Mengapa Rehan datang ke sini?
“Apa Anda tahu bahwa Anda bisa dihukum, karena menaikkan harga sewa secara sepihak?!” teriak Rehan.
Semua mata memandangnya dengan takjub, meskipun teriakan Rehan cukup tidak sopan, terutama terhadap ibu-ibu yang mungkin seumuran dengan ibunya.
“A..Anda s..si..apa?” tanya Nyonya Milla tergagap, mendengar suara teriakan Rehan, yang lebih keras dibanding dirinya.
“Apa saya perlu mengatakan siapa saya, untuk didengar Anda?” Rehan sedikit mengecilkan suaranya, tapi masih dengan gayanya yang angkuh. “Saya akan membeli rumah ini!”
EH??
“Tapi Anda harus dibawa ke kantor polisi dan mendapatkan hukuman yang setimpal!” seru Rehan lagi, diiringi gerakan tangannya yang memberi isyarat, pada orang-orang di luar rumah tempat beberapa mobil mewah Porsche terparkir.
Mereka segera masuk dan menyeret Nyonya Milla yang masih kebingungan, keluar. Ibu-ibu yang sejak awal kedatangan pria itu, mengaguminya karena berpenampilan sangat mewah dan berkarisma, tiba-tiba mulai ketakutan dan ikut pergi, setelah meletakkan kembali semua hadiah Rehan untuk Nayra sebelumnya.
“Apa yang kau lakukan?!” Nayra menghampiri Rehan dengan wajah marah.
Itu seharusnya menjadi urusan Nayra, tapi Rehan ikut campur tanpa seizinnya.
“Aku tidak melakukannya untukmu! Itu adalah barang-barangku!”
Rupanya, Rehan telah mengamati perdebatan Nayra dan Nyonya Milla sejak awal, jadi ia tahu apa yang terjadi. Meskipun begitu, Nayra masih ingin menyelesaikan masalah ini baik-baik tanpa melibatkan polisi, karena ia ingin tetap tinggal di sana.
“Kalau begitu, silakan simpan barang-barangmu!” Nayra berusaha pergi, hendak menyusul Nyonya Milla yang sudah diseret paksa ke dalam mobil Rehan, untuk dibawa ke kantor polisi.
“Tunggu!” Rehan tiba-tiba menarik tangan Nayra. “Tapi aku sudah memberikannya untukmu!”
Hah?
Mengapa begitu banyak orang plin-plan hari ini?
“Tapi kau bilang itu barang-barangmu, jadi itu bukan milikku!” Nayra melepas tangan Rehan dan akhirnya bisa pergi, dengan taksi yang kebetulan lewat di depan rumahnya.
Sedangkan Rehan, gelagapan di tengah rumah kecil Nayra, sendiri.
Sepertinya ia berusaha tampak keren di depan Nayra, tapi itu malah menjadi bumerang untuknya.
***
Nayra sudah tiba di depan kantor polisi, setelah beberapa jam hampir tidak bisa menyusul mobil yang membawa Nyonya Milla ke sana. Saat ia baru saja akan memasuki kantor polisi itu, Nyonya Milla sudah keluar diiringi beberapa pria yang tadi menariknya ke sana, bersama seorang wanita muda seumuran Nayra yang baru ia temui.
Wanita muda itu mengenakan pakaian kantor yang tampak modis dan elegan tapi cukup ketat, dengan rambut terurai sepanjang bahu.
Apa dia masih salah satu karyawan Rehan? Lalu, bagaimana Nyonya Milla bisa keluar begitu cepat dari kantor polisi?
Nyonya Milla yang terkejut dengan kedatangan Nayra, langsung berlari menghampirinya dan melayangkan tamparan keras di pipi Nayra.
“Aku tidak mau lagi berurusan denganmu!” teriaknya. “Keluar dari rumahku sekarang juga!”
Nayra tercengang. Padahal, ia datang ke sana untuk mencoba menyelesaikan masalahnya baik-baik. Tapi mengapa semuanya menjadi runyam?
Nyonya Milla langsung pergi begitu saja, dengan dengusan panjang dan bibir menggerutu, mengucapkan berbagai kata umpatan yang tidak bisa Nayra dengar –karena ia masih terkejut dengan tamparan tadi.
