"Aku tidak mabuk," bantah Kevin sebenarnya siapa wanita yang ada di depannya dan apa maunya Kevin menjadi penasaran dengan Endrea.
"Bajumu bau alkohol," ucap Endrea.
"Ah... sudahlah saya tidak punya waktu untuk meladeni anak kecil sepertimu," geram Kevin dengan mendorong tubuh mungil Endrea.
"Heh setidaknya kamu bisa lebih sopan," teriak Endrea sebelum Kevin masuk ke dalam mobilnya.
"Kenapa kamu mencampuri urusanku hah, apakah kamu cucunya?" tanya Kevin dengan sombong.
"Iya aku cucunya, memang kenapa?" tanya Endrea dengan nada menantang.
"Kalo begitu kamu harus ganti rugi," ketus Kevin.
"Ganti rugi." ucap Endrea mengulangi perkataan Kevin.
"Apa aku tidak salah mendengarnya. yang salah itu anda berkendara dengan keadaan mabuk seharusnya kamu yang meminta maaf, kalo tidak Aku bisa saja melaporkanmu ke pihak kepolisian," bisik Endrea ditelinga Kevin.
Kevin yang merasa kalah berdebat dengan gadis itu memilih untuk meminfa maaf "Maafkan saya Pak tadi saya sedang terburu-buru," ucap Kevin kemudian membuka pintu mobilnya.
Kepalanya sedikit pusing karena terlalu banyak minum, kevin memijit pelan pangkal hidungnya Kevin memaksakan dirinya untuk mengendarai. Endrea melihat dari kaca mobil Kevin tengah memijit pelan pangkal hidungnya Endrea mengetuk pelan mobilnya.
Kevin melihat ke arah luar dan melihat wajah imut Endrea yang sangat dekat dengannya, hanya ada kaca mobil sebagai pembatas "Ada apa?" tanya Kevin dan membuka jendelanya.
Triing... Triing...
Ponsel milik Kevin berdering "Halo.. ada apa?" tanya Kevin ketika teleponnya sudah tersambung.Endrea tidak tahu pasti apa yang dikatakan orang diseberang sana, tapi Endrea yakin itu bukan kabar baik terlihat dari berubahan raut wajah kevin.
Kepala Kevin menjadi semakin pusing, setelah mendengar kabar dari Papanya yang terus mendesak untuk merestui pernikahannya.
'Kenapa hanya nikah dan nikah terus yang Papa pikirkan, apa Papa tidak memikirkan bagaimana perasaan Mama diatas sana,' batin Kevin tangannya mencengkeram kemudi.
"Saya bisa Membawa mobil, jika anda tidak keberatan saya bisa anda ke rumah," ujar Endrea siapa tahu Kevin mau diantar olehnya.
Kevin menatap Endrea cukup lama, melihat dari atas sampai bawah tidak ada salahnya untuk mengiyakan kepalanya saat ini semakin sakit.
"Baiklah saya akan menerima tawaran anda, antar saya ke alamat ini," pinta Kevin dan memberikan selembar alamat hotel terkenal disana kepada Endrea.
Kevin keluar dari mobilnya dan membuka pintu bagian tengah, sebelum masuk ke dalam mobil Kevin melihat ke arah Pak Dimas dengan tatapan tajam.
"Maafkan istri saya, Tuan," ucap Paman Dimas dengan menunduk, Kevin mengangguk sebagai jawabannya.
Melihat Endrea menjauh dari mobilnya Kevin mengeluarkan ponselnya dan memotret Endrea, kemudian mengirimkan pesan ke orang kepercayaannya untuk mencari tahu idetitas Endrea.
Endrea berjalan ke arah Paman Dimas, mendengar Pamannya memanggil pemuda itu dengan sebutan Tuan.
"Mengapa Paman memanggilnya Tuan?" bisik Mira ditelinga Paman Dimas.
"Sebenarnya pemuda itu, Anak dari bos paman." jawab Paman Dimas.
