Apapun nanti yang akan terjadi kepada dirinya, Endrea yakin Papanya tidak akan membiarkan anaknya kesusahan batin Endrea.
Tiga puluh menit kemudian taksi yang Endrea tumpangi sudah sampai dirumah dengan dua lantai dengan model klasik, setelah membayar ongkosnya Endrea keluar dari taksi berjalan ke arah pager yang mejulang tinggi, Endrea menarik nafas panjang kemudian menekan tombol bel yang ada ditembok di depannya.
Tangan Endrea terus mengetuk-ngetuk ponsel yang dirinya pegang dalam hati Endrea selalu berdo'a Papanya mau membantunya.
Tiga puluh menit kemudian seorang muncul dari balik pagar yang membuat Endrea terkejut, saat menyadari siapa yang membuka pagarnya.
"Mama," gumam Endrea dengan suara tercekat.
"Anak ini, ada apa kamu datang kesini hah?" tanya Bibi Liana dengan nada yang ketus.
Setelah mengumpulkan keberaniannya Endrea membuka suaranya "Endrea ingin bertemu dengan Papa, Ma." jawab Endrea.
"Masuklah!" perintah Bibi Liana dengan nada ketus.
Endrea berjalan mengekor dibelakang melihat ke arah taman sudah tidak ada lagi bungan kesukaan miliknya dan juga mamanya, memasuki ruang tamu dada Endrea semakin sesak saat melihat foto keluarga yang menempel di dinding, ada Bibi Liana, Papa dan Nina di dalam foto itu mereka bertiga tersenyum bahagia seperti tidak mempunyai beban.
Bibi Liana masuk ke dalam kamar Endrea duduk di sofa, Rumah ini sangat berbeda dengan dulu saat dirinya dan Mamanya masih ada, tidak ada foto miliknya ataupun Mamanya.
"Papamu tidak bisa menemuimu masih banyak pekerjaan diluar, jadi bicara saja dengan Saya ada apa kamu datang kesini?" tanya Bibi Liana masih dengan berdiri dan tangannya dilipat ke dada.
"Ma, Endrea butuh uang untuk biaya rumah sakit," ucap Endrea dengan memberanikan diri Endrea menatap mata Bibi Liana.
"Hahaha... sudah saya duga sudah tiga tahun lamanya kamu tidak pernah kembali, dan sekarang dengan mudahnya kamu meminta uang." Bibi Liana terdiam sesaat seperti memikirkan sesuatu kemudian membuka suaranya kembali.
"berapa?" tanya Bibi Liana wajahnya mendekat ke arah Endrea.
"150 juta Ma, Endrea pinjam Ma nanti kalo Aku sudah ada pasti segera diganti," ucap Endrea dengan nada sedikit memohon.
"Apa kamu pikir saya akan memberikannya, jangankan uang 150 juta, seribu rupiahpun Saya tidak akan memberikan kepadamu," teriak Bibi Liana di depan wajah Endrea.
"Lebih baik kamu sekarang keluar dari rumah ini!" perintah Bibi Liana dengan wajah yang sudah memerah, telunjuknya mengarah ke pintu.
Terdengar derap langkah dari arah tangga, seorang gadis cantik dengan rambut yang berwarna oren gelap, menggunakan baju kemeja warna putih dan rok ketat yang sangat pendek, turun dari lantai dua, Endrea sebagai perempuan merasa malu dan risih saat melihatnya.
Nina berjalan ke arah Mamanya, kemudian melihat ke arah Endrea dengan mimik wajah kebingungan.
"Endrea ngapain kamu kesini lagi?" tanya Nina sedikit berteriak.
"Dia minta uang kepada Mama, kamu tahu dia minta 150 juta dia pikir Mama akan memberinya apa, itu tidak mungkin," ucap Bibi Liana dan menatap tajam ke arah Endrea.
"Sebentar," teriak Nina dan tangannya membuka tas yang Ia kenakan mengambil beberapa uang lima ribuan dan melepar ke arah Endrea.
