"Terimakasih Mbak, padahal Ibu mau bayar sendiri tadi," ucap Ibu Siti kepada Endrea.
"Iya sama-sama Bu," kemudian Endrea meminta kepada penjual untuk mengupaskan buah mangga, dirinya ingin sekali makan disana.
Selesai berbelanja Endrea melihat ke arah jam dipergelangan tangannya, sudah menunjukkan pukul empat lebih tiga puluh menit.
"Bu ada yang mau dibeli lagi apa ngga?" tanya Endrea kepada Ibu Siti.
"Kalau ibu sih ngga, ini juga kebanyakan sebenarnya Ibu tidak pernah berbelanja sebanyak ini hehe," jawab Ibu Siti dengan tersenyum malu dan mengangkat kantong kresek yang ada ditangannya.
"Itu hadiah buat Ibu karena mau menemani Endrea belanja sampai sore lagi, sekarang kita pulang aja ya Bu," ajak Endrea, Ibu Siti mengangguk kemudian mereka mencari ojek untuk mengantarkan ke rumah.
Saat baru saja sampai di rumah Endrea melihat dua mobil pik up yang sudah ada di depan rumah Ibu Siti, Endrea memerintahkan kedua pria yang
"Bu jadi semuanya berapa biar sekalian aku bayar sama punya ibu-ibu ini," tunjuk Endrea kepada ke tiga ibu-ibu yang masih sibuk membicarakannya, ke tiga ibu-ibu itu langsung berhenti berbicara dan melihat ke arah Endrea."Ibu Wati pesan dua bungkus, Ibu Ida pesan tiga, sama Ibu Ela pesan dua bungskus jadi semuanya delapan bungkus ya sama punya Neng, harga perbungkusnya sepuluh ribu jadi depalan puluh ribu Neng," ucap penjual itu dengan menjelaskan siapa nama-nama ibu yang ada di depannya."Oh iya Bu ini uangnya," ujar Endrea dengan memberikan uang merah satu lembar, dan Ibu penjual itu memberika kembaliannya."Mbak makasih ya pagi-pagi udah ditraktir," ucap Ibu Ida yang memakai daster warna kuning."Sama-sama Bu, saya pulang dulu mari," pamit Endrea dan ketiga Ibu itu mengangguk.Sesampainya di rumah Endrea mandi terlebih dahulu, hanya berjalan ringan selama sepuluh menit saja sudah membuatnya lelah, selesai mandi Endrea memasak air unt
Hari perkiraan lahir Endrea sudah dekat, tinggal tiga hari lagi dan mulai saat itu Ibu Siti tinggal di rumah dengan Endrea, takut jika malam hari Endrea akan merasakan mulas.Malam ini saat hujan disertai dengan petir, Endrea mulai merasakan tidur yang tidak nyaman sering buang air kecil, dan pinggangnya mulai terasa sakit.Endrea melihat jam di dinding baru menunjukan jam satu dini hari, Endrea menahan rasa sakitnya yang mulai terasa bahkan Endrea sampai manangis.Karena sudah tidak kuat lagi Endrea keluar kamar dengan tertatih, Endrea mengetuk pintu kamar yang digunakan Ibu Siti."Bu ini Endrea perutku sakit," ucap Endrea dengan terus mengetuk pintu, tidak lama kemudian Ibu Siti keluar dan langsung panik saat melihat Endrea kesakitan."Kamu mau melahirkan, sekarang ke bidan terdekat dulu ya," ajak Ibu Siti.Ibu Siti berlari ke kamar Endrea dan mengambil tas perlengkapan untuk melahirkan, Endrea sudah men
"Gini Endrea, bukan maksud Ibu mengusir kamu dari sini justru Ibu senang memiliki anak gadis dan cucu yang tampan seperti Arda, Ardan kan sekarang sudah besar apa kamu tidak mau mempertemukan dia dengan Papinya meski hanya datang ke makamnya?" tanya Ibu Siti membuat Endrea terdiam yang dikatakan Ibu Siti benar juga apakah dirinya akan terus seperti ini."Untuk saat ini Endrea masih belum siap untum kembali Bu," jawab Endrea dengan nada lirih bahkan hampir tidak terdengar."Jika tidak sekarang, kapan lagi kita tidak tahu umur kita akan sampai kapan, dan ajal bisa kapan saja saran Ibu sebelum semuanya terlambat," ujar Ibu Siti dengan mengusap pelan pundak Endrea."Iya Bu nanti Endrea akan mengabari orang sana, mungkin besok minggu Endrea akan kembali kesana," ucap Endrea.Endrea berjalan masuk ke dalam kamarnya, setelah memiliki anak jarang sekali Endrea memegang ponsel Endrea mencari nomor Kevin kemudian memencet tombol panggil.Tut... Tut... Tut...
