PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)435. Informasi Dari Joko (Bagian A)Aku, Bi Ramlah, dan juga Mas Abi, langsung kompak saling berpandangan. Wajah kami semua menyiratkan satu hal yang sama, yaitu rasa heran dan juga kebingungan.Karena tak biasanya Joko bersikap semisterius ini, biasanya lelaki itu adalah pribadi yang kocak dan juga konyol. Rasa-rasanya, aku tidak pernah melihat Joko yang bersikap sedemikian tertutup.Seolah-olah ada yang disembunyikan oleh laki-laki itu, tetapi apa? Aku bahkan tidak bisa menebak raut wajahnya sama sekali, tidak bisa aku artikan. Sedangkan Mas Aji sendiri memang membelakangi kami, jadi aku juga tidak bisa melihat raut wajah kakak iparku itu.Mereka berbicara secara berbisik, tentu saja kami bertiga tidak mendengar. Jangankan aku yang duduk di meja kasir di dalam toko ini, sedangkan Mas Abi dan juga Bi Ramlah yang duduk di teras luar juga aku yakin tidak bisa mendengar.Seolah-olah pembicaraan mereka benar-benar amat rahasia, dan
436. Informasi Dari Joko (Bagian B)"Emang aku kelihatan terpuruk banget ya, Bi?" tanya Mas Aji tiba-tiba, dia menatap Bi Ramlah dengan pandangan lekat."Ya, jelas. Kamu itu kelihatan sedih, terpuruk, dan juga kosong. Memangnya apa yang dibicarakan oleh Joko tadi?" Bi Ramlah dengan nada penuh kehati-hatian."Saudara Joko yang ada di kecamatan sebelah, kan, kebetulan satu desa dengan keluarga Lisa di sana, dan saudaranya itu ngomong kalau dua hari yang lalu terjadi keributan yang besar di rumah keluarga Lisa," ujar Mas Aji dengan nada gamang."Hah, dua hari yang lalu?" tanya Bi Ramlah dengan nada terkejut. "Itu bukannya waktu kita nemenin Mbak Jumiati ke rumah Lisa, ya, An?" tanya Bi Ramlah dengan nada cepat, dia menatapku dengan pandangan bertanya.Aku mengangguk membenarkan karena memang dua hari yang lalu adalah, saat di mana Aku dan juga Bi Ramlah menemani Bude Jum, dan juga Mbak Suci ke rumah keluarga Mbak Lisa untuk meminta kalung yang dipakai oleh Bu Maryam pada saat itu."Waktu
437. Informasi Dari Joko (Bagian C)"Kenapa, Dek? Kamu mau ngomong apa, sih? Nggak usah melotot seperti itu! Kayak ngelihat hantu saja," ujar Mas Aji dengan cepat."Kalau Mbak Lisa memang benar pergi dari rumah, aku tahu Mbak Lisa itu ada di mana sekarang ini," ujarku dengan tak kalah cepat.Mata Mas Aji langsung membola, dia menatap ke arahku dengan pandangan tak percaya, seolah-olah aku baru saja mengatakan kalau aku menemukan harta karun yang amat banyak.Amat terlihat jelas keterkejutan ada di sana, dia sepertinya sama sekali tidak menyangka kalau apa yang baru saja dikatakan oleh Joko bisa jadi adalah suatu kebenaran."Di mana, Dek? Kamu tahu di mana Lisa?" tanya Mas Aji dengan cepat."Ya, aku nggak tahu pastinya. Tapi aku rasa-rasanya bisa menebak di mana keberadaan Mbak Lisa sekarang ini, karena kemarin Kang Ujang menanyakan sesuatu kepadaku yang benar-benar membuat aku terkejut. Tetapi karena aku rasa itu tidak mungkin jadi aku menyangkalnya," sahutku sambil mengangkat bahu. "
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)438. Perdebatan Aji dan Lisa (Bagian A)“EHEM!”Aku langsung dengan cepat menguasai keadaan, aku berdehem nyaring dan hal itu membuat semua orang yang ada di sini langsung tersadar. Bi Ramlah dan juga Mas Abi ikut berdehem canggung, sedangkan Mas Aji? Sama sekali tidak terpengaruh.Kakak iparku itu tetap saja menatap Mbak Lisa dengan pandangan lekat, dan hal itu benar-benar membuat aku hampir menepuk jidatku sendiri. Katanya sudah tidak sayang, tetapi masih saja dipelototi."Mbak!" Aku menyapa dengan ramah, dan hal itu membuat Bi Ramlah langsung menoleh ke arahku dengan pandangan aneh. Ah, ya! Aku belum menceritakan tentang kami yang sudah saling memaafkan padanya, pantas saja Bi Ramlah menunjukkan ekspresi seperti itu.Mbak Lisa masih berdiri di samping motor yang dia tumpangi, dia kelihatannya juga terkejut dan tidak tahu mau melakukan apa. Makanya dia berdiri canggung di sana, dan sesekali menunduk dan juga melirik ke arah Ma
439. Perdebatan Aji dan Lisa (Bagian B)Wajah Mbak Lisa yang semula tersenyum lebar, langsung berubah. Dia terlihat terkejut, dan kelihatan tidak menyangka kalau Bi Ramlah akan mengatakan hal barusan. Hal yang sangat masuk akal.Orang bodoh mana, yang mau belanja ke luar kecamatan, walaupun alasannya adalah yang jualan adalah saudaranya? Alasan yang sangat tidak masuk akal!Mbak Lisa menggigit bibir bawahnya dengan keras, terlihat sekali kalau saat ini dia sedang berpikir. Mungkin dia ingin menjawab pertanyaan Bi Ramlah, namun bingung harus menjawab apa."Nggak apa-apa, Bi. Sekalian ada keperluan di sini tadi," sahut Mbak Lisa pada akhirnya.Bi Ramlah hanya mengangguk, kelihatannya wanita itu tidak mau memaksa. Dia hanya tersenyum, namun dengan sejuta arti yang sulit untuk dipahami."Bagaimana keadaan Salsa dan Naufal, Mbak?" Mas Abi bertanya dengan nada penasaran, tersirat jelas rasa rindu ada di sana. "Mereka baik-baik saja, Alhamdulillah!" sahut Mbak Lisa sambil tersenyum kecil.
