"Paman yang tenang di atas sana sekarang Paman tidak sakit lagi, Bibi sudah menepati janjinya untuk menemani Paman sampai di tempat peristirahan terakhir Paman, tenang disana Paman Kevin berjanji akan menjaga Bibi sebisa Kevin," gumam Kevin kemudian mengusap air matanya tangan yang satunya lagi memegang tubuh Endrea.
Kevin membopong tubuh Endrea dan membawanya ke dalam mobil, Kevin membawa mobil dengan kecepatan sedang menuju ke rumah sakit.
Tiga puluh menit kemudian Kevin sudah sampai dan langsung membawa Endrea ke dalam untuk mendapatkan pertolongan, Kevin duduk termenung dikursi tunggu.
"Setelah ini kehidupan seperti apa yang akan aku jalani tanpamu Paman?" gumam Kevin penuh tanda tanya, dirinya meski sudah dewasa tapi belum bisa berdiri dikaki sendiri.
Kevin selalu butuh nasehat dari Pamannya, untuk menunjukkan jalan yang mana yang harus dirinya tempuh, sekarang Pamannya sudah tidak ada dirinya harus bisa melakukannya sendiri.
Satu
"Baik Pak akan kami carikan ya, kalau boleh mau yang cewe semua atau cowo semua?" tanya Mbak yang berjaga dimeja resepsionis itu dengan ramah, Kevin malah terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu."Pak," panggil Mbak resepsionis lagi dan menyadarkan Kevin dari lamunannya."Eh iya Mbak, bilang apa tadi?" tanya Kevin lagi."Mau yang cewe semua atau cowo semua?" tanya Mbak resepsionis lagi."Cewe semua saja Mbak, tapi yang badannya fit dan bisa bekerja sama dua puluh empat jam," Kevin menjelaskan perawat yang dia inginkan."Baik Pak," jawab Mbaknya dan mulai sibuk mengetik dikomputer yang ada di depannya."Bapak bisa menunggu nanti saya akan membawa mereka ke ruangan Ibu Endrea," perintah Mbak resepsionis itu dengan ramah, Kevin menuruti kembali berjalan dan kali ini Kevin memberanikan diri masuk ke ruangan Endrea.Kevin melihat Endrea terbaring dibrangkar, Kevin mengusap wajahnya dengan kedua tangannya dan
Satu jam kemudian Kevin sampai di kantor polisi dan langsung memerintahkan polisi membawa pelaku ke hadapannya, betapa terkejutnya Kevin melihat siapa wanita yang keluar dengan diampit oleh dua orang polisi."Ibu Liana," ujar Kevin dengan nada tidak percaya, benarkah yang melakukan ini semua adalah Ibu tirinya."Hay Kevin, ternyata kita dipertemukan lagi disini darimana saja kamu hah selama ini, apakah kamu tahu ayahmu dipenjara karena ulah Arya dan istrinya?" tanya Liana dengan nada emosi.Kevin menggelengkan kepalanya, masih belum paham dengan apa yang dibicarakan Ibu tirinya, Kevin memang tahu Ayahnya masuk ke penjara karena Pamannya tapi itu juga Ayah telah melakukan kesalahan yang fatal."Dan sekarang kamu malah melindungi dia, hahaha... Kenapa kita tidak bekerja sama saja," ucap Liana membuat Kevin menaikkan sebelah alisnya."Kerja sama?" tanya Kevin."Yah aku mendekam dipenjara dan aku tidak bisa melakukan apa-apa, k
