Kantor Roland Group, di waktu yang sama..“Nayra.. Jangan lupa datang ke pestaku besok ya!” seru Lucy sebelum meninggalkan ruang rapat kantor Roland Group yang sudah mereka pakai tiga hari berturut-turut, bersama Kevin. Nayra masih bersiap untuk kembali ke ruangannya, saat seruan Lucy mulai membuatnya gelisah. Minggu lalu, Lucy memang sudah mengundang Nayra untuk datang ke pesta ulang tahunnya yang ternyata diadakan besok. Alasan yang membuat Nayra gelisah adalah karena itu akan menjadi pengalaman pertamanya datang ke pesta seorang putri kaya, yang tentu berbeda dari pesta pada umumnya.Apa yang harus Nayra lakukan?“Ada apa?” Brian menyadari pikiran Nayra yang mendadak kosong.Nayra menoleh dan memaksa dirinya untuk tersenyum kecil, sambil masih memikirkan banyak hal tentang pesta Lucy.“Apa kau akan datang ke pesta Lucy?” Brian memulai obrolan lain yang persis seperti kegelisahan Nayra.“Sepertinya.. karena ia sudah mengundangku..” jawab Nayra sambil menghela napas singkat. “Ah..
Setengah jam lalu...“Nayra! Akhirnya kau datang!” seru Lucy. Dengan langkah kecil dari tubuh mungilnya, yang dibalut gaun putih berhiaskan taburan 6.000 permata dari Calvin Klein. Lucy menghampiri Nayra dan Brian.“Aku hampir tidak mengenalimu, Nona..” goda Lucy, sesaat setelah ia tiba di depan mereka.Nayra tersenyum tipis. Meskipun Nayra tahu bahwa percakapan Lucy dengannya hanya akan menjadi makanan pembuka, sebelum Lucy menyantap makanan utamanya yaitu Brian.Ada rona merah muncul di pipi Lucy yang dirias tipis, saat ia menatap Brian yang tampil elegan dan bersahaja dengan jas hitam mewahnya. Nayra yang menyadari itu, hendak meninggalkan mereka setelah beberapa ucapan selamat untuk ulang tahun Lucy yang ke-28 ini, sebelum mereka tiba-tiba diserbu oleh kehebohan dari teman-teman Lucy dan Brian.Pesta yang baru saja di mulai itu, sudah diisi oleh kalangan elit muda yang sebagian besar pernah Nayra lihat di berita –tentang eksekutif muda di Bexley State. Oleh karena itu, kehadiran Na
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Nayra, sambil memeriksa Lucy yang berdiri dengan wajah suramnya, tiga meter di belakang Brian.“Apa pestanya tidak membosankan?” Brian mengalihkan pembicaraan, tanpa melihat ke belakang, tempat kedua mata Nayra terhenti dengan gelisah.Tidak hanya karena punggung Rehan yang sudah menghilang, setelah kecanggungan yang menyekap mereka beberapa detik lalu. Tapi juga ekspresi pemilik pesta yang sudah berubah gelap, tidak seperti gaun putihnya yang bercahaya.“Apa kau tidak kembali pada Lucy?” Nayra masih bersikukuh pada topik yang sama, “Bukankah kau harusnya berdansa dengannya?”Senyum cerah yang biasanya bertengger di wajah Brian, kini tergantikan dengan senyum getir yang Nayra tidak mengerti alasannya.“Lalu bagaimana denganmu?” Brian mencoba menahan senyumnya agar tidak pudar, meskipun hatinya sudah sulit untuk tersenyum, di depan cinta pertamanya yang terus mendorongnya pada wanita lain.“Aku..” Nayra sempat ragu, sebelum kembali berbohong sepert
