Nayra terbelalak.
Carver Group adalah perusahaan ritel dan teknologi terbesar di dunia, dengan penghasilan di atas 600 miliar dolar pertahun. Perusahaan ini memiliki belasan ribu toko, dengan karyawan lebih dari 3 juta orang di seluruh dunia. Bahkan di tengah kondisi ekonomi yang terpuruk, Carver Group tetap menjadi yang teratas.
Lalu sekarang mereka bilang, pria yang ia tolong dan mengajaknya berkencan dengan memberi hadiah-hadiah mewah ini adalah CEO Carver Group? Mengapa Nayra tidak menyadarinya?
“Hei!” Nyonya Milla menepuk pundak Nayra, menyadarkannya sejenak dari keterkejutan.
“Apa kau tidak akan menjawabnya? Darimana kau mendapatkan semua ini?” wanita tua itu masih penasaran dengan semua hadiah, berupa sebuket bunga mawar juliet dan tiga tas Hermes yang Nayra dapatkan.
Ia tidak bisa terus di sini, ia harus menemui pria itu, pikir Nayra.
Tergesa-gesa, sambil meraih tas selempang kecil seharga 20 dolar, Nayra melesat pergi meninggalkan Nyonya Milla yang kebingungan bersama semua hadiah mewah, yang diabaikan Nayra.
Bukan karena Nayra tertarik dengan kekayaan Carver Group, tapi karena perusahaan itu berhubungan dengan misteri identitas Nayra sebenarnya, yang tidak sempat disampaikan ibunya sebelum ia meninggal. Kesimpulan ini ia dapatkan, setelah menemukan kartu nama usang yang berasal dari perusahaan itu, tersembunyi di dalam dompet lama sang ibu.
Oleh karena itu, selama lebih dari 10 tahun Nayra berusaha keras untuk masuk ke dalam perusahaan Carver Group, tapi tidak pernah berhasil. Jadi, ia hanya bisa tinggal di sekitar kompleks gedung utama perusahaan yang terletak di Wesley Valley, sebuah kawasan yang menjadi rumah untuk banyak pusat perkantoran perusahaan terbesar di dunia.
Meskipun Nayra hanya tinggal di pinggiran kawasan elit tersebut, tapi ia tetap harus mengorbankan semua tabungan untuk bisa tinggal di sana. Namun hingga kini, ia masih belum memperoleh informasi apapun yang berhubungan dengan identitasnya.
Mengetahui bahwa ternyata ia telah bertemu seseorang dari perusahaan itu, tentu Nayra harus menemuinya. Dengan harapan, bahwa ia bisa mengungkap misteri yang selalu mengganggunya selama 14 tahun ini.
Beberapa jam kemudian, Nayra telah sampai di depan kantor pusat perusahaan Carver Group yang seluas 20 hektar. Ia tiba-tiba merasa pusing dengan luasnya kantor, yang membutuhkan transportasi hanya untuk bisa pindah dari satu gedung ke gedung lainnya. Tapi karena ia sudah sampai di sana, jadi ia tetap meneruskan perjalanan hingga sampai di gedung utamanya, melalui celah dari salah satu area komersial untuk umum.
Sekarang, ia tidak tahu bagaimana cara memasuki gedung utama yang dijaga ketat oleh puluhan petugas keamanan itu. Apalagi, ia bukan siapa-siapa di sana.
“Permisi..” Nayra akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, pada salah satu petugas yang berdiri di luar gedung utama.
“Apakah saya bisa menemui Tuan Rehan Carver?”
“EH?!” Petugas keamanan itu menganga terkejut. Mungkin ia berpikir, siapa wanita asing yang hendak menemui bos besarnya?
“Siapa Anda?!”
Nayra kebingungan. “Ehm..”
“Apa Anda tidak tahu siapa Tuan Rehan Carver?! Beliau adalah CEO Carver Group! Jadi, mengapa beliau harus menemui Anda?!” teriak petugas tersebut, sebelum Nayra menjawab.
Wajahnya sudah tampak kesal, dengan sebatang rokok yang langsung ia hisap begitu ia selesai berteriak.
Beberapa petugas yang berada di sisi lain luar gedung ini, mulai bermunculan mengikuti suara petugas bernama Jeff itu –sesuai nama di kartu pengenalnya.
“Apa yang terjadi Jeff?” tanya salah seorang dari mereka.