Endrea memejamkan matanya luka tiga tahun yang lalu kembali menganga, dirinya mengira setelah tiga tahu Mama dan sodara tirinya akan berubah ternyata tidak.
"Ambilah uang itu lumayan kan buat jajan," ucap Nina dengan tersenyum mengejek.
"Lebih baik Kamu pergi dari rumah ini sekarang, merusak pemandangan saja," ujar Bibi Liana.
Endrea berdiri berjalan keluar rumah dengan gontai air matanya tidak bisa lagi dia tahan, bukan uang yang dirinya dapat melainkan ejekan dari Mama dan juga sodara tirinya.
"Kamu jalan saja sama om-om, aku yakin dengan cepat kamu bisa mendapatkan uang yang sedang kamu butuhkan hahahahaha," teriak Nina sebelum Endrea meninggalkan rumah itu, tangan Endrea terkepal mendengar ucapan Nina.
Setelah puas menangis Endrea mengusap air matanya dengan kasar,Endrea melanjutkan perjalanannya mencari taksi, tiga puluh menit kemudian Endrea sudah mendapatkan taksi dan menyebutkan alamat rumah sakit Endrea melihat kendaraan yang lalu lalang.
Satu jam kemudian Endrea sudah sampai, Endrea langsung masuk
, sesampainya diruang UGD Endrea melihat banyak dokter yang berlarian masuk ke ruangan Adelard.Belum sempat Endrea bertanya pintu ruangan sudah tertutup, Endrea menunggu dirinya bolak balik Endrea panik dan juga takut.
Endrea takut kehilangan orang yang selama ini menemaninya dan selalu menghiburnya dikala dirinya sedih dan kelelahan karena banyaknya pekerjaan.
Satu jam menunggu dokter dan perawat belum satupun yang keluar dari ruangan Adelard, tidak henti-hentinya Endrea selalu berdo'a agar Adelard diberikan kesembuhan.Dua jam kemudian seorang dokter keluar dengan wajah kelelahan, Endrea langsung berlari ke arahnya.
"Bagaimana keadaan teman saya, Dok?" tanya Endrea dengan nada panik.
Dokter Adit menghela nafas panjang kemudian melihat ke arah Endrea dengan tatapan iba "Maaf teman Mbak tidak bisa kami selamatkan," jawab Dokter Adit.
Endrea langsung terduduk kakinya lemas dan tidak kuat untuk menompang tubuhnya tangisnya kembali pecah mendengar tujuh kata yang keluar dari bibir Dokter Adit, dengan susah payah Endrea berjalan masuk tangannya perpegangan ke dinding.
Dokter Adit berusaha membantunya untuk berdiri tapi Endrea menolaknya, Endrea merasa sudah berjalan begitu lama tapi tidak juga sampai ke ranjang dimana tubuh Adelard terbaring dan kain putih menutupnya sampai kepala.
"Sayang bangun, mana yang sakit katakan padaku Aku akan membantu menyembuhkan lukamu," tubuh Endrea mengahambur memeluk tubuh kaku Adelard.
"Sayang Aku mohon buka matamu untukku, Aku mohon," pinta Endrea dan mengguncangkan tubuh kaku Adelard.
Seandainya tadi Bibi Liana mau membantunya pasti ini semua tidak akan terjadi seandainya tadi yang Endrea temui Papanya, Endrea hanya bisa berandai-andai.
Para perawat wanita yang melihat kejadian itu tidak bisa menahan air matanya, dengan susah payah dua perawat menghampiri Endrea berusaha menenangkannya.
"Mbak yang sabar ya harus ikhlaskan, pacar Mbak sudah tidak merasakan sakit lagi dan biarkan dia tenang di atas sana," ucap salah satu perawat dengan mengelus lembut punggung Endrea.
Setelah puas menangis Endrea mencoba untuk mengikhlaskan kepergian Adelard, karena hari sudah malam jadi rencana pemakaman Adelard dilakukan esok pagi.
