"Astagfirulloh...." ucap perawat itu dengan nada terkejut, dan matanya langsung melebar melihat penampakan seorang yang sekarang berdiri di depannya.
"Ya tuhan," teriak Kevin yang tidak kalah terkejutnya dengan Perawat tadi.
"Kamu sedang apa berada disitu?" tanya Kevin dengan menunjuk ke arah perawat tadi.
"Saya sedang menunggu Ibu Endrea mandi Pak, tadi Ibu minta tolong untuk membantu mengantarkan ke kamar mandi," jelas perawat itu, Kevin langsung melihat ke arah pintu kamar mandi yang tertutup.
"Oke, kamu boleh keluar biar saya saja yang membantu Endrea," perintah Kevin, perawat itu hanya bisa mengangguk dan keluar dari ruangan Endrea.
"Sus masuk ya aku mau minta tolong," teriak Endrea dari dalam kamar mandi, Kevin yang sedang bermain ponsel langsung meletakan ponselnya dan membuka pintu kamar mandi yang suda tidak dikunci.
"Mau minta tolong apa?" tanya Kevin kemudian matanya melebar melihat Endrea hanya memakai han
Endrea mengalihkan pandangannya ke arah Kevin, dan menaikan sebelah alisnya kemudian bertanya kepada Kevin "Kenapa?"."Ya... Ya akhirnya aku ada teman di rumah, kemarin aku merasa bingung dan tidak tahu harus melakukan apa, tapi dengan adanya Bibi sekarang aku bisa bertanya," jawab Kevin dengan jujur, Endrea mengangguk dirinya juga tahu Kevin selama ini hidup dengan Pamannya."Kamu kan sudah dewasa bukan lagi remaja, kamu harus bisa berpikir ke depannya Bibi juga tidak akan selamanya berada di dunia ini kan, cepat atau lambat Bibi juga akan menyusul Pamanmu," ujar Endrea dengan menunduk tapi tidak lama, karena takuk kevin akan melihatnya.Endrea melihat ke arah Kevin yang juga terdiam mungkin memikirkan kata-kata Endrea barusan, Endrea menepuk pelan pundak Kevin."Kenapa diam saja?" tanya Endrea, Kevin kaget dengan tangan Endrea yang mendarat dipundaknya."Bibi seharusnya tidak berkata seperti itu, tidak ada lagi yang aku punya se
Jujur inilah pertama kalinya dirinya mengetahui bahwa Liana juga yang mencelakai Endrea waktu itu, wanita seperti apa yang Papa nikahi itu. bukan dia bukan wanita tapi iblis pikir Kevin, karena pikiran Liana tidak masuk diakal sehatnya."Jadi Bibi sudah tahu semuanya?" tanya Kevin dengan menatap serius ke mata Endrea."Iya, tapi aku tidak tahu apa sebabnya kenapa Bibi Liana begitu benci kepadaku," ucap Endrea kemudian menyeruput coklat panas buatan Kevin."Kemarin ada polisi menangkap salah satu karyawan kantor, polisi itu bilang ada keterlibatan karyawan atas meninggalnya Paman," ucap Kevin, Endrea hampis saja tersedak mendengar ucapan Kevin."Siapa?" tanya Endrea."Eva, apa Bibi beluk tahu soal Eva?" tanya Kevin."Aku tahu memang waktu itu yang menelepon Eva dan minta tolong, tapi saat aku datang Eva tidak ada ditaman belakang, sekarang dibawa ke polsek mana si Eva?" tanya Endrea kepada Kevin, dirinya ingin melakukan sesuatu untuk Ev
"Dasar kan kamu bisa bilang dulu biar Aku ngga nyariin," gerutu Endrea dengan berjalan ke arah dapur.Endrea kembali dengan tiga piring dan dua mangkuk ditangannya, Endrea menata piring saat meletakan piring ke tiga tangannya dicegah oleh Kevin."Kita kan cuma berdua, kenapa harus bawa piring tiga?" tanya Kevin kemudian meletakan kembali piringnya ke dapur, Endrea mengangkat kepalanya dan melihat ke depan benar dirinya hanya makan berdua bersama Kevin.Rasanya dirinya masih belum siap kehilangan suaminya, sehingga bayang-bayang Arya selalu berputsr dibenaknya, Endrea menghela nafas panjang.Endrea menarik kursi yang ada di depannya dan mulai menuangkan rendang yang Kevin beli, ada juga sayur Endrea letakan ke dalam mangkuk satunya lagi."Kevin ayo makan," ajak Endrea kemudian Endrea dan Kevin makan dengan diam."Bibi setelah ini mau ke makam Paman?" tanya Kevin ketika mereka sudah selesai makan."Iy