"Iya Nenek, Mami ayo," teriak Ardan dari ruang tamu, Endrea yang masih berada di dalam kamar langsung keluar."Sayang jangan teriak-teriak," ujar Endrea kemudian menggendong Ardan."Bu, Endrea pergi dulu ya," pamit Endrea kepada Ibu Siti kemudian meninggalkan rumah, untuk sampai ke supermarket mereka membutuhkan waktu lima menit.Endrea membawa motornya dengan kecepatan sedang, lima menit kemudian mereka sudah sampai disupermarket, Ardan mengambil es crem yang dia inginkan dan juga membelikan untuk Maminya dan Neneknya.Endrea memang mangajarkan Ardan untuk membeli yang hanya diperlukan saja, meski Endrea mampu memberikan apapun yang diinginkan Ardan tapi Endrea tidak ingin Ardan menjadi pribadi yang selalu bergantung kepadanya.Jam empat sore Endrea dan Ardan sedang duduk di kursi depan rumah, Ardan sedang sibuk dengan es cremnya sedangkan Endrea tengah memperhatikan Ardan."Ardan...." panggil Endrea."Iya Mam
Setelah itu Yuana meninggalkan ruangan Kevin, tiga tahun terakhir ini Yuana menjadi asisten pribadi KevinKevin melihat ke arah ponsel yang berada di atas meja tidak ada pesan yang dikirimkan oleh Endrea, Kevin menekan nomor Endrea tapi tidak diangkat teleponnya."Mungkin dia sedang sibuk," gumam Kevin kemudian menghela nafas panjang.Kembali ke desa tempat Endrea berada Endrea sedang sibuk mengurus Ardan setelah Ardan siap Endrea masuk ke dalam kamar mandi, lima belas menit kemudian Endrea keluar.Karena akan melakukan perjalanan jauh Endrea memakai baju berbahan tebal agar dirinya tidak masuk angin, dirinya juga memakai jaket."Kalian akan berangkat jam berapa?" tanya Ibu Siti yang sudah berdiri di depan pintu kamar Endrea."Kereta akan berangkat jam empat nanti jam tiga sore Bu, Endrea berangkat," jawab Endrea."Ya sudah kalau gitu Ibu panggilkan Pak Amin ya untuk mengantarkan kalian," ucap Ibu Siti.
'Tunggu aku disana sayang,' batin Endrea.Jam satu dini hari Endrea sudah sampai ditempat tujuan, pesawat akan berangkat besok pagi jam tujuh jadi Endrea mencari hotel untuk mereka menginap, setelah mandi Endrea dan Ardan langsung terlelap.Pagi ini Endrea bangun jam lima pagi kemudian bersiap-siap, selesai dirinya bersiap Endrea melihat Ardan masih terlelap karena takut terlambat Endrea berjalan ke ranjang."Ardan bangun sayang," ucap Endrea dengan mengguncangkan tubuh Ardan tidak lama kemudian Ardan mengerjapkan matanya."Ardan masih ngantuk Mami," ucap Ardan dengan suara khas baru bangun tidur."Nanti di bisa tidur lagi sayang, sekarang bangun mandi setelah itu sarapan ya, pesawat akan berangkat jam tujuh," perintah Endrea.Ardan menurut meski dengan malas dirinya tetap melakukan apa yang diperintahkan Maminya, sarapan kali ini sudah disiapkan dari pihak hotel.Jam enam Endrea dan Ardan berangkat ke bandara
"Oke sudah lama kita tidak makan bakso," jawab Endrea kemudian mereka berjalan ke arah kedai, sedangkan Kevin hanya mengikuti dibelakang banyak pertanyaan yang berputar dikepalanya terutama tentang anak itu.Endrea memesan tiga mangkok bakso tidak lama kemudian pesanan mereka sampai Ardan dan Endrea makan dengan lahap, sedangkan Kevin makan dengan tidak berselera."Mami apakah dia Papi?" tanya Ardan dengan menunjuk ke arah Kevin, ketika mereka baru selesai makan.Kevin melihat ke arah Ardan dan Endrea secara bergantian, kemudian seperti menuntut jawaban segera dari Endrea mengapa anaknya mengira bahwa dirinya Papinya."Bukan sayang, besok pagi kita baru ketemu Papi ya," ucap Endrea dengan lembut kemudian mengelus pucuk kepala Ardan dengan lembut."Iya Mami," jawab Ardan.Kevin melihat interaksi antara Endrea dan anaknya sangat bagus, mereka terlihat begitu akrab apakah benar pria kecil yang bersama Endrea itu anaknya, Kevin
"Tapi ternyata aku salah, aku hanya bisa bertahan sampai empat tahun aku tidak bisa menjalani ini terus sendiri aku butuh teman," lanjut Endrea tangannya mengusap air matanya yang tiba-tiba saja keluar tanpa permisi.Endrea mengalihkan pandangannya keluar jendela agar Kevin tidak curiga dengan apa yang sedang dirinya lakukan, satu jam kemudian mereka baru sampai di apartemen milik Endrea yang sudah ditinggalkan selama empst tahun.Endrea masuk ke dalam semua perabotan di dalam rumah sangat bersih, mungkin Kevin juga menjaga kebersihan apartemen ini."Endrea," panggil Kevin, Endrea melihat ke arah Kevin yang masih berdiri di depan pintu kamarnya setelah tadi menidurkan Ardan."Ya," jawab Endrea."Tunggu sebentar ada sesuatu yang ingin aku beritahu kepadamu," ujar Kevin kemudian berlari keluar dari apartemen Endrea, Endrea hanya bisa melihatnya dan tidak membuka bibirnya.'Masih sama dengan empat tahun yang lalu,' batin