Nayra baru saja keluar dari toilet, setelah membersihkan pikiran dan hatinya. Tepat ketika ujung matanya menangkap sepasang pria dan wanita yang sedang berbincang, di belakang salah satu meja di sudut ruangan.Jika saja Nayra tidak mengenali mereka, ia mungkin akan berpikir, bahwa mereka hanya salah satu dari sekian banyak pasangan kekasih yang datang ke pesta itu. Tapi mereka adalah Rehan dan Martha!“Mereka cocok sekali ya..” celetuk sebuah suara di belakang Nayra, bersama suara lain yang menyetujui itu.Nayra menoleh lagi pada orang yang sedang dibicarakan. Rehan dengan jas hitam mewahnya dan Martha dengan gaun merahnya yang menawan. Bermodelkan sleeveless dress tulip yang memperlihatkan pundak lancip dan kakinya yang jenjang, serta heels perak yang menambah keanggunan. Martha lebih menarik perhatian para tamu undangan, dibanding wanita-wanita kalangan atas di pesta itu.Mereka berdua seolah tenggelam dalam dunia mereka sendiri, bersama kilau lampu yang secara ajaib menyorot mere
Malam sudah terbenam dalam kegelapan dan kesunyian. Saat Nayra yang sedang bersiap untuk tidur, mendapatkan pesan tidak terduga dari pria yang memberinya banyak perasaan aneh. Terutama hari ini. Rehan.“Mengapa ia tiba-tiba mengajakku berkencan.. dan besok?” Nayra memiringkan kepala, sambil menggigit buku-buku jarinya dengan gugup. Entah kenapa, bayangan bahwa ia akan berkencan dengan Rehan, membuatnya tidak bisa tenang.Nayra masih mengabaikan pesan yang ia dapatkan, sampai beberapa menit kemudian, si pengirim pesan meneleponnya. Apa ia harus mengabaikannya lagi?Tunggu.Tapi kenapa ia harus mengabaikannya? Bukannya itu lebih aneh? Padahal mereka tidak memiliki masalah apapun, sampai ia harus menghindari Rehan. Tapi..Pikiran Nayra masih tersesat mencari jawaban untuk semua keraguannya, terutama saat ia sadar bahwa yang menjadi masalah adalah perasaannya sendiri. Perasaan yang mulai merasukinya sejak pesta beberapa jam lalu.“Halo?” “Oh?” Nayra terbelalak, melihat telepon Rehan yan
Alasan yang membuat Rehan mengajak Nayra untuk melakukan simulasi kencan hari ini adalah karena Brian, pria yang namanya baru saja keluar dari mulut wanita di depannya.Setelah kemarin, dengan kalut membatalkan semua pertemuan bisnisnya, karena mendengar kedatangan Brian dan Nayra ke pesta ulang tahun Lucy dari sang pemilik pesta. Lalu, ia melihat bagaimana Brian tidak berhenti menatap Nayra, saat wanita itu berdansa dengannya. Di tambah, Brian merebut kesempatannya untuk bersama Nayra lebih lama, karena ia membawa wanita itu pulang begitu saja tanpa Rehan tahu mengapa. Jika itu semua bukan alasan yang cukup untuk mendorong Rehan menampakkan rahangnya, dengan menunjukkan secara jelas, siapa yang akan lebih mungkin bisa mengencani Nayra. Maka alasan apa lagi yang ia butuhkan untuk itu?Tapi sekarang, bahkan saat mereka sedang berkencan –yang tersembunyi di balik selubung ‘simulasi kencan’, Brian masih muncul sebagai gangguan bagi mereka. Dengan namanya yang Nayra sebut saat Rehan da
Beberapa menit sebelum harimau tidur itu bangun, Nayra masih berusaha memberikan napas buatan padanya. Sayang, itu tidak langsung berhasil mengembalikan kesadaran pria itu, setelah tenggelam di pantai beberapa waktu lalu.Nayra yang semakin panik, beranjak mencari orang di sekitar sana, tapi tidak ada satu semutpun yang lewat. Sesaat setelah ia kembali ke sisi Rehan untuk melakukan pertolongan lain yang bisa ia lakukan, sebuah tangan tiba-tiba menarik tangan Nayra dan wajahya dengan satu tangan yang lain.Seperti kelaparan, orang yang menarik Nayra, mengisap bibirnya dengan cepat, diikuti debaran jantung keduanya yang bisa melebihi deburan ombak di depan mereka.“APA YANG KAU LAKUKAN?!” Nayra sudah melepaskan dirinya dari orang itu. Rehan.Jantungnya masih belum berhenti berpacu dengan cepat, seperti ratusan kuda yang berlari di arena balap. Sedangkan Rehan yang sudah sadar entah sejak kapan, mendudukan dirinya sendiri dengan susah payah, hingga ia bisa melihat kedua mata Nayra yang