Rehan!
Nayra hanya bisa menyalahkan pria itu karena telah membuat semuanya kacau, meskipun ia selalu berusaha tidak pernah menyalahkan siapapun sebelumnya, untuk kemalangan apapun yang ia alami.
Apa yang harus aku lakukan? Sepertinya, pertanyaan ini begitu sering muncul di kepala Nayra hari ini.
Nayra akhirnya berjalan meninggalkan kantor polisi dengan lesu. Ia tidak tahu harus pergi ke mana, setelah Nyonya Milla mengusirnya dari rumah.
Dengan uang yang ia miliki, itu hanya akan cukup untuk makan seminggu. Lalu di mana ia akan tinggal?
Ia harusnya meminta keringanan pada Nyonya Milla untuk tetap tinggal di rumah itu, sebelum membiarkannya pergi. Tapi sekarang, ia bahkan tidak tahu alasan apa lagi yang bisa ia pakai, untuk meluluhkan Nyonya Milla yang sudah mengusirnya.
Langit mulai memerah, sedangkan hati Nayra keruh tidak tentu apa warnanya.
Satu kilometer Nayra sudah berjalan hingga mencapai Stratton Road, sebuah kawasan dengan berbagai restoran, kafe dan toko-toko yang berbaris di sepanjang jalannya. Menyadari tempatnya berada, Nayra mulai mendapat pencerahan untuk mencari pekerjaan dan rumah sementara untuknya.
Sebuah pengumuman lowongan pekerjaan paruh waktu di salah satu restoran barbeku bernama M-Eat, menarik perhatian Nayra. Ia segera menghampiri pemilik restoran –setelah menunggu beberapa saat ia menyelesaikan pekerjaannya. Namun, saat Nayra menanyakan lowongan tadi, pria tua berjanggut penuh pemilik restoran itu mengatakan, bahwa lowongan tersebut hanya untuk anak muda.
Nayra yang seorang wanita berusia 30 tahun, tentu tidak memenuhi syarat. Tapi ia masih berusaha membujuk pemilik restoran, untuk sekedar memberinya kesempatan wawancara, hingga mereka teralihkan oleh suara-suara ribut beberapa pria yang datang ke depan restoran.
“Argh! Mereka lagi!” gerutu si pemilik restoran bernama Nick itu. “Mereka selalu ribut ke sini! Mengganggu saja!”
Nayra melirik pria-pria yang berteriak tidak jelas dengan pakaian cukup mewah. Ia pikir, mungkin ia bisa menggunakan mereka untuk mendapatkan kesempatan bekerja di restoran Tuan Nick.
“Tuan, bagaimana jika saya bisa mengusir mereka dari sini? Apa Anda akan memberikan saya kesempatan untuk bekerja di sini?” tanya Nayra dengan wajah penuh harap.
Tuan Nick mengangkat satu alisnya. “Mengusir mereka? Apa kau bahkan tahu siapa mereka?”
Nayra tidak peduli. Baginya, ia hanya perlu mendapatkan pekerjaan!
“Siapapun mereka, saya akan mengusirnya. Bagaimana Tuan?” tanya Nayra lagi.
Tuan Nick tampaknya menganggap remeh ucapan Nayra. Dengan acuh tak acuh ia menjawab, “Silakan saja..” sambil pergi masuk ke dalam restorannya.
Saat itu, Nayra sepertinya sudah sedikit gila karena terdesak untuk mendapatkan pekerjaan dan rumah baru.
Nayra melihat sebuah selang air yang terpasang di keran luar restoran. Sekejap, sebelum Nayra sempat berpikir jernih, ia sudah menyemprotkan air dari selang itu kepada pria-pria yang masih tertawa-tawa dengan keras di depan restoran Tuan Nick.
Semua orang membeku, termasuk Tuan Nick yang diam-diam mengamati dari restorannya.
Dalam waktu singkat, berbagai teriakan menyerbu Nayra terutama dari Tuan Nick yang langsung berlari ke arahnya. Nayra yang terkejut melihat reaksi itu, dengan gesit melesat pergi disusul kejaran pria-pria yang seluruh badannya sudah basah, terkena semprotan air dari Nayra. Sementara Tuan Nick, sudah kewalahan setelah berlari hanya beberapa meter.
