209. Ada apa dengan Abi? (Bagian C)"Lah itu kan dugaan semata, Bi. Belum tentu juga lah itu untuk suntik kromosom dia," kataku sekenanya. "Lagi pula uang motor kan sudah untuk suntik kromosom," kataku lagi, masih belum mengerti dari mana lucunya. Aku bisa melihat wajah Ibu dan Bapak yang berubah menjadi keruh, tetapi aku tidak tahu apa yang menyebabkan mereka begitu. Apakah mungkin akibat kata-kataku barusan ataukah ada hal lainnya?"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Ayo kita pulang saja!" kata Mas Abi sambil bangkit berdiri. "Lebih baik kita membuka toko saja, daripada mengurusi urusan mereka!" lanjut Mas Abi dengan ketus.Aku menatap suamiku itu dengan pandangan heran, namun aku tetap ikut bangkit dan berjalan menuju dapur demi mengambil ikan yang aku simpan di sana. Bi Ramlah mengikutiku dari belakang, tanpa banyak berbicara."Abi terlihat mengerikan ya, An!" kata Bi Ramlah dengan nada cepat."Mengerikan kenapa, Bi?" tanyaku ingin tahu."Ya, mengerikan saja!" sahut Bi Ramlah singk
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)210. Kedatangan tamu! (Bagian A)POV AUTHOR"Ji!"Aji dan lisa yang sedang berada di teras rumah mereka mendongak, dan menemukan Pak Anwar di sana. Dan yang lebih membuat mereka terkejut adalah, ada juragan Karta bersama mereka."Juragan, mau ke sini kok, nggak bilang-bilang!" Aji langsung bangkit, lelaki itu menyalami juragan Karta dan juga Pak Anwar dengan cepat.Lisa sendiri juga ikut bangkit, dan menyalami kedua tamunya. Dia segera pergi ke dapur untuk membuatkan minum, karena sedikit banyaknya Lisa tahu, apa yang mereka inginkan ke sini."Pak Anwar apa kabar?" tanya Aji dengan ramah."Baik Mas Aji, Alhamdulillah," sahut Anwar dengan cepat. "Mas Aji dari mana? Tadi saya lihat lewat dari depan rumah, mau menegur, tapi kok kayaknya serius banget wajahnya. Saya jadi sungkan," kata Anwar lagi."O—oh, saya dari rumah Bapak, Pak," jawab Aji sekenanya.Dia ingat, memang dari semenjak keluar dari rumah orang tuanya tadi, dia dan Lisa
211. Kedatangan tamu! (Bagian B)"Mbak Lisa mau ke mana? Duduk saja di sini!" katanya dengan tegas, memberi perintah yang terdengar absolute.Lisa membatu, dia berdiri tegak dengan nampan yang berada di pelukannya. Tidak mampu menggerakkan kakinya, dan juga tidak mampu mengeluarkan suara sedikitpun."Iya, Mbak Lisa. Kami mau bicara sama Mbak," sahut Anwar dengan nada sopan.Glek!Aji dan Lisa menelan ludah secara bersamaan, mendengar Anwar berbicara seperti itu sukses membuat Aji semakin yakin kalau apa yang tadi Abi katakan adalah kebenaran. Uang tabungan Gina pasti banyak, pasti tidak dalam jumlah yang sedikit.Aji segera melirik Lisa dengan tajam, dan dengan isyarat mata dia menyuruh agar istrinya itu kembali ke tempat mereka dan duduk di sampingnya. "Duduk, Dek. Nggak enak kalau tamu kita tinggal!" Aji berujar santai, namun terdengar dingin dan juga kaku.Lisa menelan ludah susah payah, dia ingin pergi dari sana. Tapi, tubuhnya tidak bisa diajak bekerja sama. Dia takut, dia takut
212. Kedatangan tamu! (Bagian C)Dia mencoba tenang, walau keringat dingin mengalir dari pelipisnya dengan sangat deras, dia kelihatan sangat ketakutan dan juga gugup. Sedangkan Aji semakin dibuat geram oleh tingkah istrinya ini.Bagaimana bisa, Lisa kembali berbohong? Bukankah dia punya uang sepuluh juta? Seharusnya dia bisa membayarkan uang itu dulu untuk tabungan Jesi dan juga Nuri. Dan jika memang sisa yang seratus atau dua ratus ribu maka hal itu sudah sangat enteng.“Oh, ya? Nuri bilang Mbak Lisa minta waktu seminggu untuk mengembalikan uang itu, kok bisa berbeda?” tanya Anwar dengan cepat.“Wah, mungkin Nuri lupa, Pak! Saya bilang untuk menunggu hingga masuk sekolah, kok. Ada beberapa alasan yang membuat uang itu baru bisa diambil seminggu lagi, Pak,” sahut Lisa cepat.Sedangkan Karta sendiri, langsung tersenyum. Mengulum senyum susah payah agar tidak ada yang tahu kalau dia tengah merasakan geli akan jawaban yang diberikan oleh Lisa.Karta sudah banyak menghadapi orang-orang,
