"Bukan hamil, tapi bagaimana kalau kamu sudah menyetujui jika suamimu selingkuh dirimu tidak akan melakukan apa-apa, dan kamu sudah bertanda tangan bermaterai, apa yang bisa kamu lakukan?" tanya Endrea, membuat mata Delina membulat sempurna apakah maksud Ibu Bosnya dia sudah tanda tangan.
Wanita mana yang rela suaminya berselingkuh apalagi ini mengijinkan sampai bertanda tangan dibawah materai, Delina mengira Ibu Bosnya waktu tanda tangan itu memang sedang tidak sadar.
"Apa Ibu sudah menanda tangani surat itu Bu?" tanya Delina untuk memastikan.
"Iya, dan anehnya aku tidak tahu kapan aku melakukan itu," ujar Endrea dengan memijat pangkal hidungnya, yang tiba-tiba terasa berdenyut.
"Ibu tidak perlu banyak pikiran, saya yakin Pak Irawan akan menyelesaikan masalah ini Bu," jawab Delina untuk menenangkan Ibu bosnya.
"Saya berharap juga seperti itu," ujar Endrea kemudian memalingkan wajahnya ke arah luar mobil.
Tiga puluh menit k
Endrea berbalik dan melihat seorang pria dengan berpakaian dokter, badannya lebih tinggi dari Endrea, hidungnya mancung matanya sipit dan dia memakai kaca mata, rambutnya dipotong rapih dan disisir kebelakang. Endrea menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan satu patah katapun, karena rasa bersalah terus bersarang dihatinya, Endrea berbalik dan masuk ke dalam mobil. Karena kelelahan Endrea tertidur di dal mobil, tidak tahu berapa lama Endrea tertidur dirinya kembali sadar ketika merasakan tepukan lembut dipundaknya. Endrea mengucek matanya dan melihat Delina berada lumayan dekat dengannya, Endrea melihat kelauar mobil dan menyadari dirinya sudah sampai. "Jam berapa sekarang Delina?" tanya Endrea. "Jam delapan Bu," jawab Delina dengan sopan. Endrea turun dari dalam mobil dan masuk ke apartemennya, Delina hanya mengantarkan sampai depan pintu setelah memastikan Endrea masuk Delina pamit pulang. Endr
"Aduh Mas, pelan-pelan dong punyaku kan masih sakit," Deg jantung Endrea langsung berdetak lebih cepat, saat mendegar suara manja seorang wanita yang sedang berada di dal kamar pribadi suaminya.Tok... Tok... Tok...Endrea sengaja mengetuk pintu kamar Arya dengan sangat keras, agar pasangan yang ada di dalam menghentikan aktivitasnya, tidak lama kemudian pintu terbuka."Aku kan sudah bilang, jangan ganggu dulu Fi," ucapan Arya terhenti saat matanya menangkap sosok Endrea berdiri di depannya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.Entah mengapa perasaan bersalah selalu masuk ke hati Arya saat melihat air mata Endrea, Arya mendekat ke arah Endrea dan memeluknya.Endrea berontak tapi tetap saja dirinya tidak bisa lepas dari pelukan suaminya, Endrea merasakan rasa nyaman yang selama dua minggu ini dirinya tidak rasakan, tapi dirinya juga jijik kepada suaminya."Kamu bawa apa?" tanya Aeya dengan menyelusupkan wajahnya dileher Endrea.
"Fifi tolong siapkan mobil," teriak Arya kepada asistennya. Arya menggendong tubuh Endrea dan berlari ke arah lift dengan panik, Arya sangat takut jika selama ini Endrea memendam sakit yang parah dan tidak mau cerita kepadanya. Untungnya ada rumah sakit yang dekat dengan kantor jadi hanya membutuhkan waktu sepuluh menit, Arya sudah sampai Endrea langsung ditangani oleh dokter. Sementara itu Arya berjalan mondar mandir, kali ini Arya benar-benar panik ponselnya terus saja berdering, dari Amel, Arya tidak ada niat untuk mengangkatnya jadi Arya memilih untuk mematikan ponselnya. "Ibu pingsan lagi Pak?" tanya Delina yang baru sampai. "Iya, memangnya Ibu sakit apa, apa Endrea pernah mengatakan sesuatu tentang suatu penyakit padamu?" tanya Arya kepada Delina. "Tidak Pak, selama dua minggu terakhir ini Ibu memang sering menangis sendiri, setelah mengentahui Pak Irawan meninggal," jelas Delina yang membuat Arya terkejut. 