"Ada apa ini, kenapa kalian semua berkumpul disini?" tanya Kevin kepada staf keuangan yang juga berkumpul disana, semuanya terdiam menunduk saat Kevin bertanya tidak ada yang berani membuka suaranya."Saya bertanya kepada kalian, kenapa kalian diam saja," ujar Kevin menaikkan nada bicaranya membuat semua orang yang berada disana terkejut."Maaf Pak saya tidak bersalah saya hanya disuruh," ucap seorang yang baru saja keluar dari dalam lift, semua mata tertuju kepada sumber suara tidak terkecuali Kevin sendiri.Kevin melangkah mendekat ke arah dua polisi yang menarik paksa salah satu karyawannya, saat melihat kedatangan Kevin kedua polisi itu terdiam dan mengangguk hormat."Maaf Pak kami lancang, kami langsung masuk tanpa iji Bapak terlebih dahulu," ucap salah satu polisi."Kalian jangan menonton, lanjutkan kerja kalian seperti biasa!" teriak Kevin membuat semua orang yang sedang berkerumun langsung membubarkan diri dan
"Maaf saja tidak cukup kamu harus dihukum seadil-adilnya, jika kamu membutuhkan uang tinggal bilang kepada saya sebisa mungkin saya akan bantu, tapi kamu malah mencari jalan yang salah," ujar Kevin kemudian Kevin mengibaskan tangannya untuk memerintahkan polisi itu membawa Eva keluar dari ruangannya.Kevin mengambil tisu dan mengelap darah yang berada dipunggung tangannya, ada berapa banyak musuh dalam selimut yang Endrea miliki.Setelah mengobati lukanya Kevin menata kamera yang akan digunakan untuk pemotretan, dirinya ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini dan kembali ke rumah sakit.Beberapa kali Kevin harus mengulangi jepretannya karena dirinya tidak fokus, pikirannya terus ke masalah yang sedang dirinya hadapi dan memikirkan kata-kata apa yang akan dia katakan saat Endrea sadar nanti.Jam setengah tujuh malam pekerjaan Kevin semuanya beres, Kevin berniat ingin pulang ke apartemen terlebih dahulu untuk mengambil baju ganti.
"Aku haus mau minum," pinta Endrea dengan cepat Kevin langsung membuka tutup botolnya dan membantu Endrea minun dengan perlahan, Kevin senang akhirnya Endrea membuka matanya."Tunggu sebentar aku akan memanggilkan dokter," ucap Kevin kemudian keluar dari ruangan Endrea dan tidak lama kemudian seorang dokter dan prawat masuk bersama Kevin."Tolong Bapak tunggu di depan ya," perintah perawat itu dengan ramah, Kevin melihat ke arah Endrea yang mengangguk seperti mengantakan dirinya tidak apa-apa, Kevin menurut keluar dari ruangan Endrea dan menutup pintunya.Di depan pintu ruangan Endrea, Kevin terus modar mandir dirinya tidak bisa tenang, tiga puluh menit kemudian perawat keluar."Pak silahkan masuk, dokter akan menjelaskan sesuatu," perintah perawst itu, dengan semangat Kevin masuk dan berdiri disamping brangkar Endrea."Jadi seperti ini Pak Kevin keadaan Ibu Endrea sangat baik dan sudah stabil, jika tidak ada sakit yang di d
"Astagfirulloh...." ucap perawat itu dengan nada terkejut, dan matanya langsung melebar melihat penampakan seorang yang sekarang berdiri di depannya."Ya tuhan," teriak Kevin yang tidak kalah terkejutnya dengan Perawat tadi."Kamu sedang apa berada disitu?" tanya Kevin dengan menunjuk ke arah perawat tadi."Saya sedang menunggu Ibu Endrea mandi Pak, tadi Ibu minta tolong untuk membantu mengantarkan ke kamar mandi," jelas perawat itu, Kevin langsung melihat ke arah pintu kamar mandi yang tertutup."Oke, kamu boleh keluar biar saya saja yang membantu Endrea," perintah Kevin, perawat itu hanya bisa mengangguk dan keluar dari ruangan Endrea."Sus masuk ya aku mau minta tolong," teriak Endrea dari dalam kamar mandi, Kevin yang sedang bermain ponsel langsung meletakan ponselnya dan membuka pintu kamar mandi yang suda tidak dikunci."Mau minta tolong apa?" tanya Kevin kemudian matanya melebar melihat Endrea hanya memakai han
