Share

4. Amarah Mas Abi (Bagian A)

Penulis: Aksara Ocean
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

PILIH KASIH

4. Amarah Mas Abi (Bagian A)

~Aksara Ocean~

"Hah?!" Aku berteriak lantang. "Siapa yang mau jadi TKW? Aku?" Aku menunjuk wajahku sendiri.

"Mas Aji nyuruh aku kerja jadi TKW begitu?" tanyaku lagi, karena tidak ada yang menjawab ucapanku. "Atau aku yang salah tanggap?" Lanjutku dengan nada yang mengancam.

Semuanya terdiam dan kembali sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, Mas Abi masih menatap Mas Aji dan juga Mbak Lisa dengan pandangan membunuh, sedangkan kakak kandung suamiku itu mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

Mbak Lisa kembali sibuk dengan kegiatannya mengambil gambar, berkali-kali dia berganti gaya dan juga pose agar terlihat bagus. Tapi setelah apa yang mereka katakan tadi, aku sama sekali tidak bisa melihat sesuatu yang bagus dari Mbak Lisa maupun Mas Aji.

Mereka tidak lebih seperti suami istri kejam yang ada di sinetron-sinetron ikan terbang! Sialan!

"Kalian tidak mau menjawab pertanyaanku? Hah?!" Habis sudah kesabaranku, Mbak Lisa dan Mas Aji terperanjat kaget kemudian menatapku dengan kompak. "Siapa yang kalian suruh untuk menjadi TKW? Aku?" Kembali ku pertanyakan hal yang sama.

Mbak Lisa mendecak kemudian meletakkan ponselnya ke atas meja, dia lalu melipat tangannya dengan angkuh dan menatapku sambil memicingkan matanya.

"Masalahnya apa, An?" tanyanya dengan enteng. "Toh, kamu bisa kerja dan mendapatkan uang dari sana dan mengirimi Abi di sini. Biar bisa beli rumah, beli motor, punya kehidupan yang mumpuni!" ujarnya sambil menunjuk-nunjuk atap rumahku, lantai yang sudah pecah-pecah, dan dia juga menunjuk motorku yang memang belum di keluarkan dari rumah.

Mendengar jawabannya aku langsung menarik nafas panjang, sudah waktunya aku beri paham mereka ini sepertinya.

"Masalahnya adalah aku ini tanggungan Mas Abi, kok kalian ini ngotot sekali menyuruh aku bekerja? Suamiku saja santai, dia masih bisa menghidupiku! Kami ini hidup dengan nyaman!" Aku memikik di ujung kalimat, sepertinya kali imi aku akan meledak sangkin terlukanya harga diriku. "Kalian saja yang selalu merecoki kami, aku harus bekerja, harus ini, harus itu. Kalian hanya ipar, kalian adalah orang luar di dalam hubungan rumah tanggaku dan juga Mas Abi! Kami yang menjalani, kami yang lebih tahu apa yang kami butuhkan!" Nafasku tersengal, panjang lebar aku menjelaskan.

Mas Aji langsung menoleh dan menatapku dengan tajam, begitu juga dengan Mbak Lisa yang melotot menatapku. Aku tahu mereka tersinggung, biarkan saja karena itulah keinginanku aku juga ingin mereka sadar diri.

Mereka tidak berhak menghakimi dan mengatur kehidupan rumah tanggaku! Aku saja selalu tutup mata dengan rumah tangga mereka, kenapa mereka sepertinya melek sekali dengan kehidupan kami?

"Tambah lancang mulutmu itu ya, An!" Mas Aji menunjuk aku dengan marah. "Orang luar kamu bilang? Kalau kalian kesusahan maka kami yang akan ikut susah!" ujar Mas Aji lagi, Mbak Lisa dengan cepat mengangguk setuju.

Kali ini aku yang mendecih sinis, melipat tangan di dada. Walau susah tapi harga diriku tinggi, sepertinya sudah cukup sabar aku selama ini. Semakin sabar, semakin diinjak. Apa mereka pikir kami tidak bisa melawan? 