Beruntung, Nayra cukup atletik sejak ia dikejar-kejar Ayahnya dulu. Jadi, dengan mudah ia berhasil lolos dari kejaran mereka.
Tapi sungguh.. Kenapa Nayra melakukan itu?
Sepertinya, Nayra cukup frustasi dengan semua hal yang menimpanya, terutama hari ini. Hingga ia ingin menumpahkan semua, meskipun dengan melakukan tindakan gila yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Akhirnya, Nayra memutuskan untuk kembali saja ke rumah Nyonya Milla untuk membujuk wanita itu. Tapi lagi-lagi, ia dihadapkan dengan kejadian konyol lain yang tidak bisa ia mengerti alasannya.
Rumahnya terbakar!
Sudah berapa kali mulutnya ternganga hari ini? Nayra tidak bisa menghitungnya lagi. “TIDAKKKKK!!!” Jeritan itu bukan berasal dari Nayra, melainkan dari Nyonya Milla yang meraung-raung ingin masuk ke dalam rumah yang terbakar, tapi dengan keras dihentikan orang-orang di sekitarnya. “MILENA!!!” jerit Nyonya Milla lagi, lebih parau. Milena? Bukankah itu nama anak keduanya? “ITU DIA!” seru salah seorang di kerumunan, sambil menunjuk Nayra yang masih tercengang bingung. Nyonya Milla yang riasannya telah luntur karena air mata, segera berlari menghampiri Nayra dengan geram. “APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA ANAKKU?!!!” Nyonya Milla menarik kerah baju Nayra, dengan teriakan histerisnya yang tidak bisa ia mengerti. Mengapa Nyonya Milla menanyakan itu padanya? Di tengah suara-suara ribut yang menyalahkan Nayra, ia pun akhirnya tahu bahwa Milena ada di rumah Nayra yang sedang terbakar. Tapi, mengapa itu menjadi kesalahan Nayra? Belum sempat pertanyaannya terjawab, mobil pemadam kebaka
Semua orang sontak memandang David Roland yang masih bisa berjalan dengan gagah, meskipun harus bertumpu pada tongkatnya, terutama di tengah keterkejutan mereka.“Apa maksudmu Ayah?!” tanya wanita itu, sambil mendekati Tuan David dengan ekspresi seperti Kevin McCallister di film Home Alone.“Anakku ‘kan hanya Brian, jadi tidak mungkin ia cucumu!”Brian?Nayra yang masih mencoba memproses ucapan Tuan David terhadapnya, tiba-tiba merinding.Tunggu! Apa ini yang dimaksud perkataan terakhir ibu
“A..Apa yang kau..?”Sebelum Nayra menyelesaikan kalimatnya, Brian sudah berjalan cepat dengan satu telunjuk tangan di depan bibirnya.“Syut! Aku harus diam-diam datang ke sini!” bisiknya, membuat Nayra lebih tidak mengerti.
“Justru ia harus segera dilatih agar siap mewarisi perusahaan kita!” teriak Kakek David dengan suara seraknya, membuat semua orang terdiam, kecuali Brian yang masih sibuk dengan makanannya. Wajah ibu Brian tampak sangat kesal. “Lalu bagaimana dengan Brian? Dia ‘kan cucu Ayah juga!” Nayra melirik Brian yang sama sekali tidak peduli, dengan apa yang dibicarakan para orang tua ini. Sedetik kemudian, sebelum Nayra mengalihkan pandangannya, Brian membalas tatapan Nayra dengan mengangkat kedua alisnya seolah bertanya ‘Apa?’. Nayra pun menggelengkan kepala, heran. “Apa kau tidak suka dengan itu, Nayra?” tanya Kakek David, mengejutkan Nayra yang sempat kehilangan fokus. Apa ia melihat Nayra menggelengkan kepalanya dan salah paham dengan itu? “Ah..” Nayra tidak tahu harus berkata apa, sampai Brian tiba-tiba berbicara. “Dia mungkin hanya merasa tidak nyaman, jika Ayah yang harus mengajarinya tentang perusahaan,” ucap Brian dengan santai, sambil mengunyah steak tenderloin-nya. Nayra melir