Endrea mengangguk mengerti kemudian pamit ke Paman Dimas, Endrea berjalan ke arah mobil Kevin dan masuk ke dalamnya, Endrea menjalankan mobilnya dengan perlahan.
Endrea melihat alamat hotel yang diberikan Kevin sungguh anak orang kaya pikir Endrea. hotel ini adalah hotel bintang lima hanya orang tertentu yang bisa memasukinya, Endrea melihat Kevin dari spion meski Kevin selalu melihat keluar Endrea dapat melihat dari pancaran matanya Pria itu sedang sedih.
"Apakah ada masalah?" tanya Endrea yang tidak bisa membendung rasa penasarannya.
"Bukan urusanmu," jawab Kevin ketus.
Endrea tidak bertanya lagi dirinya memilih untuk diam, satu jam kemudian mobil mereka sudah sampai diloby hotel.
"Sampai," ucap Endrea ke arah Kevin.
Endrea keluar dari mobil begitu juga dengan Kevin.
"Apakah kamu ingin menemaniku makan siang?" tanya Kevin dan mencodongkan wajahnya ke arah Endrea.
"Tidak, terimakasih." jawab Endrea kemudian berlari meninggalkan loby hotel.
Karena uang yang Endrea pegang sekarang tidak cukup untuk membayar taksi, jadi Endrea berjalan ke arah halte bus dan menunggu disana. disaat dirinya sendirian pikiran tentang meninggalnya Adelard dan juga mengetahui Papanya sudah meninggal kembali berputar dipikirannya. Endrea mulai menangis tersedu-sedu disana.
Endrea tidak menyadari ada seorang yang melihatnya dari tadi, dia adalah Kevin Lii jaraknya tidak jauh dari Endrea. Kevin mengejar Endrea ingin menanyakan siapa nama gadis itu.
Siapa yang akan menyangka gadis yang terlihat begitu ceria di depan banyak, orang tapi menyimpan banyak luka dihatinya pikir Kevin lii.
Sudah lama menangis Endrea mengusap air matanya dan bertepatan dengan itu ada bus yang lewat Endrea langsung masuk ke bus dan duduk dibagian tengah.
Setelah Endrea sudah tidak telihat lagi Kevin kembali ke hotel masuk ke lift dan menekan tombol lima belas, pintu lift terbuka Kevin turun dan masuk ke dalam kamarnya ada ranjang dan juga televisi yang serba king size, Kevin berjalan ke arah sofa warna abu yang lembut dan duduk disana.
Kevin tidak ada niat untuk pulang ke rumah, karena jika dirinya pulang Papanya pasti akan terus membicarakan masalah pernikahan yang keduanya, itu sangat menyebalkan pikir Kevin.
Karena pusing Kevin tertidur disofa, Kevin terbangun karena mendengar dering telepon.
Tanpa melihat siapa yang meneleponnya Kevin langsung mengangkatnya "Halo..." ucap Kevin.Mendengar perkataan lawan bicaranya Kevin langsung duduk "Aku akan sampai tiga puluh menit lagi." ujar Kevin dan langsung mematikam sambungan teleponnya.
Kevin langsung berganti baju mengambil kunci mobil Kevin mengendarai mobolnya dengan kecepatan sedang. tiga puluh menit kemudian Kevin sudah sampai di Kafe tempat mereka janjian Kevin yang melihat orang suruhannya sudah menunggunya langsung menghampirinya.
Kevin duduk disana dan berkata "Jadi apa yang kamu dapatkan?" tanya Kevin.
Orang suruhan Kevin langsung membuka ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto keluarga, ada seorang gadis yang duduk ditengah kedua orang tuanya usia gadis itu sekitar delapam belas tahun.Kevin menautkan kedua alisnya, Kevin tidak tahu apa yang dimaksud dengan foto itu.
"Jadi gadis itu bernama Endrea Kim penerus ketiga yang sah atas harta keluarga Kim, tapi gadis itu tidak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya, Endrea diusir dari rumah keluarga Kim karena perbuatan Ibu tirinya dan saudara tirinya, membuat gadis ini bekerja dengan keras untuk membiyayai hidup dan juga kuliahnya kemarin dirinya baru saja kehilangan pacarnya, dan yang paling mengejutkan adalah gadis ini juga calon saudara tiri Tuan, itu yang saya dapat Tuan" jelas orang suruhan Kevin.