Endrea mengalihkan pandangannya ke arah Kevin, dan menaikan sebelah alisnya kemudian bertanya kepada Kevin "Kenapa?"."Ya... Ya akhirnya aku ada teman di rumah, kemarin aku merasa bingung dan tidak tahu harus melakukan apa, tapi dengan adanya Bibi sekarang aku bisa bertanya," jawab Kevin dengan jujur, Endrea mengangguk dirinya juga tahu Kevin selama ini hidup dengan Pamannya."Kamu kan sudah dewasa bukan lagi remaja, kamu harus bisa berpikir ke depannya Bibi juga tidak akan selamanya berada di dunia ini kan, cepat atau lambat Bibi juga akan menyusul Pamanmu," ujar Endrea dengan menunduk tapi tidak lama, karena takuk kevin akan melihatnya.Endrea melihat ke arah Kevin yang juga terdiam mungkin memikirkan kata-kata Endrea barusan, Endrea menepuk pelan pundak Kevin."Kenapa diam saja?" tanya Endrea, Kevin kaget dengan tangan Endrea yang mendarat dipundaknya."Bibi seharusnya tidak berkata seperti itu, tidak ada lagi yang aku punya se
Jujur inilah pertama kalinya dirinya mengetahui bahwa Liana juga yang mencelakai Endrea waktu itu, wanita seperti apa yang Papa nikahi itu. bukan dia bukan wanita tapi iblis pikir Kevin, karena pikiran Liana tidak masuk diakal sehatnya."Jadi Bibi sudah tahu semuanya?" tanya Kevin dengan menatap serius ke mata Endrea."Iya, tapi aku tidak tahu apa sebabnya kenapa Bibi Liana begitu benci kepadaku," ucap Endrea kemudian menyeruput coklat panas buatan Kevin."Kemarin ada polisi menangkap salah satu karyawan kantor, polisi itu bilang ada keterlibatan karyawan atas meninggalnya Paman," ucap Kevin, Endrea hampis saja tersedak mendengar ucapan Kevin."Siapa?" tanya Endrea."Eva, apa Bibi beluk tahu soal Eva?" tanya Kevin."Aku tahu memang waktu itu yang menelepon Eva dan minta tolong, tapi saat aku datang Eva tidak ada ditaman belakang, sekarang dibawa ke polsek mana si Eva?" tanya Endrea kepada Kevin, dirinya ingin melakukan sesuatu untuk Ev
Endrea dan Semuel duduk berdampingan, Tuan Wu memerintahkan mereka untuk makan Endrea sedikit ragu saat ingin memasukan makanannya ke dalam mulut takutnya makanan itu sudah diberi racun."Makanlah," perintah Tuan Wu kembali. Kemudian mereka mulai menikmati makan malam dengan diam, setelah makan malam Tuan Wu mengajak Endrea dan Semuel untuk ke ruang keluarga ada sesuatu yang ingin Tuan Wu sampaikan."Sem...." panggil Tuan Wu."Iya Kek," jawab Semuel kemudian membenarkan duduknya melihat ke arah Kakeknya."Intan sudah lama meninggalkan kita bersama disini, apa kamu belum bisa muve on darinya?" tanya Tuan Wu."Maksud Kakek apa?" tanya Semuel."Hehe... Kakek tahu kamu sudah bisa melupakan Intan dan kamu juga sudah menemukan calon penggantinya, jangan kira Kakek tidak tahu dengan apa yang kalian lakukan," Tuan Wu menghentikkan ucapannya."Jadi kapan kali