"Kapan kami menyusahkan, hah?" tanyaku menantang. "Pernah kami meminta beras pada kalian? Meminta bahan makanan? Bahkan ketika Mas Abi sakit dan kami meminjam uang untuk berobat kalian malah bilang tidak punya uang! Apakah mungkin? Pegawai negeri dengan kehidupan hedon, dan juga juragan sawit tidak mempunyai uang? Kalian hanya tidak ingin meminjamkan! Kami tidak pernah menyusahkan, tetapi kalian yang selalu merasa kesusahan" ujarku dengan nada mengejek

Puas sekali rasanya aku mengatakan hal itu, meluap sudah rasanya amarah yang selama ini berusaha aku bendung dengan sekuat tenaga. 

"Kalian-kalian ini memang tipe-tipe manusia SMS. Senang melihat orang susah, susah melihat orang senang!" Aku melontarkan ejekan lain.

"Ana!" Mbak Lisa memekik emosi.

“Apa? Aku tidak tuli!” balasku ikut terpancing. 

“Kamu keterlaluan!” tuding Mbak Lisa sambil menunjuk wajahku.

Hah? Apa katanya tadi? Aku lantas mengorek telingaku menggunakan kelingking, menunjukkan wajah masa bodoh yang sangat amat menjengkelkan. 

“Apa? Keterlaluan? Siapa? Aku?” tanyaku beruntun. “Nggak lah! Kalau kalian yang keterlaluan itu baru benar!” kataku sambil menyeringai.

Mbak Lisa melotot dan menyenggol lengan Mas Aji, wah meminta bantuan ternyata. Benar-benar manja! Begitulah kalau selalu dimanjakan oleh ibu dan Bapak, Mbak Lisa jadi lupa daratan dan menginginkan semua orang ikut memanjakannya dan juga menghormatinya.

“Lagipula, aku memang tidak akan pernah mengizinkan Ana untuk menjadi TKW. Dia sampai kapanpun adalah tanggung jawabku!” ujar Mas Abi tiba-tiba.

Ahhhh, suamiku keren sekali. Sumpah! 

“Ana benar, kenapa kalian yang ngotot menyuruh dia untuk menjadi TKW? Seperti aku meminta beras kalian saja, Mas, Mbak!” Mas Abi meminum teh yang terhidang, aku yakin bahkan teh itu sudah menjadi dingin sekarang ini. “Coba sekarang aku balik, aku meminta Mbak Lisa untuk menjadi TKW. Apakah Mas Aji akan mengizinkan?” tanya Mas ABi dengan nada menantang.

“Loh, kok bawa-bawa aku? Enak saja! Aku ini pegawai negeri, aku punya pekerjaan di sini dan aku tidak pernah menyusahkan orang lain!” ujar Mbak Lisa tidak terima.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Lagian apa salahnya sh jd tkw toh halal bkn disuruh ngelonte
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   5. Amarah Mas Abi (Bagian B)

    5. Amarah Mas Abi (Bagian B)“Lalu aku pernah menyusahkan? Begitu maksud, Mbak?” sambarku dengan cepat.Nafasku kembali menderu, emosi tadi yangs mepat reda kembali memuncak. Apa maksud kata-katanya? Kapan aku menyusahkan orang lain?“Kamu menyusahkan Abi!” ujarnya menudingku. “Kamu juga menyusahkan Ibu, An!” katanya lagi.“Hah?” Aku melongo, luar biasa bingung dengan kata-katanya. “Aku menyusahkan Mas Abi dan juga Ibu? Kapan, Mbak? Aku masih bisa pipis sendiri, masih bisa buang air sendiri, masih bisa makan sendiri, berjalan dan bahkan berlari aku juga masih bisa. Di bagian mana aku menyusahkan?” tanyaku mengejek.Mas Abi tergelak kecil, dan menepuk puncak kepalaku dengan lembut. Raut tegang yang dari tadi menggelayuti wajah tampannya sudah menghilang, terganti dengan raut geli yang menularkan tawa padaku.“Mbak, aku ini dari segi mana kalian anggap menyusahkan?” tanyaku mencoba bersikap terbuka.“Kamu itu tidak bekerja! Hak itu membuat gaji Abi habis hanya untukmu, dan Ibu keberatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   6. Ana yang Meledak! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant!)6. Ana yang Meledak! (Bagian A)*******“Ya ampun, Abi! Kenapa kau menjadi berlebihan seperti ini, sih?” Mas Aji memekik dengan kuat, wajahnya terlihat menyebalkan lengkap dengan mulutnya yang menganga lebar.Sialan! Tiba-tiba aku menjadi amat jijik dengan wajahnya itu, benar-benar wajah orang yang tidak memiliki rasa malu dan juga wajah orang tidak memiliki otak! Apa katanya tadi? Berlebihan? Wahhhh, aku yakin ada sesuatu yang salah dengan otak dari kakak suamiku ini.Aku langsung melirik Mas Abi setelahnya, dan suamiku itu hanya bisa menghela nafas lelah sambil mengusap kedua wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Aku bahkan bisa ikut merasakan, apa yang suamiku itu rasakan.Frustasi, jijik, marah, dan juga kecewa, bercampur aduk menjadi satu. Dasar keluarga toxic, aku bahkan tidak percaya akan mengalami sendiri kehidupan seperti drama-drama indonesia di stasiun televisi ikan terbang yang fenomenal itu.Tapi keny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   7. Anna yang meledak (Bagian B)