Endrea keluar dari kamar jenasah dan duduk dikursi tunggu, tangisnya kembali pecah dirinya merasa tuhan tidak adil kepadanya, mengapa tuhan mengambil orang-orang baik disekitar Endrea.
Endrea membuka ponselnya banyak pesan dari Kirana teman satu kosnya, Kirana dan Endrea bekerja direstoran yang sama, Endrea menekan tombol panggil.
"Halo.. Endrea kamu darimana saja, sekarang kamu dimana, kenapa sudah malam belum pulang?" terdengar suara Kirana diseberang sana.
"Kirana bisakah kamu datang ke rumah sakit, Aku butuh teman sekarang," ucap Endrea.
Untuk sesaat Kirana terdiam tapi tidak lagi bertanya kepada Endrea "Serlok aja ya." jawab Kirana kemudian mematikan sambungan teleponnya.
"Saya akan membantu proses pemakamannya besok," ucap seorang pria yang sekarang berdiri di depan Endrea.
"Saya akan membantu proses pemakamannya besok," ucap seorang pria yang sekarang berdiri di depan Endrea.Endrea mengangkat kepalanya seorang pria menggunakan kemeja panjang berwarna biru dipadukan dengan celana panjang hitam dan tersenyum ke arah Endrea."Dokter Adit, terimakasih banyak dok" ucap Endrea, dirinya merasa tidak percaya akan ada orang yang membantunya."Endrea," teriak Kirana yang baru sampai dan langsung menghambur kepelukan Endrea."Mengapa kamu tidak bilang dari tadi? kenapa baru sekarang, setidaknya aku bisa menemanimu disini," ujar Kirana ditengah isak tangisnya, dirinya baru tahu dari suster yang baru saja Kirana temui dan mengatakan semuanya yang terjadi kepada Endrea.Mereka melewati malam dengan bercerita apa yang barusan terjadi kepada Endrea dan Adelard, Kirana sudah Endrea anggap seperti Kakak sendiri.Proses pemakaman Adelard berjalan dengan lancar, sampai jam tujuh pagi Endrea belum juga ber
"Aku tidak mabuk," bantah Kevin sebenarnya siapa wanita yang ada di depannya dan apa maunya Kevin menjadi penasaran dengan Endrea."Bajumu bau alkohol," ucap Endrea."Ah... sudahlah saya tidak punya waktu untuk meladeni anak kecil sepertimu," geram Kevin dengan mendorong tubuh mungil Endrea."Heh setidaknya kamu bisa lebih sopan," teriak Endrea sebelum Kevin masuk ke dalam mobilnya."Kenapa kamu mencampuri urusanku hah, apakah kamu cucunya?" tanya Kevin dengan sombong."Iya aku cucunya, memang kenapa?" tanya Endrea dengan nada menantang."Kalo begitu kamu harus ganti rugi," ketus Kevin."Ganti rugi." ucap Endrea mengulangi perkataan Kevin."Apa aku tidak salah mendengarnya. yang salah itu anda berkendara dengan keadaan mabuk seharusnya kamu yang meminta maaf, kalo tidak Aku bisa saja melaporkanmu ke pihak kepolisian," bisik Endrea ditelinga Kevin.Kevin yang merasa kalah berdebat
Part 5"Tunggu Aku gadis kecil, Aku akan membantumu mendapatkan apa yang seharusnya kamu dapatkan," gumam Kevin, sebelah bibirnya terangkat saat melihat foto Endrea yang tadi pagi dirinya Ambil.Pagi ini Endrea membantu Bibi Mun masak, sebenarnya Bibi Mun sudah menolaknya tapi Endrea bersikeras membantu."Endrea tolong antar ini ke meja makan ya, sebentar lagi Paman akan keluar," perintah Bibi Mun tangannya menunjuk ke mangkok yang berisi sup."Iya Bi," jawab Endrea kemudian melakukan apa yang seharusnya.Tidak lama kemudian Paman Dimas keluar dari kamar dan duduk dikursi."Endrea," panggil Paman Dimas."Iya Paman, ada apa?" tanya Endrea saat dirinya sudah kembali dari dapur, dan duduk dikursi yang ada disana."Tadi Tuan Kevin telepon ke Paman, dan meminta paman untuk mengantarkanmu ke rumahnya," jelas Paman Dimas."Apa... kenapa harus aku datang ke sana Paman?" tanya Endrea, dirinya masih belum m