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)213. Pertengkaran Aji dan Lisa! (Bagian A)"Waalaikumsalam!" Semua orang yang ada di sana menyahut kompak, Zulaikha tersenyum kecil. Dia berjalan mendekat, Aji dan juga Lisa langsung berdiri. Wajah suami istri itu kelihatan sungkan, sedangkan Karta dan Anwar mengangguk kecil ke arah Zulaikha."Bu ustadzah ke sini juga?" tanya Anwar dengan sopan."Iya, Pak Anwar. Ada perlu sama Mbak Lisa," sahut Zulaikha dengan cepat."Oh, mungkin saja keperluan Bu Ustadzah sama dengan keperluan kami," ujar Karta menimpali. "Bu— silahkan duduk dulu!" Lisa dengan cepat memotong.Zulaikha lantas tersenyum dan mengangguk kecil, dia mendudukkan diri di antara mereka dan menatap ke arah Lisa serta Aji dengan pandangan teduh."Apa kabarnya Mas Aji? Mbak Lisa?" tanyanya dengan penuh kelembutan.Wanita itu belum terlalu tua, masih berusia sekitar tiga puluh akhir atau empat puluh tahun awal. Wajahnya teduh dan juga cantik, Zulaikha adalah istri dari Us
214. Pertengkaran Aji dan Lisa! (Bagian B)Zulaikha menghela nafas dengan panjang, begitu juga dengan Karta dan Anwar. Jelas saja wajah mereka benar-benar terlihat kecewa, uang anak dan cucu mereka dipakai tanpa persetujuan mereka. Dan pembayarannya malah diundur-undur semakin lama."Maafkan saya, Pak! Bu! Saya memakai uang itu, karena sangat terdesak. Waktu itu orang tua saya sedang sakit!" kata Lisa lagi, penuh dengan pandangan memohon yang sangat jelas. Matanya berkaca-kaca, siap menumpahkan buliran bening yang sudah terkumpul di pelupuk matanya. Wajahnya terlihat memelas, memohon belas kasih dari tiga orang yang ada di depannya sekarang ini."Saya terpaksa, Bu, Pak! Maafkan saya, saya mohon Bapak dan Ibu sekalian bisa menunggu hingga seminggu lagi. Uang arisan saya akan keluar, dan akan langsung saya berikan kepada anak-anak!" Lisa berujar mantap.Karta, Anwar, dan Zulaikha, kemudian kompak saling berpandangan. Wajah mereka jelas terlihat tidak suka, namun alasan Lisa yang mengat
215. Pertengkaran Aji dan Lisa! (Bagian C)Sial! Aji mengumpat habis-habisan di dalam hati, merasa luar biasa kesal akan dirinya sendiri yang tidak bisa tegas. "Mas hanya tidak tahu harus menanggapi apa, Dek!" jawab Aji akhirnya."Tidak tahu? Apa kamu ini bodoh, Mas? Hah? Kamu nggak bisa ngomong? Nggak bisa bela aku? Iya?" tanya Lisa dengan menggebu-gebu. "Ya aku nggak bisa ngomong karena aku nggak tahu duduk permasalahannya!" sahut Aji dengan cepat. "Bukannya kamu jelas tahu? Uang tabungan itu aku pakai buat nambah investasi kita sama Marwan, Mas! Buat masa depan kita! Buat masa depan Naufal dan juga Salsa! Apa kamu tahu itu? Kamu mikir nggak, sih?" tanya Lisa dengan ketus."Ya mana aku tahu! Memangnya kamu ada konsultasi dulu sama aku? Nggak, kan? Kamu kan, mengambil keputusan sendiri kali ini. Wajar kalau aku juga nggak mau ikut campur!" balas Aji berkilah."Halah! Alasan kamu aja, Mas!" Lisa berujar sinis.Dia mendekati kulkas, dan mengambil sebotol air dingin yang ada di sana.
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)216. Konyol! (Bagian A)POV ANNASetelah menurunkan Bi rlah di rumahnya, aku langsung bergegas mengegas motorku, agar segera sampai ke rumah. Mas Abi belum membuka toko, tapi motornya sudah ada di bawah pohon jambu berarti suamiku itu ada di dalam rumah.Setelah memarkirkan motorku di teras, aku masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke dapur. Sambil ke dapur aku melihat ke arah ruang tamu, dan juga ruang keluarga, tapi Mas Abi tidak ada di sana. Di kamar juga tidak ada, tapi ponselnya ada di atas kasur.Kemana suamiku? Apa dia di kamar mandi? Tapi sepertinya dugaanku meleset, karena ternyata aku bisa menemukan Mas Abi yang ada di dapur. Tengah berada di depan kompor, yang diatasnya ada wajan yang sedang diaduk Mas Abi dengan menggunakan spatula."Mas!" panggilku dengan keras, sengaja mengagetkannya."Hmmm?" Eh, Mas Abi tidak kaget? Dia malah terlihat sangat tenang, dan juga belum menoleh sedikitpun ke arahku. Aku meletakkan b