Kevin masuk dan berjalan ke arah Yuana yang sedang bermain dengan Ardan di ruang keluarga, Kevin duduk di depan Ardan dan ikut bermain."Dik, Aku mau ke kantor sebentar setelah itu aku akan kembali lagi kesini," pamit Kevin kepada Yuana."Iya hati-hati di jalan Mas, kamu tenang saja disini ada aku," jawab Yuana.Kemudian Kevin berjalan ke arah kamar yang semalam digunakan oleh Yuana tidur, untung dirinya membawa baju ganti untuk ke kantor.Tiga puluh menit kemudian Kevin keluar dari kamar setelah berbicara dengan Yuana, Kevin keluar dari rumah dan membawa mobilnya menuju ke kantor.Tiga hari berlalu sekarang keadaan Endrea sudah membaik dan sudah bisa bekerja seperti biasa, saat ini Endrea, Kevin dan Yuana sedang menikmati udara segar dilantai atas rumah Endrea."Aku senang akhirnya kamu kembali seperti sedia kala lagi," ujar Kevin."Hanya sakit seperti itu saja, kenapa kalian khawatir sekali," jawan
"Ngga aku mau pulang saja, kasian Ardan di rumah sendirian," ucap Endrea dengan nada lemas"Iya sudah nanti aku antarkan ke rumah ya," ucap Semuel kemudian menyiapkan barang bawaan Endrea dan juga dirinya.Semuel mengeluarkan ponselnya dari saku dan menelepon Kevin, dipanggilan Kedua teleponnya baru diangkat."Halo, Vin kamu tolong jagain Ardan dulu sampai kami pulang ya," perintah Semuel kepada Kevin."Memangnya kalian dimana sih, dari semalam ngga pulang?" tanya Kevin diseberang sana."Nanti juga kamu tahu, sudah dulu ya," ucap Semuel kemudian mematikan sambungan teleponnya.Semuel membantu Endrea memakaikan sendalnya, kemudian memapah Endrea keluar dari kamsr hotel, Semuel mengantar Endrea ke kursi samping kemudi.Tidak lupa Semuel memasangkan sabuk pengaman, setelah itu Semuel menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Endrea."Kamu tidak mau periksa dulu En?" tanya Semuel kepada Endrea,
Selanjutnya mereka melakukan adegan yang seharusnya belum mereka lalukan sekarang, keduanya tenggelam dalam kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Satu jam kemudian Semuel membaringkan tubuhnya disamping Endrea, kemudian memeluk Endrea dengan sangat erat dibalik selimut.Endrea hanya terdiam memadangi langit-langit kamar, memikirkan apa yang baru saja dirinya lalukan bersama Semuel."Bagaimana kalau aku hamil?" celetuk Endrea, Semuel mencium pipi Endrea."Aku akan menikahimu segera, kamu tidak perlu khawatir," bisik Semuel ditelinga Endrea."Sekarang mandi ya setelah itu kita makan malam," perintah Semuel kepada Endrea."Tetapi aku tidak membawa baju ganti," ujar Endrea dengan melihat ke arah Semuel.Semuel keluar dari selimut dan berjalan ke arah sofa, kemudian kembali ke ranjang dan memberikan satu bag kepada Endrea."Ini aku sudah menyiapkannya tadi, tapi aku tidak tahu itu muat atau
"Sudah selesai, sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Semuel ketika sudah berada di depan Endrea, Endrea menatap mata Semuel kemudian menghela nafasnya. "Pulang dulu ya, aku mau ketemu sama Ardan setelah itu baru," jawab Endrea. "Baru apa kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Semuel. "Baru kita ke hotel," jawab Endrea dengan berbisik ditelinga Semuel, Semuel tersenyum kemudian mengusap telinganya yang terasa geli. "Cepat buka mobilnya panas ini," perintah Endrea. "Perintahnya yang bener dong sayang," pinta Semuel, Endrea mendengus kemudian memalingkam wajahnya ke arah lain. "Buka mobilnya Mas panas ini," perintah Endrea, dengan tertawa Semuel membuka kunci mobilnya. Jam setengah dua siang Endrea baru sampai di rumah, tadi dirinya sudah makan siang bersama Semuel, tidak lupa Endrea membeli kue untuk Ardan. "Ardan," teriak Endrea saat masuk ke dalam rumah, Endrea melihat Ardan sedang menonton televisi.