Kevin dan Endrea berdiri di depan pintu kamar, Kevin mengambil kunci yang ada dilaci dan membuka kamar itu, mata Endrea langsung melotot melihat isi kamarnya. "Ini apa?" tanya Endrea yang melihat isi kamarnya penuh dengan perlengkapan wanita, ada ranjang king size warna abu ditengah ruangan ada juga televisi yang besar dan sofa. masuk ke dalam ruangan dibalik dinding televisi terletak lemari dengan berbagai perlengkapan wanita dari kepala sampai kaki semuanya ada, dan semua barang-barang bermerek. "Ini untukmu, karena Paman Arya mau membantumu jadi penampilanmu harus memukau saat bertemu dengannya nanti malam," jelas Kevil Lii.Endrea melihat isi kamar dengan tatapan kagum, meski dulu dirinya anak orang kaya tapi belum pernah merasakan fasilitas semewah ini. Triinng... Triingg...Ponsel Kevin berdering, nama Papanya terpampang dilayar depan dengan malas Kevin mengangkat sambungan teleponnya. "Halo... Pa," ucap Kev
Endrea," suara bariton memanggil namanya, Endrea memalingkan wajahnya ke arah suara."Ada apa Emue?" tanya Endrea kemudian berjalan ke arah Emue yang sedang berdiri disamping lemari sepatu yang terletak disamping pintu masuk.Lemari sepatu dilengkapi dengan pintu kaca jadi tidak perlu membukanya untuk melihat sepatu di dalamnya, dari sepatu sampai heals dari toko-toko bermerek semuanya ada disana."Ayo Endrea pilih terserah kamu mau pakai yang mana, aku mau lihat tas disana" ucap Emue kemudian dirinya pergi ke lemari tas dan meninggalkan Endrea disana.Endrea melihat ke arah Emue kemudian berpindah lagi ke tempat sepatu, mata Endrea langsung tertuju ke arah sepatu kats warna putih dengan merek terkenal Endrea membuka pintu lemari dan mengambil sepatu itu."Aku mau pakai yang ini saja Emue," ucap Endrea, Emue yang sedang berdiri di depan lemari tas langsung memalingkan wajahnya dan melihat ke arah sepatu yang
"Saya... Saya...." Endrea menghentikkan ucapannya saat sebuah tangan kekar menggengam tangannya.Endrea melihat ke arah Kevin kemudian mengibaskan tangannya dengan berkata "Tidak usah pegang-pegang," ujar Endrea kemudian meletakkan tangannya diatas pangkuannya.Kevin yang tidak pernah ditolak oleh seorang wanita hatinya merasa sakit apa lagi penolakan itu tepat di depan Pamannya, sedangkan Arya tersenyum melihag bagaimana cara wanita itu memperlakukan keponakannya."Saya Endrea Kim," ucap Endrea dengan lantang.Arya cukup terkejut mendengar marga wanita yang ada di depannya sekarang, apa wanita ini adalah darah daging kandung Abraham Kim setahu Arya Abraham hanya memiliki satu anak kandung."Jadi apa yang kamu inginkan?" tanya Arya dengan menurunkan sebelah kakinya."Gini Paman meski Endrea saudara tiri yang bisa dibilang sangat jauh denganku, tapi Aku ingin Paman membantunya agar dia mendapatkan apa yang seharusnya,"