Nayra ingin segera pergi dari sana, berpikir bahwa ia mungkin sudah masuk ke dalam kandang singa yang hendak menerkamnya.
“Wanita ini ingin menemui CEO kita katanya! Hahaha!” Suara Jeff terdengar lebih ceria, tapi itu untuk meledek Nayra.
“Apa?!! Kau serius?! Wanita ini?!” tanya yang lain dengan ekspresi tidak percaya, sambil melihat penampilan Nayra dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Jika ditotal, penampilan Nayra berdasarkan pakaian, aksesoris hingga riasannya, hanya mencapai kurang dari 100 dolar dan itupun masih di bawah gaji harian rata-rata pegawai perusahaan ini.
Mereka berusaha menahan tawa, teringat bahwa mereka pegawai perusahaan terbesar di dunia yang harus menjaga sikap. Meskipun begitu, Nayra tahu perkataan seperti apa yang muncul di benak mereka, karena itu terlihat jelas dari ekspresi wajah mereka yang mengejek.
Belum sempat Nayra membebaskan diri dari situasi itu, beberapa mobil mewah Porsche memasuki area tersebut dan Rehan keluar dari sana. Keempat petugas keamanan tadi langsung berlari menghampiri sang CEO, lalu membungkuk dalam sambil mengatakan beberapa kata yang tidak bisa Nayra dengar.
Pria itu hendak berjalan masuk ke dalam gedung, saat tiba-tiba ia berbalik ke arah Nayra dan menatapnya.
Nayra tertegun.
Apa yang harus ia katakan pada pria itu?
Namun, sedetik kemudian, pria itu kembali berbalik dan mulai berjalan lagi untuk memasuki gedung.
“Tunggu!” teriak Nayra, mengejutkan semua orang. Ia segera berlari ke arah Rehan, disusul keempat petugas keamanan yang langsung menghadangnya.
“Ada yang harus aku katakan tentang ajakanmu tadi!”
AJAKAN? Semua orang tercengang, kecuali Nayra dan Rehan yang sama-sama tahu apa maksudnya.
Rehan melambaikan tangan menyuruh semua orang mundur, lalu menarik Nayra begitu saja ke dalam lift gedung kantor, tanpa mengatakan sepatah katapun.
Nayra bisa melihat wajah terkejut semua orang, dengan berbagai spekulasi yang muncul tentang maksud dari ‘ajakan’ yang ia katakan. Nayra sedikit khawatir dengan tindakannya, tapi Rehan sepertinya terlalu dingin untuk ikut khawatir.
Mereka sampai di lantai 15 tempat kantor Rehan yang luasnya membutuhkan 10 menit untuk berkeliling, karena satu lantai itu adalah kantor untuknya sendiri.
Rehan langsung merebahkan tubuhnya di sofa emas, yang sesuai dengan nuansa kantor yang mewah. Melalui sudut matanya, ia menatap Nayra yang masih mematung di dekat pintu.
“Duduklah!” seru pria itu.
Perasaan Nayra agak kacau. Ia tidak menyangka ia akan merasa sangat terasingkan, karena kemewahan yang ia lihat selama beberapa jam ini.
“Tidak, terima kasih,” jawab Nayra sedikit lesu. “Aku hanya akan mengatakan maksud kedatanganku..”
Rehan yang sejak tadi menempelkan dirinya di sofa, mulai mencondongkan tubuhnya untuk menatap Nayra lebih dekat.
“Tentang ajakan.. kencanmu..” Nayra kembali berbicara, kali ini lebih gugup. “Aku akan.. menerimanya..”
Kedua alis Rehan terangkat. Ia kembali menempelkan tubuhnya di sofa, sambil sedikit mendongakkan kepalanya yang jauh lebih tinggi dari sofa itu.
“Setelah menolakku? Kenapa?” tanya Rehan, dingin seperti biasa.
Nayra sudah memprediksi pertanyaan Rehan dan menyusun berbagai alasan untuk menjawabnya, tapi pikirannya mendadak kosong.
Rehan mungkin akan mengira ia wanita matrealistis, yang hanya tertarik padanya karena status pria itu sebagai CEO Carver Group. Jadi, ia harus mencegah kesalahpahaman itu.
Tapi.. bagaimana caranya? Nayra mulai kalut.
“Aku hanya.. ingin memberimu kesempatan.. dan merasa bersalah.. karena langsung menolakmu..” balas Nayra, sambil mencoba menenangkan diri.