    7. Anna yang meledak (Bagian B)Aku menyunggingkan senyum kecil, jangan macam-macam sama orang pendiam. Sekali marah, kelar hidup kalian. Suamiku itu bucin nya sudah tingkat dewa langit dan juga dewa lautan. Yang tinggi dan luasnya tak terhingga."Eh, eh, jangan kau bandingkan istriku dan istrimu, Bi. Istriku pegawai negeri, beda sama Istrimu yang tidak bekerja!" sahut Mas Aji dengan nada tidak terima.Mbak Lisa mengangguk membenarkan, sungguh pasangan yang sangat klop. Suami istri sama-sama tidak tahu diri dan sama-sama tidak punya otak, pantas saja mereka berjodoh!Memang apa hebatnya pegawai negeri? Hanya menang gaji banyak, sertifikasi, dan juga tunjangan hari raya. Eh! Hebat sekali, tapi kan tidak seharusnya menyombong dan merendahkan orang lain. Banyak kok, pegawai negeri di desa ini yang rendah hati dan juga bersahaja. Tidak seperti Mbak Lisa ini.Angkuh! Merasa paling hebat dan juga paling di atas, tidak tahu saja kalau semua itu hanya titipan Allah SWT. Kenapa Allah tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   8. Ke Rumah Emak (Bagian A)

    PILIH KASIH 8. Ke rumah Emak! (Bagian A) Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian cangkir teh yang aku hantamkan ke meja dan berakhir dengan perginya Mbak lisa dan juga Mas Aji dari rumahku. Kini aku akhirnya bisa menikmati hidup tenangku tanpa gangguan mertua julid dan juga ipar rese. Aman, tentram, dan juga bahagia. Ya Allah, nikmat mana lagi yang aku dustakan? Ibu juga tidak merecoki hidupku lagi, dia bahkan tidak pernah datang lagi ke rumah ini. Padahal biasanya ada saja yang disuruhnya pada Mas Abi, yang inilah, yang itulah, tapi kali ini aman! Suamiku bisa istirahat sepulang bekerja dan aku juga bisa mengistirahatkan telinga juga hatiku dari ucapan-ucapan ketusnya. Oh, Ibu. Andai saja kau selalu seperti ini, maka aku akan sangat beruntung! Batinku berteriak senang di dalam hati, sambil bersenandung kecil aku mengupas bawang dan juga memetik cabai. Aku mau buat gulai ayam kampung, kebetulan Mas Abi dapat rezeki lebih karena dia membantu tuan rumah mengangkat batangan bambu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   9. Ke Rumah Emak (Bagian B)

    9. Ke Rumah Emak (Bagian B)Melihat dia yang pergi menjauh, aku langsung kembali ke dapur dan menuangkan santan ke kuali, sebentar lagi Mas Abi akan pulang dan kami akan makan bersama. Segera aku hidangkan nasi, dan juga sambal di atas meja kecil yang dibuat Mas Abi untuk tempat rice cooker. Setelah semuanya siap, aku ikut menghidangkan gulai ayam kampung yang baru saja aku masak ke atas meja. Sambil menunggu Mas Abi, aku memainkan ponsel dan saat membuka aplikasi Whatsapp aku menemukan ada pesan dari adikku.[Mbak, disuruh Emak pulang!] Katanya to the point.Benar-benar tipikal adikku yang sama sekali sulit berbasa-basi dan maunya tembak langsung kalau ngomong, adikku ini sudah menikah juga dan ikut dengan suami dan mertuanya. Namun adikku lebih beruntung, suami dan mertuanya amat menyayanginya dan hidupnya tidak pernah ada masalah yang berarti.“Kamu di rumah Emak?” balasku ingin tahu, kebetulan dia masih online.[Iya, ke sinilah! Kebetulan si Aina pulang!] Tulisnya di ujung sana.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   10. Ke Rumah Emak (Bagian C)