"Endrea Kim," teriak seorang wanita dengan pakaian kantornya berdiri di depan pintu yang digunakan untuk interview.Mendengar namanya disebut jantung Endrea berdetak lebih cepat dari sebelumnya, Endrea melihat ke arah Yuda yang juga sedang menatapnya."Semangat," ujar Yuda tanpa suara.Endrea mengangguk kemudian menghela nafasnya dan berkata "Saya," ujarnya dengan berdiri menghampiri wanita itu."Ikuti Aku ya," ucap wanita itu ramah dan ngan menepuk pelan pundak Endrea.Wanita itu membawa Endrea ke ruangan yang ditempatkan untuk interview calon karyawan baru, di dalam ruangan yang lumayan luas itu terdapat tiga orang yang tengah duduk dikursi, masing-masing memberikan jarak duduk dua diantaranya laki-laki yang sudah berumur diatas tiga puluh tahun dan terlihat sangat berwibawa.Satu wanita duduk ditengah-tengah wanita itu masih berumur dibawah tiga puluh tahun, disamping kiri terdapat meja panjang dan ada satu kaos se
Endrea memberanikan dirinya mengangkat kepalanya, dan semakin dibuat tidak percaya dengan apa yang dirinya lihat.'Benar keluarga Bibi Liana memang berencana mnguasai semua harta milik Papa, bagaimana bisa Bibi menempatkan Nina sebagai direktur,' batin Endrea tangannya terkepal merasa tidak rela dengan apa yang dia lihat.Bagaimana bisa selama ini dirinya hidup dengan susah payah diluar sana, sedangkan Nina yang hanya anak tiri bisa duduk manis dimeja sebagai direktur diperusahaan milik Papanya."Khemm...." Nina berdehem kemudian membenarkan letak duduknya dengan memajukan bagian dadanya yang besar."Jadi ini Endrea, bagaimana kalo menurutmu Yuana?" tanya Nina kepada Yuana."Hasil dari penilaian kami semuanya bagus Bu, dan kami sangat berharap Ibu Nina berkenan menerima Endrea bergabung diperusahaan ini," jawab Yuana panjang lebar.Nina mengangguk mengerti kemudian mengalihkan pandangan ke arah Endrea dengan kemudiam
Endrea dan Semuel duduk berdampingan, Tuan Wu memerintahkan mereka untuk makan Endrea sedikit ragu saat ingin memasukan makanannya ke dalam mulut takutnya makanan itu sudah diberi racun."Makanlah," perintah Tuan Wu kembali. Kemudian mereka mulai menikmati makan malam dengan diam, setelah makan malam Tuan Wu mengajak Endrea dan Semuel untuk ke ruang keluarga ada sesuatu yang ingin Tuan Wu sampaikan."Sem...." panggil Tuan Wu."Iya Kek," jawab Semuel kemudian membenarkan duduknya melihat ke arah Kakeknya."Intan sudah lama meninggalkan kita bersama disini, apa kamu belum bisa muve on darinya?" tanya Tuan Wu."Maksud Kakek apa?" tanya Semuel."Hehe... Kakek tahu kamu sudah bisa melupakan Intan dan kamu juga sudah menemukan calon penggantinya, jangan kira Kakek tidak tahu dengan apa yang kalian lakukan," Tuan Wu menghentikkan ucapannya."Jadi kapan kali
Kevin masuk dan berjalan ke arah Yuana yang sedang bermain dengan Ardan di ruang keluarga, Kevin duduk di depan Ardan dan ikut bermain."Dik, Aku mau ke kantor sebentar setelah itu aku akan kembali lagi kesini," pamit Kevin kepada Yuana."Iya hati-hati di jalan Mas, kamu tenang saja disini ada aku," jawab Yuana.Kemudian Kevin berjalan ke arah kamar yang semalam digunakan oleh Yuana tidur, untung dirinya membawa baju ganti untuk ke kantor.Tiga puluh menit kemudian Kevin keluar dari kamar setelah berbicara dengan Yuana, Kevin keluar dari rumah dan membawa mobilnya menuju ke kantor.Tiga hari berlalu sekarang keadaan Endrea sudah membaik dan sudah bisa bekerja seperti biasa, saat ini Endrea, Kevin dan Yuana sedang menikmati udara segar dilantai atas rumah Endrea."Aku senang akhirnya kamu kembali seperti sedia kala lagi," ujar Kevin."Hanya sakit seperti itu saja, kenapa kalian khawatir sekali," jawan