Rehan yang sejak tadi menunjukkan wajah datar, tiba-tiba tertawa keras.
Nayra mengedipkan matanya dengan cepat, gugup dengan perubahan suasana hati Rehan yang ia tidak tahu alasannya.
“Kau?! Memberiku kesempatan?!” seru Rehan, dengan mata melebar.
Nayra pikir, ia sedang bersikap sarkastis untuk keberaniannya memberi kesempatan pada seorang pria kaya raya, yang bisa dengan mudah mendapatkan wanita manapun.
“Tidak.. Aku yang akan memberimu kesempatan!” lanjut Rehan, sambil menyilangkan kedua tangannya.
“Nona Nayra.. Coba buat aku jatuh cinta padamu dalam 30 hari, maka kau bisa berkencan denganku. Tapi jika gagal, kau harus menjadi budakku!”
APA?!
“Mengapa aku harus menjadi budakmu?!” tanya Nayra, terkejut dengan kesempatan yang Rehan maksud. “Padahal, kau yang mengajakku berkencan lebih dulu?”Rehan tertawa lagi. “Karena kau telah menolakku! Dan sekarang, kau menyita waktu berhargaku untuk ajakan yang kau tolak. Jadi, tentu saja kau harus menerima konsekuensinya, Nona..”Nayra tak habis pikir. Rehan ternyata jauh lebih dingin dan kejam dari yang ia kira. Pria itu tidak lebih baik dari iblis!“Baiklah..” Nayra tidak mau kalah. “Aku akan menerima ‘kesempatan’ itu.. karena aku hanya perlu memastikan, untuk tidak berakhir menjadi budakmu ‘kan,
Mengapa Rehan datang ke sini?“Apa Anda tahu bahwa Anda bisa dihukum, karena menaikkan harga sewa secara sepihak?!” teriak Rehan.Semua mata memandangnya dengan takjub, meskipun teriakan Rehan cukup tidak sopan, terutama terhadap ibu-ibu yang mungkin seumuran dengan ibunya.“A..Anda s..si..apa?” tanya Nyonya Milla tergagap, mendengar suara teriakan Rehan, yang lebih keras dibanding dirinya.“Apa saya perlu mengatakan siapa saya, untuk didengar Anda?” Rehan sedikit mengecilkan suaranya, tapi masih dengan gayanya yang angkuh. “Saya akan membeli rumah ini!
Sudah berapa kali mulutnya ternganga hari ini? Nayra tidak bisa menghitungnya lagi. “TIDAKKKKK!!!” Jeritan itu bukan berasal dari Nayra, melainkan dari Nyonya Milla yang meraung-raung ingin masuk ke dalam rumah yang terbakar, tapi dengan keras dihentikan orang-orang di sekitarnya. “MILENA!!!” jerit Nyonya Milla lagi, lebih parau. Milena? Bukankah itu nama anak keduanya? “ITU DIA!” seru salah seorang di kerumunan, sambil menunjuk Nayra yang masih tercengang bingung. Nyonya Milla yang riasannya telah luntur karena air mata, segera berlari menghampiri Nayra dengan geram. “APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA ANAKKU?!!!” Nyonya Milla menarik kerah baju Nayra, dengan teriakan histerisnya yang tidak bisa ia mengerti. Mengapa Nyonya Milla menanyakan itu padanya? Di tengah suara-suara ribut yang menyalahkan Nayra, ia pun akhirnya tahu bahwa Milena ada di rumah Nayra yang sedang terbakar. Tapi, mengapa itu menjadi kesalahan Nayra? Belum sempat pertanyaannya terjawab, mobil pemadam kebaka
Semua orang sontak memandang David Roland yang masih bisa berjalan dengan gagah, meskipun harus bertumpu pada tongkatnya, terutama di tengah keterkejutan mereka.“Apa maksudmu Ayah?!” tanya wanita itu, sambil mendekati Tuan David dengan ekspresi seperti Kevin McCallister di film Home Alone.“Anakku ‘kan hanya Brian, jadi tidak mungkin ia cucumu!”Brian?Nayra yang masih mencoba memproses ucapan Tuan David terhadapnya, tiba-tiba merinding.Tunggu! Apa ini yang dimaksud perkataan terakhir ibu
“A..Apa yang kau..?”Sebelum Nayra menyelesaikan kalimatnya, Brian sudah berjalan cepat dengan satu telunjuk tangan di depan bibirnya.“Syut! Aku harus diam-diam datang ke sini!” bisiknya, membuat Nayra lebih tidak mengerti.