Mendengar perkataan yang terakhir mata Kevin langsung melotot, jadi gadis yang malang itu calon saudara tirinya batin Kevin.
"Apa pekerjaan Endrea?" tanya Kevin.
"Dia sebagai pelayan direstoran milik Pak Arga ini alamatnya." jawab orang itu dan memberikan nama lengkap restoran tempat Endrea bekerja.
"Bagus terimakasih kerjamu sangat bagus kali ini," Kevin mengeluarkan amplop coklat dari dalam jasnya dan memberikan kepada orang itu.
Orang itu menerimanya "Terimakasih Bos, saya pamit dulu." pamit Pria itu dan langsung pergi dari hadapan Kevin.
"Tunggu Aku gadis kecil, Aku akan membantumu mendapatkan apa yang seharusnya kamu dapatkan," gumam Kevin, bibirnya terangkat saat melihat foto Endrea yang tadi pagi dirinya Ambil.
Part 5"Tunggu Aku gadis kecil, Aku akan membantumu mendapatkan apa yang seharusnya kamu dapatkan," gumam Kevin, sebelah bibirnya terangkat saat melihat foto Endrea yang tadi pagi dirinya Ambil.Pagi ini Endrea membantu Bibi Mun masak, sebenarnya Bibi Mun sudah menolaknya tapi Endrea bersikeras membantu."Endrea tolong antar ini ke meja makan ya, sebentar lagi Paman akan keluar," perintah Bibi Mun tangannya menunjuk ke mangkok yang berisi sup."Iya Bi," jawab Endrea kemudian melakukan apa yang seharusnya.Tidak lama kemudian Paman Dimas keluar dari kamar dan duduk dikursi."Endrea," panggil Paman Dimas."Iya Paman, ada apa?" tanya Endrea saat dirinya sudah kembali dari dapur, dan duduk dikursi yang ada disana."Tadi Tuan Kevin telepon ke Paman, dan meminta paman untuk mengantarkanmu ke rumahnya," jelas Paman Dimas."Apa... kenapa harus aku datang ke sana Paman?" tanya Endrea, dirinya masih belum m
Kevin dan Endrea berdiri di depan pintu kamar, Kevin mengambil kunci yang ada dilaci dan membuka kamar itu, mata Endrea langsung melotot melihat isi kamarnya. "Ini apa?" tanya Endrea yang melihat isi kamarnya penuh dengan perlengkapan wanita, ada ranjang king size warna abu ditengah ruangan ada juga televisi yang besar dan sofa. masuk ke dalam ruangan dibalik dinding televisi terletak lemari dengan berbagai perlengkapan wanita dari kepala sampai kaki semuanya ada, dan semua barang-barang bermerek. "Ini untukmu, karena Paman Arya mau membantumu jadi penampilanmu harus memukau saat bertemu dengannya nanti malam," jelas Kevil Lii.Endrea melihat isi kamar dengan tatapan kagum, meski dulu dirinya anak orang kaya tapi belum pernah merasakan fasilitas semewah ini. Triinng... Triingg...Ponsel Kevin berdering, nama Papanya terpampang dilayar depan dengan malas Kevin mengangkat sambungan teleponnya. "Halo... Pa," ucap Kev
Endrea," suara bariton memanggil namanya, Endrea memalingkan wajahnya ke arah suara."Ada apa Emue?" tanya Endrea kemudian berjalan ke arah Emue yang sedang berdiri disamping lemari sepatu yang terletak disamping pintu masuk.Lemari sepatu dilengkapi dengan pintu kaca jadi tidak perlu membukanya untuk melihat sepatu di dalamnya, dari sepatu sampai heals dari toko-toko bermerek semuanya ada disana."Ayo Endrea pilih terserah kamu mau pakai yang mana, aku mau lihat tas disana" ucap Emue kemudian dirinya pergi ke lemari tas dan meninggalkan Endrea disana.Endrea melihat ke arah Emue kemudian berpindah lagi ke tempat sepatu, mata Endrea langsung tertuju ke arah sepatu kats warna putih dengan merek terkenal Endrea membuka pintu lemari dan mengambil sepatu itu."Aku mau pakai yang ini saja Emue," ucap Endrea, Emue yang sedang berdiri di depan lemari tas langsung memalingkan wajahnya dan melihat ke arah sepatu yang