“Brian..” bisik Nayra, setelah menoleh pada Brian lagi yang belum menyadari kehadiran wanita muda itu di kantornya.Brian mulai tersadar dan menatap wanita itu, mengikuti tatapan Nayra.“Ah.. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Brian setengah terkejut. Sementara wanita muda yang baru saja membuka pintu, langsung berjalan menghampiri Brian dan menariknya menja
Dalam waktu singkat, Rehan sudah berjalan cepat menghampiri Nayra yang masih menggenggam tangan Brian. Tanpa berbicara, Rehan menarik tangan Nayra dan berusaha mengajaknya pergi dari sana.“Apa yang kau lakukan?!” Brian mencoba menghentikan Rehan, tapi dengan dingin Rehan menarik tangan Nayra lagi. Sementara Brian dihentikan Lucy dengan tangan kecilnya, “Fokus pada
“Aku tidak tahu namanya, tapi mereka pasangan miskin yang bahkan tidak punya uang untuk bersalin..”Tidak mungkin. Apa maksudnya, orang tua Nayra selama 30 tahun ini?“
Kota Houston, Tahun 2008 – 14 tahun lalu. Kehidupan seorang pewaris tunggal perusahaan ternama dunia, tidak selalu indah dan menyenangkan, bahkan lebih banyak air mata dan perasaan kesepian dibanding senyum dan kawan. Inilah yang membuat Rehan Carver di usianya yang baru menginjak 16 tahun, kabur dari rumah ke tempat yang benar-benar asing. Ia pikir orang tua terutama ibunya, tidak akan menemukan tempatnya berada, jika ia pergi ke tempat yang tidak diketahui oleh seluruh keluarga Carver. Rehan pun tiba di Kota Houston yang sangat terpinggir di banding Kota Lexington, ibukota Bexley State tempatnya tinggal. Kota Houston masih terlihat seperti pedesaan yang damai, dengan padang rumput yang tenang. Rehan pikir, seandainya ia hidup di tempat seperti ini, mungkin itu akan lebih baik untuknya daripada hidup di rumah mewahnya yang seluas istana. Dengan udara bersih dari kota yang belum terkontaminasi polusi kendaraan dan lainnya, Rehan berkeliling selama beber
“Kalung ini.. darimana kau mendapatkannya?” tanya Nyonya Milla, ketika pertama kali bertemu dengan Nayra yang ingin menyewa salah satu rumahnya.Nayra melihat kalung berliontin lumba-lumba hitam yang ia kenakan, “Hmm.. ibuku.. Nyonya..”Wajah Nyonya Milla seketika membeku, dengan firasat bahwa kalung itu mungkin adalah kalung yang pernah ia berikan pada anaknya sebelum anaknya itu diusir dari rumah. Sesaat kemudian, Nyonya Milla kembali bertanya. “Dan nama ibumu..?”Nayra sedikit memiringkan kepalanya, karena tidak mengerti maksud pertanyaan wanita tua berusia kisaran 60-an hanya dari penampilannya itu. “Lea.. Lea Leigh..”Setelah mendengar itu, Nyonya Milla hanya tersenyum tipis. Tanpa Nayra tahu, Nyonya Milla adalah ibu dari ibu yang merawat Nayra itu, yang berarti Nayra adalah cucunya. Namun, Nyonya Milla harus menyembunyikan identitasnya, karena rasa bersalahnya telah menjadi penyebab sahabatnya Miley yang ia pikir meninggal 32 tahun lalu.“Tinggalah di sini.. Anakku..” ucap Nyon
“Apa kau baik-baik saja, Tuan..?” tanya wanita yang selalu memenuhi kepala Rehan selama belasan tahun, hingga ketika ia berada dalam bahaya dari penyerangan Alger Roland padanya tujuh bulan lalu.Matanya yang kabur karena pengaruh dari terus kehilangan darah, tidak mengaburkan pandangannya pada wanita yang tanpa banyak bertanya lagi, langsung membantunya. Nayra.Rehan sadar, bahkan tubuhnya tidak bisa menolak perasaan yang sudah terbentuk lama pada wanita itu. Perasaan cinta yang harus ia sembunyikan karena hubungan keluarga mereka.Namun, begitu Rehan pergi dari rumah Nayra agar tidak melibatkannya dalam bahaya karena membantunya, Rehan menyadari bahwa ia tidak bisa melepas wanita itu. Jadi, ia kembali menemui Nayra dengan membawa sebuket bunga mawar Juliet berwarna persik dan beberapa tas Hermes, karena ia tidak tahu mana yang akan disukai Nayra.Awalnya, Rehan hanya ingin memberikan itu untuk berterima kasih pada Nayra yang menolongnya. Tapi, begitu ia menatap wajah yang selalu men