"Ngga aku mau pulang saja, kasian Ardan di rumah sendirian," ucap Endrea dengan nada lemas"Iya sudah nanti aku antarkan ke rumah ya," ucap Semuel kemudian menyiapkan barang bawaan Endrea dan juga dirinya.Semuel mengeluarkan ponselnya dari saku dan menelepon Kevin, dipanggilan Kedua teleponnya baru diangkat."Halo, Vin kamu tolong jagain Ardan dulu sampai kami pulang ya," perintah Semuel kepada Kevin."Memangnya kalian dimana sih, dari semalam ngga pulang?" tanya Kevin diseberang sana."Nanti juga kamu tahu, sudah dulu ya," ucap Semuel kemudian mematikan sambungan teleponnya.Semuel membantu Endrea memakaikan sendalnya, kemudian memapah Endrea keluar dari kamsr hotel, Semuel mengantar Endrea ke kursi samping kemudi.Tidak lupa Semuel memasangkan sabuk pengaman, setelah itu Semuel menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Endrea."Kamu tidak mau periksa dulu En?" tanya Semuel kepada Endrea,
Selanjutnya mereka melakukan adegan yang seharusnya belum mereka lalukan sekarang, keduanya tenggelam dalam kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Satu jam kemudian Semuel membaringkan tubuhnya disamping Endrea, kemudian memeluk Endrea dengan sangat erat dibalik selimut.Endrea hanya terdiam memadangi langit-langit kamar, memikirkan apa yang baru saja dirinya lalukan bersama Semuel."Bagaimana kalau aku hamil?" celetuk Endrea, Semuel mencium pipi Endrea."Aku akan menikahimu segera, kamu tidak perlu khawatir," bisik Semuel ditelinga Endrea."Sekarang mandi ya setelah itu kita makan malam," perintah Semuel kepada Endrea."Tetapi aku tidak membawa baju ganti," ujar Endrea dengan melihat ke arah Semuel.Semuel keluar dari selimut dan berjalan ke arah sofa, kemudian kembali ke ranjang dan memberikan satu bag kepada Endrea."Ini aku sudah menyiapkannya tadi, tapi aku tidak tahu itu muat atau
"Sudah selesai, sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Semuel ketika sudah berada di depan Endrea, Endrea menatap mata Semuel kemudian menghela nafasnya. "Pulang dulu ya, aku mau ketemu sama Ardan setelah itu baru," jawab Endrea. "Baru apa kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Semuel. "Baru kita ke hotel," jawab Endrea dengan berbisik ditelinga Semuel, Semuel tersenyum kemudian mengusap telinganya yang terasa geli. "Cepat buka mobilnya panas ini," perintah Endrea. "Perintahnya yang bener dong sayang," pinta Semuel, Endrea mendengus kemudian memalingkam wajahnya ke arah lain. "Buka mobilnya Mas panas ini," perintah Endrea, dengan tertawa Semuel membuka kunci mobilnya. Jam setengah dua siang Endrea baru sampai di rumah, tadi dirinya sudah makan siang bersama Semuel, tidak lupa Endrea membeli kue untuk Ardan. "Ardan," teriak Endrea saat masuk ke dalam rumah, Endrea melihat Ardan sedang menonton televisi.