“Justru ia harus segera dilatih agar siap mewarisi perusahaan kita!” teriak Kakek David dengan suara seraknya, membuat semua orang terdiam, kecuali Brian yang masih sibuk dengan makanannya. Wajah ibu Brian tampak sangat kesal. “Lalu bagaimana dengan Brian? Dia ‘kan cucu Ayah juga!” Nayra melirik Brian yang sama sekali tidak peduli, dengan apa yang dibicarakan para orang tua ini. Sedetik kemudian, sebelum Nayra mengalihkan pandangannya, Brian membalas tatapan Nayra dengan mengangkat kedua alisnya seolah bertanya ‘Apa?’. Nayra pun menggelengkan kepala, heran. “Apa kau tidak suka dengan itu, Nayra?” tanya Kakek David, mengejutkan Nayra yang sempat kehilangan fokus. Apa ia melihat Nayra menggelengkan kepalanya dan salah paham dengan itu? “Ah..” Nayra tidak tahu harus berkata apa, sampai Brian tiba-tiba berbicara. “Dia mungkin hanya merasa tidak nyaman, jika Ayah yang harus mengajarinya tentang perusahaan,” ucap Brian dengan santai, sambil mengunyah steak tenderloin-nya. Nayra melir
“Brian..” bisik Nayra, setelah menoleh pada Brian lagi yang belum menyadari kehadiran wanita muda itu di kantornya.Brian mulai tersadar dan menatap wanita itu, mengikuti tatapan Nayra.“Ah.. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Brian setengah terkejut. Sementara wanita muda yang baru saja membuka pintu, langsung berjalan menghampiri Brian dan menariknya menja
Dalam waktu singkat, Rehan sudah berjalan cepat menghampiri Nayra yang masih menggenggam tangan Brian. Tanpa berbicara, Rehan menarik tangan Nayra dan berusaha mengajaknya pergi dari sana.“Apa yang kau lakukan?!” Brian mencoba menghentikan Rehan, tapi dengan dingin Rehan menarik tangan Nayra lagi. Sementara Brian dihentikan Lucy dengan tangan kecilnya, “Fokus pada
“Kalung ini.. darimana kau mendapatkannya?” tanya Nyonya Milla, ketika pertama kali bertemu dengan Nayra yang ingin menyewa salah satu rumahnya.Nayra melihat kalung berliontin lumba-lumba hitam yang ia kenakan, “Hmm.. ibuku.. Nyonya..”Wajah Nyonya Milla seketika membeku, dengan firasat bahwa kalung itu mungkin adalah kalung yang pernah ia berikan pada anaknya sebelum anaknya itu diusir dari rumah. Sesaat kemudian, Nyonya Milla kembali bertanya. “Dan nama ibumu..?”Nayra sedikit memiringkan kepalanya, karena tidak mengerti maksud pertanyaan wanita tua berusia kisaran 60-an hanya dari penampilannya itu. “Lea.. Lea Leigh..”Setelah mendengar itu, Nyonya Milla hanya tersenyum tipis. Tanpa Nayra tahu, Nyonya Milla adalah ibu dari ibu yang merawat Nayra itu, yang berarti Nayra adalah cucunya. Namun, Nyonya Milla harus menyembunyikan identitasnya, karena rasa bersalahnya telah menjadi penyebab sahabatnya Miley yang ia pikir meninggal 32 tahun lalu.“Tinggalah di sini.. Anakku..” ucap Nyon
“Apa kau baik-baik saja, Tuan..?” tanya wanita yang selalu memenuhi kepala Rehan selama belasan tahun, hingga ketika ia berada dalam bahaya dari penyerangan Alger Roland padanya tujuh bulan lalu.Matanya yang kabur karena pengaruh dari terus kehilangan darah, tidak mengaburkan pandangannya pada wanita yang tanpa banyak bertanya lagi, langsung membantunya. Nayra.Rehan sadar, bahkan tubuhnya tidak bisa menolak perasaan yang sudah terbentuk lama pada wanita itu. Perasaan cinta yang harus ia sembunyikan karena hubungan keluarga mereka.Namun, begitu Rehan pergi dari rumah Nayra agar tidak melibatkannya dalam bahaya karena membantunya, Rehan menyadari bahwa ia tidak bisa melepas wanita itu. Jadi, ia kembali menemui Nayra dengan membawa sebuket bunga mawar Juliet berwarna persik dan beberapa tas Hermes, karena ia tidak tahu mana yang akan disukai Nayra.Awalnya, Rehan hanya ingin memberikan itu untuk berterima kasih pada Nayra yang menolongnya. Tapi, begitu ia menatap wajah yang selalu men