"Saya... Saya...." Endrea menghentikkan ucapannya saat sebuah tangan kekar menggengam tangannya.Endrea melihat ke arah Kevin kemudian mengibaskan tangannya dengan berkata "Tidak usah pegang-pegang," ujar Endrea kemudian meletakkan tangannya diatas pangkuannya.Kevin yang tidak pernah ditolak oleh seorang wanita hatinya merasa sakit apa lagi penolakan itu tepat di depan Pamannya, sedangkan Arya tersenyum melihag bagaimana cara wanita itu memperlakukan keponakannya."Saya Endrea Kim," ucap Endrea dengan lantang.Arya cukup terkejut mendengar marga wanita yang ada di depannya sekarang, apa wanita ini adalah darah daging kandung Abraham Kim setahu Arya Abraham hanya memiliki satu anak kandung."Jadi apa yang kamu inginkan?" tanya Arya dengan menurunkan sebelah kakinya."Gini Paman meski Endrea saudara tiri yang bisa dibilang sangat jauh denganku, tapi Aku ingin Paman membantunya agar dia mendapatkan apa yang seharusnya,"
"Endrea Kim," teriak seorang wanita dengan pakaian kantornya berdiri di depan pintu yang digunakan untuk interview.Mendengar namanya disebut jantung Endrea berdetak lebih cepat dari sebelumnya, Endrea melihat ke arah Yuda yang juga sedang menatapnya."Semangat," ujar Yuda tanpa suara.Endrea mengangguk kemudian menghela nafasnya dan berkata "Saya," ujarnya dengan berdiri menghampiri wanita itu."Ikuti Aku ya," ucap wanita itu ramah dan ngan menepuk pelan pundak Endrea.Wanita itu membawa Endrea ke ruangan yang ditempatkan untuk interview calon karyawan baru, di dalam ruangan yang lumayan luas itu terdapat tiga orang yang tengah duduk dikursi, masing-masing memberikan jarak duduk dua diantaranya laki-laki yang sudah berumur diatas tiga puluh tahun dan terlihat sangat berwibawa.Satu wanita duduk ditengah-tengah wanita itu masih berumur dibawah tiga puluh tahun, disamping kiri terdapat meja panjang dan ada satu kaos se
Endrea memberanikan dirinya mengangkat kepalanya, dan semakin dibuat tidak percaya dengan apa yang dirinya lihat.'Benar keluarga Bibi Liana memang berencana mnguasai semua harta milik Papa, bagaimana bisa Bibi menempatkan Nina sebagai direktur,' batin Endrea tangannya terkepal merasa tidak rela dengan apa yang dia lihat.Bagaimana bisa selama ini dirinya hidup dengan susah payah diluar sana, sedangkan Nina yang hanya anak tiri bisa duduk manis dimeja sebagai direktur diperusahaan milik Papanya."Khemm...." Nina berdehem kemudian membenarkan letak duduknya dengan memajukan bagian dadanya yang besar."Jadi ini Endrea, bagaimana kalo menurutmu Yuana?" tanya Nina kepada Yuana."Hasil dari penilaian kami semuanya bagus Bu, dan kami sangat berharap Ibu Nina berkenan menerima Endrea bergabung diperusahaan ini," jawab Yuana panjang lebar.Nina mengangguk mengerti kemudian mengalihkan pandangan ke arah Endrea dengan kemudiam
