijak bumi begitu keluar dari mobil yang telah dibawa Kila agak menjauh dari lokasi insiden."Gue juga nggak tahu, Ka. Sebentar, gue telpon polisi dan ambulans dulu."Mengangguk sekadarnya, Kala meninggalkan kakaknya yang sedang berurusan dengan ponselnya dan berjalan mendekati mobil yang paling dekat dengan mereka.Semua pintu mobil terkuak, pertanda seluruh penghuni telah minggat. Kala melanjutkan penjelajahannya ke mobil lain di depannya dan mendapati pemandangan yang sama."Gue udah telpon polisi dan ambulans. Mereka sedang perjal

DMCA.com Protection Status