“Bisakah kau melakukan semua tugas itu?” tanya Brian, keesokan hari di ruangan kantor Nayra, diiringi matanya yang menatap wanita itu lekat-lekat, dari jarak yang lagi-lagi teramat dekat. Meskipun Brian selalu melakukan itu, tapi tatapan matanya kali ini benar-benar berbeda dari biasanya. Tatapan yang seolah tidak akan membiarkan siapapun atau apapun kabur dari seluruh lingkup matanya.Apa ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin?Seketika, ingatan tentang kemarin malam, kembali menyeruak ke pikiran Nayra.***Kemarin malam...Brian masih terdiam, saat Nayra sudah beranjak untuk menagih jawaban atas pertanyaannya, tentang apa yang Brian lakukan di depan kamarnya. Namun, daripada memberi jawaban yang Nayra tunggu, Brian justru memberi pertanyaan yang tidak Nayra harapkan.“Beristirahatlah..” Brian hanya berjalan menuju kamarnya, dengan dingin tanpa senyuman, yang biasanya menghiasi wajah sepupu palsunya itu.Ada apa dengan Brian?Dengan pertanyaan di kepala Nayra, ia pun memutuskan
“Kalung ini.. darimana kau mendapatkannya?” tanya Nyonya Milla, ketika pertama kali bertemu dengan Nayra yang ingin menyewa salah satu rumahnya.Nayra melihat kalung berliontin lumba-lumba hitam yang ia kenakan, “Hmm.. ibuku.. Nyonya..”Wajah Nyonya Milla seketika membeku, dengan firasat bahwa kalung itu mungkin adalah kalung yang pernah ia berikan pada anaknya sebelum anaknya itu diusir dari rumah. Sesaat kemudian, Nyonya Milla kembali bertanya. “Dan nama ibumu..?”Nayra sedikit memiringkan kepalanya, karena tidak mengerti maksud pertanyaan wanita tua berusia kisaran 60-an hanya dari penampilannya itu. “Lea.. Lea Leigh..”Setelah mendengar itu, Nyonya Milla hanya tersenyum tipis. Tanpa Nayra tahu, Nyonya Milla adalah ibu dari ibu yang merawat Nayra itu, yang berarti Nayra adalah cucunya. Namun, Nyonya Milla harus menyembunyikan identitasnya, karena rasa bersalahnya telah menjadi penyebab sahabatnya Miley yang ia pikir meninggal 32 tahun lalu.“Tinggalah di sini.. Anakku..” ucap Nyon
“Apa kau baik-baik saja, Tuan..?” tanya wanita yang selalu memenuhi kepala Rehan selama belasan tahun, hingga ketika ia berada dalam bahaya dari penyerangan Alger Roland padanya tujuh bulan lalu.Matanya yang kabur karena pengaruh dari terus kehilangan darah, tidak mengaburkan pandangannya pada wanita yang tanpa banyak bertanya lagi, langsung membantunya. Nayra.Rehan sadar, bahkan tubuhnya tidak bisa menolak perasaan yang sudah terbentuk lama pada wanita itu. Perasaan cinta yang harus ia sembunyikan karena hubungan keluarga mereka.Namun, begitu Rehan pergi dari rumah Nayra agar tidak melibatkannya dalam bahaya karena membantunya, Rehan menyadari bahwa ia tidak bisa melepas wanita itu. Jadi, ia kembali menemui Nayra dengan membawa sebuket bunga mawar Juliet berwarna persik dan beberapa tas Hermes, karena ia tidak tahu mana yang akan disukai Nayra.Awalnya, Rehan hanya ingin memberikan itu untuk berterima kasih pada Nayra yang menolongnya. Tapi, begitu ia menatap wajah yang selalu men