    10. Ke Rumah Emak (Bagian C)“Ayo, Dek! Cepat!” ujar Mas Abi, sambil memindahkan gulai yang aku masak tadi ke dalam rantang lengkap dengan sambalnya sekalian. Dia sangat telaten dan juga baik, beruntung sekali aku punya suami seperti dirinya.Aku masih berselancar di dunia maya, dan menemukan status Mbak Lisa yang baru saja di postingnya lima belas menit yang lalu. Sebuah foto yang benar-benar membuat hatiku dipenuhi kecemburuan, foto sebuah motor matic besar keluaran terbaru.[Pengen beli motor baru, soalnya yang lama sudah ketinggalan jaman. Tapi apalah daya, uangnya kurang. Untung saja ditambahin sama Ibu mertua ku yang baik, jadi kebeli deh! Motor ini cash ya, no credit-credit!] Tulisnya dengan emoticon ngakak lima buah.Ya Allah, Astaghfirullah. Enak sekali hidupnya!“Dek! Ayo, kok malah bengong, sih?” tanya Mas Abi sambil menghampiriku.Aku menatapnya dengan pandangan nanar, Mas Abi langsung mengerutkan dahinya dan menatapku dengan pandangan meminta maaf. Dia lalu duduk di sampi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   11. Penjualan Tanah (Bagian A)

    PILIH KASIH 11. Penjualan Tanah (Bagian A) Kenapa Aina lama sekali, sih? Aku bergerak tidak nyaman di tempatku duduk dan sesekali menatap ke belakang berharap adik bungsuku itu muncul dengan senyum mengembang, sehingga pembicaraan ini bisa dimulai. Kata-kata yang dikeluarkan oleh Aira tadi membuat rasa penasaranku melambung hingga ke ubun-ubun, cuan? Cuan dari mana? Kami ini hidup pas-pasan, walau tidak tergolong keluarga yang susah. Emak hanya bekerja di sawah peninggalan bapak, lumayan luas sehingga Emak bisa menyewakan sawahnya sebagian dan sebagian lagi digarap sendiri. Dari sanalah kami semua hidup dan juga bisa mengenyam pendidikan walau aku dan AIra hanya bisa sampai bangku sekolah menengah atas, makanya Emak bertekad agar Aina menjadi orang sukses. Setidaknya dia harus berkuliah, dan mendapatkan pekerjaan yang bagus. Alhamdulillah, hasil panen Emak selalu melimpah dan juga bagus. Emak adalah satu-satu wanita yang paling aku hormati di dunia ini, Bapak meninggal saat Aina m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   12. Penjualan Tanah (Bagian B)

    12. Penjualan Tanah (Bagian B)Aku bahkan tidak bisa menghentikan tangisku, hanya anggukan pelan yang bisa aku berikan. Sedangkan ruangan ini terasa hening, hanya diisi dengan tangisan kami. Orang yang memelukku bertambah, setelahnya isakan kami semakin besar karena Aina dan Aira ikut menangis dan menenggelamkan tubuhku semakin dalam. Ya Allah, bukankah mempunyai keluarga yang menyayangi kita, adalah salah satu keberkahan dan kenikmatan? Bahkan sangat banyak orang yang menginginkan hal ini di dalam kehidupan mereka.“Sudah! Sudah! Kalian jangan nangis-nangis lagi, kalian itu harus bahagia!” ujar Emak sambil mengusap kepala kami bertiga. Kami bertiga mengangguk kompak, walau isakan kecil masih sesekali keluar dari belah bibir kami namun sudah tidak sekencang tadi. Hidung kami memerah dan juga mata kami sembab, Emak menatap kami dengan pandangan lembut tapi juga dalam di saat yang bersamaan.“Emak manggil kalian ke sini, karena ada yang mau Emak bicarakan. Bukankah sistem keluarga kit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   532. Keadaan Lisa!

    532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)

    531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)

    529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)

    528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)

    526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)

    525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata

DMCA.com Protection Status