"Mbak," teriak seorang dari luar Endrea langsung meletakan ponselnya di dalam tas, Eva memberi kode lewat tatapan matanya agar Endrea yang menghampiri wanita itu.Endrea langsung membuka pintu dan berlari ke arah wanita yang tadi memanggilnya kemudian berkata."Iya ada yang bisa saya bantu?" tanya Endrea dengan sopan.Wanita itu melihat Endrea dari atas sampai bawah "Apa kamu bekerja baru disini?" tanya wanita itu sedikit ketus dan tatapan matanya mengarah ke meja."Iya saya baru bekerja mulai tadi," jawab Endrea sopan."Oh kebetulan tadi Yuana memerintahkanku untuk memanggilkan pekerja baru, jadi cepatlah datang sebelum kamu dipecat, itu ruangan Yuana bekerja," ujar wanita itu dengan menunjuk ke ruangan yang ada disana.Endrea mengangguk kemudian berjalan ke arah ruangan Yuana, sementara itu diruangan tadi Eva melihat Endrea penuh dengan senyum jahat dirinya merasa sangat terbantu dengan adanya Endrea, jadi dirinya t
Tok... Tok... Tok..."Yuana... Yuana...." teriak seorang diluar ruangan Yuana dibarengi dengan gedoran dipintu."Nina," ucap Yuana dan Endrea bersamaan.Yuana langsung memberikan tisu kepada Endrea untuk membersihkan sisa air mata yang masih ada di pipi dan memberikan kain lap, kemudian menyuruh Endrea untuk membersihkan meja panjang yang berada dibelakang Yuana."Masuk Bu," seru Yuana dari dalam.Tidak lama kemudian Nina masuk ke ruangan Yuana dan terkejut melihat keberadaan Endrea diruangan Yuana, tidak biasanya orang lain diijinkan masuk ke ruangan ini pikir Nina."Aku mau pergi sama Dodi nanti kalau ada yang nanya bilang saya tidak ada," ucap Nina setelah itu pergi meninggalkan ruangan Yuana dengan menghentakkan kakinya."Endrea sini," panggil Yuana setelah Nina sudah tidak terlihat lagi."Untuk hari ini cukup besok kamu bantu saya disini sama satu lagi kalau ada yang tanya kenapa kam
Endrea dan Semuel duduk berdampingan, Tuan Wu memerintahkan mereka untuk makan Endrea sedikit ragu saat ingin memasukan makanannya ke dalam mulut takutnya makanan itu sudah diberi racun."Makanlah," perintah Tuan Wu kembali. Kemudian mereka mulai menikmati makan malam dengan diam, setelah makan malam Tuan Wu mengajak Endrea dan Semuel untuk ke ruang keluarga ada sesuatu yang ingin Tuan Wu sampaikan."Sem...." panggil Tuan Wu."Iya Kek," jawab Semuel kemudian membenarkan duduknya melihat ke arah Kakeknya."Intan sudah lama meninggalkan kita bersama disini, apa kamu belum bisa muve on darinya?" tanya Tuan Wu."Maksud Kakek apa?" tanya Semuel."Hehe... Kakek tahu kamu sudah bisa melupakan Intan dan kamu juga sudah menemukan calon penggantinya, jangan kira Kakek tidak tahu dengan apa yang kalian lakukan," Tuan Wu menghentikkan ucapannya."Jadi kapan kali
Kevin masuk dan berjalan ke arah Yuana yang sedang bermain dengan Ardan di ruang keluarga, Kevin duduk di depan Ardan dan ikut bermain."Dik, Aku mau ke kantor sebentar setelah itu aku akan kembali lagi kesini," pamit Kevin kepada Yuana."Iya hati-hati di jalan Mas, kamu tenang saja disini ada aku," jawab Yuana.Kemudian Kevin berjalan ke arah kamar yang semalam digunakan oleh Yuana tidur, untung dirinya membawa baju ganti untuk ke kantor.Tiga puluh menit kemudian Kevin keluar dari kamar setelah berbicara dengan Yuana, Kevin keluar dari rumah dan membawa mobilnya menuju ke kantor.Tiga hari berlalu sekarang keadaan Endrea sudah membaik dan sudah bisa bekerja seperti biasa, saat ini Endrea, Kevin dan Yuana sedang menikmati udara segar dilantai atas rumah Endrea."Aku senang akhirnya kamu kembali seperti sedia kala lagi," ujar Kevin."Hanya sakit seperti itu saja, kenapa kalian khawatir sekali," jawan