“Kapan kalian akan menikah?” tanya Miley pada cucunya yang sudah ia tahu benar sedang menjalin hubungan serius dengan Rehan, Nayra.Nayra yang baru saja memasukkan marshmallow panggang ke mulutnya, tersedak dengan pertanyaan itu.Semua orang ikut memperhatikan, di perkemahan mewah milik keluarga Allison, tempat keluarga Carver dan keluarga Roland secara resmi menyelesaikan perseteruan mereka selama lebih dari 3 dekade ini. Biasanya, keluarga Roland yang lebih dekat dengan keluarga Allison, melakukan kegiatan kemping bersama setiap setahun sekali untuk mempererat hubungan mereka. Namun, kini setelah semua pengalaman pahit yang menimpa mereka selama lebih dari lima bulan, mereka memutuskan untuk melepas semua perasaan buruk yang tersisa dan menikmati kehidupan mereka yang baru dengan berkemping bersama tiga keluarga.Rehan dan Nayra saling bertatapan selama beberapa saat, hingga mereka memalingkan wajah dengan rona merah menghiasi wajah masing-masing.Semua orang tertawa melihat kegugu
Butuh waktu cukup lama untuk meluruskan semua kesalahpahaman, termasuk menjelaskan semuanya pada orang-orang yang harus mendengar hal itu, yaitu keluarga Carver dan Roland.“Jadi..?” Semua orang di keluarga Carver dan Roland, memiliki ekspresi tercengang yang sama ketika mendengar penjelasan panjang mereka, untuk cerita rumit yang merangkum semua kesalahpahaman sejak 32 tahun lalu itu.Linda Roland yang selama 32 tahun harus hidup tanpa ibu kandungnya yang ia pikir meninggal saat itu, kini bisa melepas semua kesedihannya ketika Lynn atau Nyonya Milla memeluk anak yang ia rindukan juga.Sementara Alger Roland yang baru mengetahui bahwa Rehan yang telah diserangnya empat bulan lalu adalah cucu David sekaligus keponakannya yang sebenarnya, hanya bisa tertunduk dengan perasaan bersalah karena hampir membunuh keluarganya sendiri.Di sisi lain, Ryan Carver akhirnya bertemu dengan anak kandungnya yang ditukar istrinya diam-diam 30 tahun lalu, Nayra. Lebih dari itu, ia juga akhirnya bisa melih
Beberapa jam lalu...“TIDAKKK!!! NAYRAAA!!!” jerit Ibu Ann, meraung karena cucu kandungnya tertinggal di dalam rumah yang terbakar.Bersamaan dengan itu, Nayra yang terhalang plafon yang jatuh di depan pintu satu-satunya rumah tempatnya terjebak, harus mencari jalan keluar lain sebelum ia ikut terbakar bersama rumah yang terbakar dengan cepat.“Nayra!” teriakan lain terdengar, tapi kali ini dari salah satu jendela yang sudah pecah.“A-Ayah..” Nayra terbelalak, melihat kehadiran pria yang menghilang 14 tahun lalu.Pria itu sudah dimakan usia dengan tubuh renta berbalut baju pasien yang Nayra tidak tahu mengapa.Nayra masih tenggelam dalam keterkejutan, ketika pria tua yang ia benci selama 14 tahun ini sudah masuk ke melalui jendela dan menariknya untuk keluar dari jendela yang sama.Dengan susah payah hingga beberapa bagian tubuh mereka tergores pecahan kaca, Nayra dan pria tua itu akhirnya berhasil keluar sebelum kebakaran di rumah itu ikut melahap mereka.“Ba-bagaimana.. bisa?” Nayra
“Apa maksudmu?” Albert sudah berdiri kembali dengan bantuan Freddy, dengan kedua mata terbelalak melebihi semua orang di sana.“Si-siapa.. siapa yang bilang.. kalau dia.. adalah nenek Rehan?” Kali ini, Ibu Ann yang teralihkan oleh berita mengejutkan itu.“I-itu.. pemilik rumah.. yang disewa.. Nona Nayra..” jawab anak buah Albert yang pernah ditugaskan mengawasi Nayra agar tidak dekat dengan Rehan.Ibu Ann tercengang, begitupun dengan Freddy yang langsung menatap wanita tua yang sama-sama hidup dengan identitas tersembunyi selama ini.“Lynn..” lirih Ibu Ann dengan wajah sedih sekaligus senang yang tidak bisa dimengerti Albert dan David. “Kau ternyata memang.. masih hidup..”Albert dan David yang kali ini saling berpandangan. “L-Lynn.. masih.. hidup?”“Char..” Satu kata dari Ibu Ann, membuat Freddy mengangguk mengerti.Freddy atau Charles anak Gilbert, beralih menatap Albert dan David yang masih kebingungan.“Tuan.. sebenarnya.. kedua cucu Anda.. telah saling tertukar..”Albert dan Davi