440. Perdebatan Aji dan Lisa (Bagian C)"Ah, token listrik!" seru Mbak Lisa dengan cepat. "Isi seratus ribu, An!" ujarnya sambil memberikan secarik kertas.Aku mengambil kertas itu dengan santai, dan langsung melakukan transaksi di ponselku. Setelah nomernya keluar, aku langsung menulisnya di secarik kertas dan memberikannya pada Mbak Lisa. "Ini, Mbak!" kataku dengan ceria."Oke, berapa semuanya?" tanya Mbak Lisa sambil mengeluarkan dompetnya."Lima ratus tujuh puluh tiga, Mbak!" Aku menyahut cepat."Ini!"Biar aku yang bayar!"Mbak Lisa menyodorkan beberapa lembar uang, bertepatan dengan suara Mas Aji yang tiba-tiba terdengar. Aku langsung menoleh, dan begitu juga dengan tiga orang lainnya. Bahkan aku bisa mendengar suara terkesiap kaget yang keluar dari belah bibir Mbak Lisa."Belanjaannya … biar aku yang bayar!" ujar Mas Aji semakin menekankan perkataannya."Oke!" jawabku dengan cepat."Nggak usah! Aku punya uang, Mas." Mbak Lisa juga menyahut tak kalah cepat, dia semakin menyodo
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)BAB 157441. Perkelahian Keluarga Parto (Bagian A)POV AUTHOR"Om, jadi gimana ini? Aku nggak mau masuk penjara!" Marwan mendengus, dan memandang edi dengan pandangan tajam.Rumah dari pasangan Parto dan juga Maryam itu terlihat lengang, hanya ada Edi, Marwan, Maryam, Rosa, dan juga sang kepala keluarga di sana. Walau ada banyak orang di sana, tapi ruangan empat kali empat itu malah cenderung suram dan sunyi.Semenjak Lisa dan juga anak-anaknya pergi dari rumah itu, tidak ada lagi suara anak-anak yang terdengar menghiasinya. Jikalau adapun hanyalah suara anak Rosa yang sedang meminta makan, karena anak Rosa tidak banyak bicara dan sibuk dengan tab miliknya.Seperti anak kota pada umumnya, bocah itu tidak banyak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Berbeda dengan Naufal dan Salsa, yang mempunyai banyak teman di sini. Kedua bocah hasil dari buah cinta Lisa dan Aji itu memang aktif, dan juga mudah bergaul.Kelima orang yang ada
442. Perkelahian Keluarga Parto (Bagian B)Padahal, seharusnya Paryo yang kesal, kenapa malah anak dan istrinya yang menunjukkan hal sebaliknya? Mereka ini benar-benar tidak belajar dari kesalahan, dan tidak belajar bagaimana mengendalikan emosi yang baik."Iya, Mbak. Dinginkan kepala kalian dulu, jangan berdebat hal yang nggak penting!" Edi menyahut dari seberang sana. Lelaki itu tengah menyesap rokoknya dengan dalam, lalu mengepulkan asapnya ke udara dengan gaya pongah. Walau diam begini, tapi dia sendiri tengah mencari jalan keluar untuk permasalah kakak dan juga keponakannya ini.Niatnya berkunjung ke sini untuk senang-senang, dan refreshing dari semua kegiatannya di kota sana, eh … malah mendapatkan banyak sekali kejutan dan juga kehebohan. Lisa dan Aji yang bercerai, investasi bodong yang Marwan lakoni, hingga pertengkaran yang tak kunjung usai.Jujur saja, Edi sudah mulai pusing. Bahkan istrinya sudah meminta untuk pulang semenjak semalam, tapi Edi jelas menolak. Dia tidak bis