“Kapan kalian akan menikah?” tanya Miley pada cucunya yang sudah ia tahu benar sedang menjalin hubungan serius dengan Rehan, Nayra.Nayra yang baru saja memasukkan marshmallow panggang ke mulutnya, tersedak dengan pertanyaan itu.Semua orang ikut memperhatikan, di perkemahan mewah milik keluarga Allison, tempat keluarga Carver dan keluarga Roland secara resmi menyelesaikan perseteruan mereka selama lebih dari 3 dekade ini. Biasanya, keluarga Roland yang lebih dekat dengan keluarga Allison, melakukan kegiatan kemping bersama setiap setahun sekali untuk mempererat hubungan mereka. Namun, kini setelah semua pengalaman pahit yang menimpa mereka selama lebih dari lima bulan, mereka memutuskan untuk melepas semua perasaan buruk yang tersisa dan menikmati kehidupan mereka yang baru dengan berkemping bersama tiga keluarga.Rehan dan Nayra saling bertatapan selama beberapa saat, hingga mereka memalingkan wajah dengan rona merah menghiasi wajah masing-masing.Semua orang tertawa melihat kegugu
Butuh waktu cukup lama untuk meluruskan semua kesalahpahaman, termasuk menjelaskan semuanya pada orang-orang yang harus mendengar hal itu, yaitu keluarga Carver dan Roland.“Jadi..?” Semua orang di keluarga Carver dan Roland, memiliki ekspresi tercengang yang sama ketika mendengar penjelasan panjang mereka, untuk cerita rumit yang merangkum semua kesalahpahaman sejak 32 tahun lalu itu.Linda Roland yang selama 32 tahun harus hidup tanpa ibu kandungnya yang ia pikir meninggal saat itu, kini bisa melepas semua kesedihannya ketika Lynn atau Nyonya Milla memeluk anak yang ia rindukan juga.Sementara Alger Roland yang baru mengetahui bahwa Rehan yang telah diserangnya empat bulan lalu adalah cucu David sekaligus keponakannya yang sebenarnya, hanya bisa tertunduk dengan perasaan bersalah karena hampir membunuh keluarganya sendiri.Di sisi lain, Ryan Carver akhirnya bertemu dengan anak kandungnya yang ditukar istrinya diam-diam 30 tahun lalu, Nayra. Lebih dari itu, ia juga akhirnya bisa melih
Beberapa jam lalu...“TIDAKKK!!! NAYRAAA!!!” jerit Ibu Ann, meraung karena cucu kandungnya tertinggal di dalam rumah yang terbakar.Bersamaan dengan itu, Nayra yang terhalang plafon yang jatuh di depan pintu satu-satunya rumah tempatnya terjebak, harus mencari jalan keluar lain sebelum ia ikut terbakar bersama rumah yang terbakar dengan cepat.“Nayra!” teriakan lain terdengar, tapi kali ini dari salah satu jendela yang sudah pecah.“A-Ayah..” Nayra terbelalak, melihat kehadiran pria yang menghilang 14 tahun lalu.Pria itu sudah dimakan usia dengan tubuh renta berbalut baju pasien yang Nayra tidak tahu mengapa.Nayra masih tenggelam dalam keterkejutan, ketika pria tua yang ia benci selama 14 tahun ini sudah masuk ke melalui jendela dan menariknya untuk keluar dari jendela yang sama.Dengan susah payah hingga beberapa bagian tubuh mereka tergores pecahan kaca, Nayra dan pria tua itu akhirnya berhasil keluar sebelum kebakaran di rumah itu ikut melahap mereka.“Ba-bagaimana.. bisa?” Nayra