Tahun 2022 – Saat ini...“Tidak..” Martha masih tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar dari ibunya, bahwa Rehan yang ia cintai dan incar selama ini adalah cucu dari ibunya.Rehan yang sudah hampir kehilangan kesadarannya, ikut tidak percaya hingga kesadarannya seakan pulih kembali, karena ucapan tidak masuk akal itu.“Ini..” Dengan tangan yang masih bergetar setelah mencoba menghentikan Martha, Nyonya Milla menyerahkan sebuah foto yang ia ambil dari dompetnya.Kedua bola mata Martha yang kali ini bergetar dan bergerak tidak karuan. Sebuah foto lama yang hampir rusak, menampilkan seorang wanita berusia di bawah 40-an dengan pria di atas 40-an beserta kedua anak perempuan berusia belasan tahun. Ada tanda lahir berbentuk bulan sabit cukup besar di punggung tangan wanita di samping pria yang Martha kenali sebagai David Roland.Tanda lahir bulan sabit itu memicu ingatan Martha, tentang tanda lahir yang pernah dimiliki Nyonya Milla yang kini sudah dihilangkan, bersama bekas luka baka
Tahun 1990...“Miley..” Lynn susah payah menelepon sahabatnya di ruang kerja David yang sedang dilahap api.“Lynn.. Apa yang terjadi?” Miley mulai merasa khawatir, mendengar suara Lynn yang lemah dengan batuk di sela-selanya, terutama di tengah malam itu.“Rumah.. rumahku.. terbakar..” Suara Lynn semakin mengecil dan Miley yang mendengar di ujung sana, terkesiap sambil terus bertanya. “Gil-bert..” lirih Lynn sebelum akhirnya kembali roboh, karena semua asap yang merasuk ke dalam tubuh lemahnya.“LYNN.. LYNN!” Panggilan Miley masih tidak terjawab dan ia berusaha menghubunginya lagi, ketika Albert yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka, bergegas pergi ke rumah Lynn, wanita yang pernah dicintainya.Albert sudah sampai di rumah keluarga Roland yang sebagian besar sudah dipenuhi api. “Lynn..” lirihnya, khawatir sekaligus takut, karena bagaimanapun Lynn adalah wanita yang pernah ia cintai atau masih ia cintai hingga sekarang.Tanpa pikir panjang, Albert berlari memasuki rumah yang
Lucy yang masih bergetar dengan kemarahan sekaligus ketakutan yang menguasainya, berjalan pergi sambil mengambil ponselnya untuk menelepon seseorang.“Rehan..” lirih Lucy, berusaha menahan tangisnya yang tidak bisa berhenti.“Lucy? Ada apa? Aku sedang sibuk mencari Nayra. Kalau tidak ada yang penting, kita bicara nanti...” Suara Rehan terhenti ketika Lucy kembali berbicara lirih.“Nayra..”“Apa?” Rehan menghentikan aktivitasnya yang mencari Nayra di berbagai tempat, setelah ia berhasil kabur dari rumahnya karena mendengar hilangnya Nayra dari Brian sebelumnya.“Nayra.. ada.. bersamaku..” Lucy berbohong, tapi Rehan tidak bisa menangkap itu karena keinginan kuatnya untuk segera menemukan Nayra.“Di mana?!” Rehan sudah beranjak pergi ke mobilnya untuk menemui Lucy.Beberapa jam kemudian, Rehan tiba di sebuah motel kecil di Kota Lawton.Rehan mengernyit. Mengapa Nayra dan Lucy ada di tempat seperti ini?Meskipun Rehan merasa aneh dengan semua itu, tapi ia melanjutkan langkahnya ke dalam