"Aku mau kamu tinggalkan Amel, dan kembali kepadaku seperti dulu," ujar Endrea membuat Arya tediam, ini adalah pilihan sulit untuknya.Endrea melihat Arya yang hanya terdiam, Endrea yakin Arya lebih memilih Amel daripada dirinya, untuk saat ini tidak masalah bagi Endrea, karena dirinya sedang hamil dan tidak akan membuat dirinya banyak pikiran.Tetapi jawaban Arya semakin membuat hati Endrea berbunga-bunga, awalnya Endrea tidak percaya dengan apa yang Arya katakan."Baik Aku akan meninggalkan Amel selamanya, ini semua untuk kamu dand anak kita," jawab Arya kemudian mulai mecium bibir Endrea dengan penuh kasih sayang."Kita pulang sekarang?" tanya Endrea dengan menatap ke arah Arya penuh harap."Aku mau menebus obat terlebih dahulu kamu disini sama Delina dulu ya, sepuluh menit lagi aku akan kembali," pamit Arya kemudian keluar dari ruangan Endrea dan berjalan ke arah kasir untuk menebus obat dan vitamin.Endrea
Sementara itu di tempat lain, tepatnya di salah satu rumah sakit jiwa seorang wanita muda, sedang berteriak histeris memaki-maki Endrea tiada henti."Awas saja kamu Endrea, ini semua karena kamu hahahaha kamu akan mati," itulah gumaman tidak jelas yang selalu diucapkan oleh Nina.Setelah mengetahui bahwa Endrea menemukan surat yang asli membuat Nina tidak rela, di tambah lagi dirinya ditinggalkan oleh pacarnya ketika mereka akan melakukan pernikahan.Masalah yang terus hadir membuat Nina tidak kuat dengan itu semua dan itu mulai menyerang akal warasnya, sehingga dengan terpaksa Liana membawa putri satu-satunya ke rumah sakit jiwa karena dirinya sudah tidak tahan dengan teriakan Nina.Liana yang sedang menjenguk anaknya itu langsung mengepalkan tangannya, Liana merasa Endrea pembawa masalah dalam hidupnya, di tambah lagi sekarang Endrea menikah dengan Arya.Keluarga Liana hancur Nina gangguan jiwa sedangkan Jack suaminya dipe
"Belum juga dicoba kamu sudah nyerah di depan," gumam Liana."Ya mungkin kita bisa mencobanya," ujar Amel kemudian berjalan keluar dari dalam klub karena hari juga sudah malam.Liana pulang dengan taksi online, kepalanya tarasa berat mungkin karena terlalu banyak minum dan dirinya juga banyak pikiran, bagaimana caranya untuk menghancurkan Endrea dan mengeluarkan suaminya dari dalam penjara.Sementara itu di apartemen Arya hidupnya semakin berwarna, ditambah lagi dengan usia kandungan Endrea yang semakin hari semakin membesar.Hari ini mereka akan mengadakan acara tujuh bulanan mereka juga mengundang banyak orang untuk ikut mendo'akan agar kandungan Endrea sehat sampai melahirkan."Sayang ini sudah cukup segini?" tanya Arya yang sedang menata kue ke dalam piring, Endrea yang sedang melihat kesana kemari menatap ke arah piring yang ada di depan suaminya."Iya sudah cukup Mas," jawab Endrea, kemudian Arya mengambil