"Ngga aku mau pulang saja, kasian Ardan di rumah sendirian," ucap Endrea dengan nada lemas"Iya sudah nanti aku antarkan ke rumah ya," ucap Semuel kemudian menyiapkan barang bawaan Endrea dan juga dirinya.Semuel mengeluarkan ponselnya dari saku dan menelepon Kevin, dipanggilan Kedua teleponnya baru diangkat."Halo, Vin kamu tolong jagain Ardan dulu sampai kami pulang ya," perintah Semuel kepada Kevin."Memangnya kalian dimana sih, dari semalam ngga pulang?" tanya Kevin diseberang sana."Nanti juga kamu tahu, sudah dulu ya," ucap Semuel kemudian mematikan sambungan teleponnya.Semuel membantu Endrea memakaikan sendalnya, kemudian memapah Endrea keluar dari kamsr hotel, Semuel mengantar Endrea ke kursi samping kemudi.Tidak lupa Semuel memasangkan sabuk pengaman, setelah itu Semuel menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Endrea."Kamu tidak mau periksa dulu En?" tanya Semuel kepada Endrea,
Selanjutnya mereka melakukan adegan yang seharusnya belum mereka lalukan sekarang, keduanya tenggelam dalam kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Satu jam kemudian Semuel membaringkan tubuhnya disamping Endrea, kemudian memeluk Endrea dengan sangat erat dibalik selimut.Endrea hanya terdiam memadangi langit-langit kamar, memikirkan apa yang baru saja dirinya lalukan bersama Semuel."Bagaimana kalau aku hamil?" celetuk Endrea, Semuel mencium pipi Endrea."Aku akan menikahimu segera, kamu tidak perlu khawatir," bisik Semuel ditelinga Endrea."Sekarang mandi ya setelah itu kita makan malam," perintah Semuel kepada Endrea."Tetapi aku tidak membawa baju ganti," ujar Endrea dengan melihat ke arah Semuel.Semuel keluar dari selimut dan berjalan ke arah sofa, kemudian kembali ke ranjang dan memberikan satu bag kepada Endrea."Ini aku sudah menyiapkannya tadi, tapi aku tidak tahu itu muat atau
"Sudah selesai, sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Semuel ketika sudah berada di depan Endrea, Endrea menatap mata Semuel kemudian menghela nafasnya. "Pulang dulu ya, aku mau ketemu sama Ardan setelah itu baru," jawab Endrea. "Baru apa kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Semuel. "Baru kita ke hotel," jawab Endrea dengan berbisik ditelinga Semuel, Semuel tersenyum kemudian mengusap telinganya yang terasa geli. "Cepat buka mobilnya panas ini," perintah Endrea. "Perintahnya yang bener dong sayang," pinta Semuel, Endrea mendengus kemudian memalingkam wajahnya ke arah lain. "Buka mobilnya Mas panas ini," perintah Endrea, dengan tertawa Semuel membuka kunci mobilnya. Jam setengah dua siang Endrea baru sampai di rumah, tadi dirinya sudah makan siang bersama Semuel, tidak lupa Endrea membeli kue untuk Ardan. "Ardan," teriak Endrea saat masuk ke dalam rumah, Endrea melihat Ardan sedang menonton televisi.