"Jika aku boleh meminta Aku akan memintamu untuk kembali kepadaku meski itu hanya dalam hitungan jam, aku ingin sekali menciummu Mas, aku rindu," gumam Endrea dengan mengelus batu nisan yang bertuliskan nama suaminya."Aku tahu Mas itu permintaan yang mustahil aku memang egois orangnya, kamu baik-baik disana ya Mas mulai sekarang aku sudah ikhlas, aku iklas kamu meninggalkanku untuk selama-lamanya," ucap Endrea kemudian mengusap air matanya, dan menaburkan bunga yang tadi dia bawa, terakhir Endrea menuangkan satu botol air.Endrea memadangi satu kali lagi nama yang tertera di batu nisa itu, Mas Arya tenang disana pikir Endrea, bibirnya terangkat."Aku pulang dulu Mas, lain kali aku akan datang lagi dan aku berjanji akan sering datang ke rumah baru Mas ini," pamit Endrea kemudiam Endrea berbalik dan menghampiri Kevin yang berdiri disamping mobil.Kevin memang ingin memberikan waktu sendiri untuk Endrea jadi Kevin hanya menunggu disa
Kemudian Kevin menggelengkan kepalanya, berusaha agar akal sehatnya kembali dan tidak berpikiran yang aneh-aneh"Kamu kenapa Vin?" tanya Endrea kali ini dirinya yang panik, melihat tubuh Kevin yang seperti mandi keringat."Kamu baik-baik saja kan, bisa bawa mobil apa Bibi saja yang bawa?" tanya Endrea dengan mengambil tisu dan mengelap keringat yang ada dikening Kevin.Endrea tidak tahu betapa tersiksanya Kevin dengan semua yang dilakukan oleh Endrea kepada Kevin, Kevin menghentikan gerak tangan Endrea."Aku tidak apa-apa Bi cuma udaranya terlalu panas hari ini," jawab asal Kevin, Endrea melihat keluar mobil padahal cuaca hari ini bisa dibilang mendung karena tidak ada matahari."Bisa nyetir?" tanya Endrea."Bisa Bi, Bibi tenang saja ngga susah khawatir," perintah Kevin kemudian mulai memutar balikan arah mobilnya, dengan membawa mobil kecepatan sedang mereka sampai diparkiran kantor tiga puluh menit kemudian.
Karena hari sudah menunjukkan jam lima kurang lima belas menit, Endrea dan Kevin setuju untuk menunggu sampi jam lima sore, Endrea berjalan ke arah kamar dan mengambil foto milik Arya, kemudian memasukannya ke dalam tas. "Kevin kita pulang sekarang?" tanya Endrea dengan melihat ke arah jam yang ada dipergelangan tangannya sudah menunjukkan puluh lima sore lebih. "Iya ayo Bi," ajak Kevin kemudian mereka keluar dari ruangan Endrea, saat sampai dilift bersamaan dengan Yuana juga berada di dalam. "Sore Bu, Pak," sapa Yuana, Endrea mengangguk, tidak lama kemudian pintu lift terbuka. Endrea berpamitan kepada Yuana untuk pulang terlebih dahulu, saat melewati apotik Endrea meminta Kevin untuk berhenti, Endrea beralasan dirinya ingin membeli obat agar datang bulannya tidak terlalu nyeri. Kevin hanya menurut kemudian meminggirkan mobilnya ke tepi jalan, Endrea turun sebenarnya Endrea bukan mau beli obat pereda nyeri, melainkan Endrea i
Endrea bernafas lega akhirnya dirinya bisa berbohong kepada Kevin, maaf Vin bukan maksud aku mau menyembunyikan kebahagiaan ini tapi aku belum siap untuk memeritahukan kepada kalian pikir Endrea.Endrea menyusul Kevin ke meja makan, Endrea duduk disana dan makan dengan diam, Endrea melihat ke arah Kevin yang sedang menikmati makannya."Vin mungkin kita ke polsek besok jam sepuluh an ya, pagi sekali Bibi ada acara," ujar Endrea ketika mereka sudah selesai makan."Oke Bi, apa perlu Kevin antar besok pagi?" tanya Kevin kepada Endrea."Tidak susah, Bibi bisa sendiri," jawab Endrea dengan cepat."Bibi mau kemana?" tanya Kevin, Endrea terdiam memikirkan jawaban apa yang akan dirinya berikan kepada Kevin, tidak mungkin juga dirinya jujur akan pergi ke dokter kandungan."Bibi mau belanja," jawab Endrea kembali berbohong kepada Kevin.Selesai makan malam mereka menghabiskan malam dengan menonton televisi, Endrea melihat
"Tidak apa-apa Bu, silahkan Ibu berbaring disini ya," perintah Dokter Riri dengan menunjuk brangkar yang sudah disiapkan, Dokter Riri membuka baju Endrea dan mulai mengoleskan jel diperut Endrea."Selesai," ujar Dokter Riri kemudian memerintahkan Endrea untuk kembali duduk di kursi yang berada di depannya."Selamat ya Ibu Endrea, kandungan Ibu sudah memasuki minggu ke enam," ucap Dokter Riri dengan mengulurkan tangannya ke arah Endrea."Jadi benar saya sedang hamil Dok?" tanya Endrea dengan mata berkaca-kaca."Iya betul Bu, dijaga dengan baik ya kandungannya dan sering-sering makan buah biar sehat," saran Dokter Riri untuk Endrea."Ya tuhan," Endrea tidak tahu lagi harus berkata apa, dirinya sangat bahagia mengetahui bahwa dirinya sedang mengandung saat ini.Endrea akan menjaga anaknya sampai besar, Endrea mengusap perutnya yang masih rata."Oh iya Ibu kalau boleh tau kemana suaminya, kenapa Ibu datang sendiri?" tany