"Sepertinya mereka semua sudah berangkat, pasangan suami istri ada di mobil pajero warna putih, dan suaminya sendiri yang membawa mobilnya, ada juga model yang ikut di dalamnya," ucap seorang di dalam telepon, Liana tersenyum bahagia dia dapst pastikan rencananya kali ini tidak akan gagal."Kerja yang bagus, kirim rekeningmu nanti saya transfer," perintah Liana diseberang sana kemudian mematikan sambungan teleponnya.Dua jam kemudian mobil yang dikendarai Arya baru sampai begitu juga dengan rombongannya mereka istirahat dengan menungguh para model dimake up."Kamu disini saja ya, aku mau pemotretan," ujar Arya kepada Endrea.Endrea yang sedang melihat sekeliling mengangguk menuruti perintah suaminya, meski dinamakan kota tua tapi kota ini sangat bersih dan gedung-gedungnya juga dirawat.Ada orang yang berlalu lalang disana dan mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, satu jam lebih Endrea terdiam duduk disana dengan mempe
"Ya tuhan dimana kamu, Endrea," gumam Arya dengan nada frustasi.Arya berlari dengan panik masuk ke dalam gedung lagi dan memerintahkan semua orang untuk mencari keberadaan Endrea, semua orang langsung berhamburan keluar gedung dan mereka berpencar.Sudah jam tujuh malam tapi Endrea belum juga ditemukan, Arya memutuskan untuk mencari hotel terdekat dan lanjut mencari Endrea besok.Sedangkan yang lain memutuskan untuk pulang, karena besok mereka harus bekerja ke kantor, Arya menelepon semua pengawalnya dan memerintahkan untuk datang ke kota tua termasuk Delina."Ini salah lo juga Arya, kenapa ngga bawa Delina," racau Arya menyalahkan dirinya sendiri dengan hilangnya Endrea, ditambah sekarang Endrea sedang mengandung anaknya.'Dimana kamu sayang, ayolah pulang jangan bikin Mas panik," batin Arya tangannya mengusap wajahnya dengan kasar.Di dalam mobil alphard pria itu menjalankan mobilnya dengan panik, saat memega
Endrea dan Semuel duduk berdampingan, Tuan Wu memerintahkan mereka untuk makan Endrea sedikit ragu saat ingin memasukan makanannya ke dalam mulut takutnya makanan itu sudah diberi racun."Makanlah," perintah Tuan Wu kembali. Kemudian mereka mulai menikmati makan malam dengan diam, setelah makan malam Tuan Wu mengajak Endrea dan Semuel untuk ke ruang keluarga ada sesuatu yang ingin Tuan Wu sampaikan."Sem...." panggil Tuan Wu."Iya Kek," jawab Semuel kemudian membenarkan duduknya melihat ke arah Kakeknya."Intan sudah lama meninggalkan kita bersama disini, apa kamu belum bisa muve on darinya?" tanya Tuan Wu."Maksud Kakek apa?" tanya Semuel."Hehe... Kakek tahu kamu sudah bisa melupakan Intan dan kamu juga sudah menemukan calon penggantinya, jangan kira Kakek tidak tahu dengan apa yang kalian lakukan," Tuan Wu menghentikkan ucapannya."Jadi kapan kali
Kevin masuk dan berjalan ke arah Yuana yang sedang bermain dengan Ardan di ruang keluarga, Kevin duduk di depan Ardan dan ikut bermain."Dik, Aku mau ke kantor sebentar setelah itu aku akan kembali lagi kesini," pamit Kevin kepada Yuana."Iya hati-hati di jalan Mas, kamu tenang saja disini ada aku," jawab Yuana.Kemudian Kevin berjalan ke arah kamar yang semalam digunakan oleh Yuana tidur, untung dirinya membawa baju ganti untuk ke kantor.Tiga puluh menit kemudian Kevin keluar dari kamar setelah berbicara dengan Yuana, Kevin keluar dari rumah dan membawa mobilnya menuju ke kantor.Tiga hari berlalu sekarang keadaan Endrea sudah membaik dan sudah bisa bekerja seperti biasa, saat ini Endrea, Kevin dan Yuana sedang menikmati udara segar dilantai atas rumah Endrea."Aku senang akhirnya kamu kembali seperti sedia kala lagi," ujar Kevin."Hanya sakit seperti itu saja, kenapa kalian khawatir sekali," jawan