"Kamu harus bertangung jawab Endrea, kamu sudah berkali-kali membuat kepalaku sakit," gumam Semuel, Endrea melototkan matanya apa maksud yang dipikirkan calon suaminya pikir Endrea."Maksudnya bagaimana daritadi aku diam saja?" tanya Endrea dengan nada kebingungan."Kamu tahu dengan sikapmu yang seperti itu mampu membangunkan sesuatu ditubuhku," celetuk Semuel."Ya terus aku harus apa?" tanya Endrea yang belum tahu apa maksud perkataan calon suaminya."Malam ini aku mau kamu menginap dihotel bersamaku, tapi tidak dengan anak-anak," pinta Semuel."Gila apa ngga aku ngga mau, kita itu baru calon suami istri aku ngga mau melakukan itu," ujar Endrea yang sekarang sudah tahu apa maksud Semuel."Aku tidak akan memaksanya, tapi aku mohon untuk malam ini saja," pinta Semuel dengan nada memohon."Ya sudah, malam ini dihotel tapi jangan macam-macam," ancam Endrea."Iya sayang," jawab Semuel kemudian me
Endrea berbalik ingin memukul Kevin tapi Kevin menghindar, Endrea mengejar Kevin dengan berkata "Bisa diam ngga sih,"."Mami lagi apa?" tanya Ardan yang baru turun dari kamarnya dan melihat Mami dan Omnya sedang berlarian."Ngga sayang, itu si Om nakal," jawab Endrea kemudian menggendong Ardan dan membawanya ke meja makan, Yuana hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya dan Endrea.Sebentar lagi Kevin sudah mau menjari seorang Ayah tapi tingkahnya masih seperti anak kecil saat bertemu dengan Endrea, tapi Yuana tidak pernah melarangnya selagi itu membuat suaminya bahagia."Makan yuk ini semuanya sudah siap," ajak Yuana kemudian mereka bertiga jalan ke arah meha makan dan mulai menikmati soto ayam buatan Yuana.Selesai sarapan Yuana dan Kevin pamit pulang karena mereka harus berangkat ke kantor, begitu juga Endrea harus bersiap untuk bekerja.Endrea mengantarkan Kevin sampai di depan rumahnya, Endrea kembali
"Lain kali jangan memaksa orang yang sedang hamil, itu tidak baik," gerutu Endrea, Kevin hanya bisa memamerkan giginya yang putih dan tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Jam sebelas malam mereka baru selesai makan malam, Kevin dan Yuan pulang terlebih dahulu malam ini mereka aka menginap di rumah Endrea.Sedangkan Endrea dan Semuel masih ingin menikmati malam berdua, Semuel memerintahkan Endrea untuk menatap ke arahnya."Coba lihat ke arahku dan tatap mataku," perintah Semuel kepada Endrea.Endrea menurut dan langsung menatap mata Kevin, mereka saling bertatap kemudian Semuel memalingkan wajahnya ke arah lain."Kamu cantik, aku tidak menyangka kamu mau menerima cintaku," ujar Semuel dengan menggengam tangan Endrea."Tugas kita masih satu lagi," ujar Semuel.Endrea melihat ke arah Semuel dengan menaikan sebelah alisnya kemudian bertanya "Apa?"."Kita harus mendapatkam restu Kakek, setelah itu kita b
"Seperti anak remaja saja yang mudah tersingung," gumam Endrea kemudian dirinya tersenyum dan mematikan ponselnya dan meletakan kembali ke meja kamar.Siang ini Endrea berencana ingin pergi ke mal untuk berbelanja barang yang sudah habis, karena Ardan baru saja tertidur jadi Endrea menitipkan Ardan kepada Lia, agar dirinya bisa leluasa belanja.Endrea berjalan ke arah garasi dan memgeluarkan mobil pajero putihnya, Endrea membawa dengan perlahan mobil itu ke mal.Semuel yang sedang berada dibalkon kamarnya melihat mobil Endrea keluar, Semuel menghembuskan nafas lega kemudian tersenyum itu artinya Endrea sudah tidak lagi marah dengan ucapan Kakeknya.Hari berganti hari tidak terasa sudah satu minggu sejak pernyataan cinta Semuel waktu itu, sekarang waktunya Endrea memberikan jawaban kepada Semuel.Dan selama satu minggu itu juga hubungan mereka semakim dekat, Ardan dan juga Qila juga terlihat sangat dekat Qila sudah mengangap