“Kapan kalian akan menikah?” tanya Miley pada cucunya yang sudah ia tahu benar sedang menjalin hubungan serius dengan Rehan, Nayra.Nayra yang baru saja memasukkan marshmallow panggang ke mulutnya, tersedak dengan pertanyaan itu.Semua orang ikut memperhatikan, di perkemahan mewah milik keluarga Allison, tempat keluarga Carver dan keluarga Roland secara resmi menyelesaikan perseteruan mereka selama lebih dari 3 dekade ini. Biasanya, keluarga Roland yang lebih dekat dengan keluarga Allison, melakukan kegiatan kemping bersama setiap setahun sekali untuk mempererat hubungan mereka. Namun, kini setelah semua pengalaman pahit yang menimpa mereka selama lebih dari lima bulan, mereka memutuskan untuk melepas semua perasaan buruk yang tersisa dan menikmati kehidupan mereka yang baru dengan berkemping bersama tiga keluarga.Rehan dan Nayra saling bertatapan selama beberapa saat, hingga mereka memalingkan wajah dengan rona merah menghiasi wajah masing-masing.Semua orang tertawa melihat kegugu
Butuh waktu cukup lama untuk meluruskan semua kesalahpahaman, termasuk menjelaskan semuanya pada orang-orang yang harus mendengar hal itu, yaitu keluarga Carver dan Roland.“Jadi..?” Semua orang di keluarga Carver dan Roland, memiliki ekspresi tercengang yang sama ketika mendengar penjelasan panjang mereka, untuk cerita rumit yang merangkum semua kesalahpahaman sejak 32 tahun lalu itu.Linda Roland yang selama 32 tahun harus hidup tanpa ibu kandungnya yang ia pikir meninggal saat itu, kini bisa melepas semua kesedihannya ketika Lynn atau Nyonya Milla memeluk anak yang ia rindukan juga.Sementara Alger Roland yang baru mengetahui bahwa Rehan yang telah diserangnya empat bulan lalu adalah cucu David sekaligus keponakannya yang sebenarnya, hanya bisa tertunduk dengan perasaan bersalah karena hampir membunuh keluarganya sendiri.Di sisi lain, Ryan Carver akhirnya bertemu dengan anak kandungnya yang ditukar istrinya diam-diam 30 tahun lalu, Nayra. Lebih dari itu, ia juga akhirnya bisa melih
Beberapa jam lalu...“TIDAKKK!!! NAYRAAA!!!” jerit Ibu Ann, meraung karena cucu kandungnya tertinggal di dalam rumah yang terbakar.Bersamaan dengan itu, Nayra yang terhalang plafon yang jatuh di depan pintu satu-satunya rumah tempatnya terjebak, harus mencari jalan keluar lain sebelum ia ikut terbakar bersama rumah yang terbakar dengan cepat.“Nayra!” teriakan lain terdengar, tapi kali ini dari salah satu jendela yang sudah pecah.“A-Ayah..” Nayra terbelalak, melihat kehadiran pria yang menghilang 14 tahun lalu.Pria itu sudah dimakan usia dengan tubuh renta berbalut baju pasien yang Nayra tidak tahu mengapa.Nayra masih tenggelam dalam keterkejutan, ketika pria tua yang ia benci selama 14 tahun ini sudah masuk ke melalui jendela dan menariknya untuk keluar dari jendela yang sama.Dengan susah payah hingga beberapa bagian tubuh mereka tergores pecahan kaca, Nayra dan pria tua itu akhirnya berhasil keluar sebelum kebakaran di rumah itu ikut melahap mereka.“Ba-bagaimana.. bisa?” Nayra