"Ngga aku mau pulang saja, kasian Ardan di rumah sendirian," ucap Endrea dengan nada lemas"Iya sudah nanti aku antarkan ke rumah ya," ucap Semuel kemudian menyiapkan barang bawaan Endrea dan juga dirinya.Semuel mengeluarkan ponselnya dari saku dan menelepon Kevin, dipanggilan Kedua teleponnya baru diangkat."Halo, Vin kamu tolong jagain Ardan dulu sampai kami pulang ya," perintah Semuel kepada Kevin."Memangnya kalian dimana sih, dari semalam ngga pulang?" tanya Kevin diseberang sana."Nanti juga kamu tahu, sudah dulu ya," ucap Semuel kemudian mematikan sambungan teleponnya.Semuel membantu Endrea memakaikan sendalnya, kemudian memapah Endrea keluar dari kamsr hotel, Semuel mengantar Endrea ke kursi samping kemudi.Tidak lupa Semuel memasangkan sabuk pengaman, setelah itu Semuel menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Endrea."Kamu tidak mau periksa dulu En?" tanya Semuel kepada Endrea,
Selanjutnya mereka melakukan adegan yang seharusnya belum mereka lalukan sekarang, keduanya tenggelam dalam kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Satu jam kemudian Semuel membaringkan tubuhnya disamping Endrea, kemudian memeluk Endrea dengan sangat erat dibalik selimut.Endrea hanya terdiam memadangi langit-langit kamar, memikirkan apa yang baru saja dirinya lalukan bersama Semuel."Bagaimana kalau aku hamil?" celetuk Endrea, Semuel mencium pipi Endrea."Aku akan menikahimu segera, kamu tidak perlu khawatir," bisik Semuel ditelinga Endrea."Sekarang mandi ya setelah itu kita makan malam," perintah Semuel kepada Endrea."Tetapi aku tidak membawa baju ganti," ujar Endrea dengan melihat ke arah Semuel.Semuel keluar dari selimut dan berjalan ke arah sofa, kemudian kembali ke ranjang dan memberikan satu bag kepada Endrea."Ini aku sudah menyiapkannya tadi, tapi aku tidak tahu itu muat atau
"Sudah selesai, sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Semuel ketika sudah berada di depan Endrea, Endrea menatap mata Semuel kemudian menghela nafasnya. "Pulang dulu ya, aku mau ketemu sama Ardan setelah itu baru," jawab Endrea. "Baru apa kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Semuel. "Baru kita ke hotel," jawab Endrea dengan berbisik ditelinga Semuel, Semuel tersenyum kemudian mengusap telinganya yang terasa geli. "Cepat buka mobilnya panas ini," perintah Endrea. "Perintahnya yang bener dong sayang," pinta Semuel, Endrea mendengus kemudian memalingkam wajahnya ke arah lain. "Buka mobilnya Mas panas ini," perintah Endrea, dengan tertawa Semuel membuka kunci mobilnya. Jam setengah dua siang Endrea baru sampai di rumah, tadi dirinya sudah makan siang bersama Semuel, tidak lupa Endrea membeli kue untuk Ardan. "Ardan," teriak Endrea saat masuk ke dalam rumah, Endrea melihat Ardan sedang menonton televisi.