"Kamu harus bertangung jawab Endrea, kamu sudah berkali-kali membuat kepalaku sakit," gumam Semuel, Endrea melototkan matanya apa maksud yang dipikirkan calon suaminya pikir Endrea."Maksudnya bagaimana daritadi aku diam saja?" tanya Endrea dengan nada kebingungan."Kamu tahu dengan sikapmu yang seperti itu mampu membangunkan sesuatu ditubuhku," celetuk Semuel."Ya terus aku harus apa?" tanya Endrea yang belum tahu apa maksud perkataan calon suaminya."Malam ini aku mau kamu menginap dihotel bersamaku, tapi tidak dengan anak-anak," pinta Semuel."Gila apa ngga aku ngga mau, kita itu baru calon suami istri aku ngga mau melakukan itu," ujar Endrea yang sekarang sudah tahu apa maksud Semuel."Aku tidak akan memaksanya, tapi aku mohon untuk malam ini saja," pinta Semuel dengan nada memohon."Ya sudah, malam ini dihotel tapi jangan macam-macam," ancam Endrea."Iya sayang," jawab Semuel kemudian me
Endrea berbalik ingin memukul Kevin tapi Kevin menghindar, Endrea mengejar Kevin dengan berkata "Bisa diam ngga sih,"."Mami lagi apa?" tanya Ardan yang baru turun dari kamarnya dan melihat Mami dan Omnya sedang berlarian."Ngga sayang, itu si Om nakal," jawab Endrea kemudian menggendong Ardan dan membawanya ke meja makan, Yuana hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya dan Endrea.Sebentar lagi Kevin sudah mau menjari seorang Ayah tapi tingkahnya masih seperti anak kecil saat bertemu dengan Endrea, tapi Yuana tidak pernah melarangnya selagi itu membuat suaminya bahagia."Makan yuk ini semuanya sudah siap," ajak Yuana kemudian mereka bertiga jalan ke arah meha makan dan mulai menikmati soto ayam buatan Yuana.Selesai sarapan Yuana dan Kevin pamit pulang karena mereka harus berangkat ke kantor, begitu juga Endrea harus bersiap untuk bekerja.Endrea mengantarkan Kevin sampai di depan rumahnya, Endrea kembali
"Lain kali jangan memaksa orang yang sedang hamil, itu tidak baik," gerutu Endrea, Kevin hanya bisa memamerkan giginya yang putih dan tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Jam sebelas malam mereka baru selesai makan malam, Kevin dan Yuan pulang terlebih dahulu malam ini mereka aka menginap di rumah Endrea.Sedangkan Endrea dan Semuel masih ingin menikmati malam berdua, Semuel memerintahkan Endrea untuk menatap ke arahnya."Coba lihat ke arahku dan tatap mataku," perintah Semuel kepada Endrea.Endrea menurut dan langsung menatap mata Kevin, mereka saling bertatap kemudian Semuel memalingkan wajahnya ke arah lain."Kamu cantik, aku tidak menyangka kamu mau menerima cintaku," ujar Semuel dengan menggengam tangan Endrea."Tugas kita masih satu lagi," ujar Semuel.Endrea melihat ke arah Semuel dengan menaikan sebelah alisnya kemudian bertanya "Apa?"."Kita harus mendapatkam restu Kakek, setelah itu kita b
"Seperti anak remaja saja yang mudah tersingung," gumam Endrea kemudian dirinya tersenyum dan mematikan ponselnya dan meletakan kembali ke meja kamar.Siang ini Endrea berencana ingin pergi ke mal untuk berbelanja barang yang sudah habis, karena Ardan baru saja tertidur jadi Endrea menitipkan Ardan kepada Lia, agar dirinya bisa leluasa belanja.Endrea berjalan ke arah garasi dan memgeluarkan mobil pajero putihnya, Endrea membawa dengan perlahan mobil itu ke mal.Semuel yang sedang berada dibalkon kamarnya melihat mobil Endrea keluar, Semuel menghembuskan nafas lega kemudian tersenyum itu artinya Endrea sudah tidak lagi marah dengan ucapan Kakeknya.Hari berganti hari tidak terasa sudah satu minggu sejak pernyataan cinta Semuel waktu itu, sekarang waktunya Endrea memberikan jawaban kepada Semuel.Dan selama satu minggu itu juga hubungan mereka semakim dekat, Ardan dan juga Qila juga terlihat sangat dekat Qila sudah mengangap