“Apa maksudmu?” Albert sudah berdiri kembali dengan bantuan Freddy, dengan kedua mata terbelalak melebihi semua orang di sana.“Si-siapa.. siapa yang bilang.. kalau dia.. adalah nenek Rehan?” Kali ini, Ibu Ann yang teralihkan oleh berita mengejutkan itu.“I-itu.. pemilik rumah.. yang disewa.. Nona Nayra..” jawab anak buah Albert yang pernah ditugaskan mengawasi Nayra agar tidak dekat dengan Rehan.Ibu Ann tercengang, begitupun dengan Freddy yang langsung menatap wanita tua yang sama-sama hidup dengan identitas tersembunyi selama ini.“Lynn..” lirih Ibu Ann dengan wajah sedih sekaligus senang yang tidak bisa dimengerti Albert dan David. “Kau ternyata memang.. masih hidup..”Albert dan David yang kali ini saling berpandangan. “L-Lynn.. masih.. hidup?”“Char..” Satu kata dari Ibu Ann, membuat Freddy mengangguk mengerti.Freddy atau Charles anak Gilbert, beralih menatap Albert dan David yang masih kebingungan.“Tuan.. sebenarnya.. kedua cucu Anda.. telah saling tertukar..”Albert dan Davi
Tahun 2022 – Saat ini...“Tidak..” Martha masih tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar dari ibunya, bahwa Rehan yang ia cintai dan incar selama ini adalah cucu dari ibunya.Rehan yang sudah hampir kehilangan kesadarannya, ikut tidak percaya hingga kesadarannya seakan pulih kembali, karena ucapan tidak masuk akal itu.“Ini..” Dengan tangan yang masih bergetar setelah mencoba menghentikan Martha, Nyonya Milla menyerahkan sebuah foto yang ia ambil dari dompetnya.Kedua bola mata Martha yang kali ini bergetar dan bergerak tidak karuan. Sebuah foto lama yang hampir rusak, menampilkan seorang wanita berusia di bawah 40-an dengan pria di atas 40-an beserta kedua anak perempuan berusia belasan tahun. Ada tanda lahir berbentuk bulan sabit cukup besar di punggung tangan wanita di samping pria yang Martha kenali sebagai David Roland.Tanda lahir bulan sabit itu memicu ingatan Martha, tentang tanda lahir yang pernah dimiliki Nyonya Milla yang kini sudah dihilangkan, bersama bekas luka baka
Tahun 1990...“Miley..” Lynn susah payah menelepon sahabatnya di ruang kerja David yang sedang dilahap api.“Lynn.. Apa yang terjadi?” Miley mulai merasa khawatir, mendengar suara Lynn yang lemah dengan batuk di sela-selanya, terutama di tengah malam itu.“Rumah.. rumahku.. terbakar..” Suara Lynn semakin mengecil dan Miley yang mendengar di ujung sana, terkesiap sambil terus bertanya. “Gil-bert..” lirih Lynn sebelum akhirnya kembali roboh, karena semua asap yang merasuk ke dalam tubuh lemahnya.“LYNN.. LYNN!” Panggilan Miley masih tidak terjawab dan ia berusaha menghubunginya lagi, ketika Albert yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka, bergegas pergi ke rumah Lynn, wanita yang pernah dicintainya.Albert sudah sampai di rumah keluarga Roland yang sebagian besar sudah dipenuhi api. “Lynn..” lirihnya, khawatir sekaligus takut, karena bagaimanapun Lynn adalah wanita yang pernah ia cintai atau masih ia cintai hingga sekarang.Tanpa pikir panjang, Albert berlari memasuki rumah yang
Lucy yang masih bergetar dengan kemarahan sekaligus ketakutan yang menguasainya, berjalan pergi sambil mengambil ponselnya untuk menelepon seseorang.“Rehan..” lirih Lucy, berusaha menahan tangisnya yang tidak bisa berhenti.“Lucy? Ada apa? Aku sedang sibuk mencari Nayra. Kalau tidak ada yang penting, kita bicara nanti...” Suara Rehan terhenti ketika Lucy kembali berbicara lirih.“Nayra..”“Apa?” Rehan menghentikan aktivitasnya yang mencari Nayra di berbagai tempat, setelah ia berhasil kabur dari rumahnya karena mendengar hilangnya Nayra dari Brian sebelumnya.“Nayra.. ada.. bersamaku..” Lucy berbohong, tapi Rehan tidak bisa menangkap itu karena keinginan kuatnya untuk segera menemukan Nayra.“Di mana?!” Rehan sudah beranjak pergi ke mobilnya untuk menemui Lucy.Beberapa jam kemudian, Rehan tiba di sebuah motel kecil di Kota Lawton.Rehan mengernyit. Mengapa Nayra dan Lucy ada di tempat seperti ini?Meskipun Rehan merasa aneh dengan semua itu, tapi ia melanjutkan langkahnya ke dalam