"Kamu harus bertangung jawab Endrea, kamu sudah berkali-kali membuat kepalaku sakit," gumam Semuel, Endrea melototkan matanya apa maksud yang dipikirkan calon suaminya pikir Endrea."Maksudnya bagaimana daritadi aku diam saja?" tanya Endrea dengan nada kebingungan."Kamu tahu dengan sikapmu yang seperti itu mampu membangunkan sesuatu ditubuhku," celetuk Semuel."Ya terus aku harus apa?" tanya Endrea yang belum tahu apa maksud perkataan calon suaminya."Malam ini aku mau kamu menginap dihotel bersamaku, tapi tidak dengan anak-anak," pinta Semuel."Gila apa ngga aku ngga mau, kita itu baru calon suami istri aku ngga mau melakukan itu," ujar Endrea yang sekarang sudah tahu apa maksud Semuel."Aku tidak akan memaksanya, tapi aku mohon untuk malam ini saja," pinta Semuel dengan nada memohon."Ya sudah, malam ini dihotel tapi jangan macam-macam," ancam Endrea."Iya sayang," jawab Semuel kemudian me
Endrea berbalik ingin memukul Kevin tapi Kevin menghindar, Endrea mengejar Kevin dengan berkata "Bisa diam ngga sih,"."Mami lagi apa?" tanya Ardan yang baru turun dari kamarnya dan melihat Mami dan Omnya sedang berlarian."Ngga sayang, itu si Om nakal," jawab Endrea kemudian menggendong Ardan dan membawanya ke meja makan, Yuana hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya dan Endrea.Sebentar lagi Kevin sudah mau menjari seorang Ayah tapi tingkahnya masih seperti anak kecil saat bertemu dengan Endrea, tapi Yuana tidak pernah melarangnya selagi itu membuat suaminya bahagia."Makan yuk ini semuanya sudah siap," ajak Yuana kemudian mereka bertiga jalan ke arah meha makan dan mulai menikmati soto ayam buatan Yuana.Selesai sarapan Yuana dan Kevin pamit pulang karena mereka harus berangkat ke kantor, begitu juga Endrea harus bersiap untuk bekerja.Endrea mengantarkan Kevin sampai di depan rumahnya, Endrea kembali
"Lain kali jangan memaksa orang yang sedang hamil, itu tidak baik," gerutu Endrea, Kevin hanya bisa memamerkan giginya yang putih dan tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Jam sebelas malam mereka baru selesai makan malam, Kevin dan Yuan pulang terlebih dahulu malam ini mereka aka menginap di rumah Endrea.Sedangkan Endrea dan Semuel masih ingin menikmati malam berdua, Semuel memerintahkan Endrea untuk menatap ke arahnya."Coba lihat ke arahku dan tatap mataku," perintah Semuel kepada Endrea.Endrea menurut dan langsung menatap mata Kevin, mereka saling bertatap kemudian Semuel memalingkan wajahnya ke arah lain."Kamu cantik, aku tidak menyangka kamu mau menerima cintaku," ujar Semuel dengan menggengam tangan Endrea."Tugas kita masih satu lagi," ujar Semuel.Endrea melihat ke arah Semuel dengan menaikan sebelah alisnya kemudian bertanya "Apa?"."Kita harus mendapatkam restu Kakek, setelah itu kita b
"Seperti anak remaja saja yang mudah tersingung," gumam Endrea kemudian dirinya tersenyum dan mematikan ponselnya dan meletakan kembali ke meja kamar.Siang ini Endrea berencana ingin pergi ke mal untuk berbelanja barang yang sudah habis, karena Ardan baru saja tertidur jadi Endrea menitipkan Ardan kepada Lia, agar dirinya bisa leluasa belanja.Endrea berjalan ke arah garasi dan memgeluarkan mobil pajero putihnya, Endrea membawa dengan perlahan mobil itu ke mal.Semuel yang sedang berada dibalkon kamarnya melihat mobil Endrea keluar, Semuel menghembuskan nafas lega kemudian tersenyum itu artinya Endrea sudah tidak lagi marah dengan ucapan Kakeknya.Hari berganti hari tidak terasa sudah satu minggu sejak pernyataan cinta Semuel waktu itu, sekarang waktunya Endrea memberikan jawaban kepada Semuel.Dan selama satu minggu itu juga hubungan mereka semakim dekat, Ardan dan juga Qila juga terlihat sangat dekat Qila sudah mengangap