"Kamu harus bertangung jawab Endrea, kamu sudah berkali-kali membuat kepalaku sakit," gumam Semuel, Endrea melototkan matanya apa maksud yang dipikirkan calon suaminya pikir Endrea."Maksudnya bagaimana daritadi aku diam saja?" tanya Endrea dengan nada kebingungan."Kamu tahu dengan sikapmu yang seperti itu mampu membangunkan sesuatu ditubuhku," celetuk Semuel."Ya terus aku harus apa?" tanya Endrea yang belum tahu apa maksud perkataan calon suaminya."Malam ini aku mau kamu menginap dihotel bersamaku, tapi tidak dengan anak-anak," pinta Semuel."Gila apa ngga aku ngga mau, kita itu baru calon suami istri aku ngga mau melakukan itu," ujar Endrea yang sekarang sudah tahu apa maksud Semuel."Aku tidak akan memaksanya, tapi aku mohon untuk malam ini saja," pinta Semuel dengan nada memohon."Ya sudah, malam ini dihotel tapi jangan macam-macam," ancam Endrea."Iya sayang," jawab Semuel kemudian me
Endrea berbalik ingin memukul Kevin tapi Kevin menghindar, Endrea mengejar Kevin dengan berkata "Bisa diam ngga sih,"."Mami lagi apa?" tanya Ardan yang baru turun dari kamarnya dan melihat Mami dan Omnya sedang berlarian."Ngga sayang, itu si Om nakal," jawab Endrea kemudian menggendong Ardan dan membawanya ke meja makan, Yuana hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya dan Endrea.Sebentar lagi Kevin sudah mau menjari seorang Ayah tapi tingkahnya masih seperti anak kecil saat bertemu dengan Endrea, tapi Yuana tidak pernah melarangnya selagi itu membuat suaminya bahagia."Makan yuk ini semuanya sudah siap," ajak Yuana kemudian mereka bertiga jalan ke arah meha makan dan mulai menikmati soto ayam buatan Yuana.Selesai sarapan Yuana dan Kevin pamit pulang karena mereka harus berangkat ke kantor, begitu juga Endrea harus bersiap untuk bekerja.Endrea mengantarkan Kevin sampai di depan rumahnya, Endrea kembali
"Lain kali jangan memaksa orang yang sedang hamil, itu tidak baik," gerutu Endrea, Kevin hanya bisa memamerkan giginya yang putih dan tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Jam sebelas malam mereka baru selesai makan malam, Kevin dan Yuan pulang terlebih dahulu malam ini mereka aka menginap di rumah Endrea.Sedangkan Endrea dan Semuel masih ingin menikmati malam berdua, Semuel memerintahkan Endrea untuk menatap ke arahnya."Coba lihat ke arahku dan tatap mataku," perintah Semuel kepada Endrea.Endrea menurut dan langsung menatap mata Kevin, mereka saling bertatap kemudian Semuel memalingkan wajahnya ke arah lain."Kamu cantik, aku tidak menyangka kamu mau menerima cintaku," ujar Semuel dengan menggengam tangan Endrea."Tugas kita masih satu lagi," ujar Semuel.Endrea melihat ke arah Semuel dengan menaikan sebelah alisnya kemudian bertanya "Apa?"."Kita harus mendapatkam restu Kakek, setelah itu kita b
"Seperti anak remaja saja yang mudah tersingung," gumam Endrea kemudian dirinya tersenyum dan mematikan ponselnya dan meletakan kembali ke meja kamar.Siang ini Endrea berencana ingin pergi ke mal untuk berbelanja barang yang sudah habis, karena Ardan baru saja tertidur jadi Endrea menitipkan Ardan kepada Lia, agar dirinya bisa leluasa belanja.Endrea berjalan ke arah garasi dan memgeluarkan mobil pajero putihnya, Endrea membawa dengan perlahan mobil itu ke mal.Semuel yang sedang berada dibalkon kamarnya melihat mobil Endrea keluar, Semuel menghembuskan nafas lega kemudian tersenyum itu artinya Endrea sudah tidak lagi marah dengan ucapan Kakeknya.Hari berganti hari tidak terasa sudah satu minggu sejak pernyataan cinta Semuel waktu itu, sekarang waktunya Endrea memberikan jawaban kepada Semuel.Dan selama satu minggu itu juga hubungan mereka semakim dekat, Ardan dan juga Qila juga terlihat sangat dekat Qila sudah mengangap