“Apa maksudmu?” Albert sudah berdiri kembali dengan bantuan Freddy, dengan kedua mata terbelalak melebihi semua orang di sana.“Si-siapa.. siapa yang bilang.. kalau dia.. adalah nenek Rehan?” Kali ini, Ibu Ann yang teralihkan oleh berita mengejutkan itu.“I-itu.. pemilik rumah.. yang disewa.. Nona Nayra..” jawab anak buah Albert yang pernah ditugaskan mengawasi Nayra agar tidak dekat dengan Rehan.Ibu Ann tercengang, begitupun dengan Freddy yang langsung menatap wanita tua yang sama-sama hidup dengan identitas tersembunyi selama ini.“Lynn..” lirih Ibu Ann dengan wajah sedih sekaligus senang yang tidak bisa dimengerti Albert dan David. “Kau ternyata memang.. masih hidup..”Albert dan David yang kali ini saling berpandangan. “L-Lynn.. masih.. hidup?”“Char..” Satu kata dari Ibu Ann, membuat Freddy mengangguk mengerti.Freddy atau Charles anak Gilbert, beralih menatap Albert dan David yang masih kebingungan.“Tuan.. sebenarnya.. kedua cucu Anda.. telah saling tertukar..”Albert dan Davi
Tahun 2022 – Saat ini...“Tidak..” Martha masih tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar dari ibunya, bahwa Rehan yang ia cintai dan incar selama ini adalah cucu dari ibunya.Rehan yang sudah hampir kehilangan kesadarannya, ikut tidak percaya hingga kesadarannya seakan pulih kembali, karena ucapan tidak masuk akal itu.“Ini..” Dengan tangan yang masih bergetar setelah mencoba menghentikan Martha, Nyonya Milla menyerahkan sebuah foto yang ia ambil dari dompetnya.Kedua bola mata Martha yang kali ini bergetar dan bergerak tidak karuan. Sebuah foto lama yang hampir rusak, menampilkan seorang wanita berusia di bawah 40-an dengan pria di atas 40-an beserta kedua anak perempuan berusia belasan tahun. Ada tanda lahir berbentuk bulan sabit cukup besar di punggung tangan wanita di samping pria yang Martha kenali sebagai David Roland.Tanda lahir bulan sabit itu memicu ingatan Martha, tentang tanda lahir yang pernah dimiliki Nyonya Milla yang kini sudah dihilangkan, bersama bekas luka baka
Tahun 1990...“Miley..” Lynn susah payah menelepon sahabatnya di ruang kerja David yang sedang dilahap api.“Lynn.. Apa yang terjadi?” Miley mulai merasa khawatir, mendengar suara Lynn yang lemah dengan batuk di sela-selanya, terutama di tengah malam itu.“Rumah.. rumahku.. terbakar..” Suara Lynn semakin mengecil dan Miley yang mendengar di ujung sana, terkesiap sambil terus bertanya. “Gil-bert..” lirih Lynn sebelum akhirnya kembali roboh, karena semua asap yang merasuk ke dalam tubuh lemahnya.“LYNN.. LYNN!” Panggilan Miley masih tidak terjawab dan ia berusaha menghubunginya lagi, ketika Albert yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka, bergegas pergi ke rumah Lynn, wanita yang pernah dicintainya.Albert sudah sampai di rumah keluarga Roland yang sebagian besar sudah dipenuhi api. “Lynn..” lirihnya, khawatir sekaligus takut, karena bagaimanapun Lynn adalah wanita yang pernah ia cintai atau masih ia cintai hingga sekarang.Tanpa pikir panjang, Albert berlari memasuki rumah yang
Lucy yang masih bergetar dengan kemarahan sekaligus ketakutan yang menguasainya, berjalan pergi sambil mengambil ponselnya untuk menelepon seseorang.“Rehan..” lirih Lucy, berusaha menahan tangisnya yang tidak bisa berhenti.“Lucy? Ada apa? Aku sedang sibuk mencari Nayra. Kalau tidak ada yang penting, kita bicara nanti...” Suara Rehan terhenti ketika Lucy kembali berbicara lirih.“Nayra..”“Apa?” Rehan menghentikan aktivitasnya yang mencari Nayra di berbagai tempat, setelah ia berhasil kabur dari rumahnya karena mendengar hilangnya Nayra dari Brian sebelumnya.“Nayra.. ada.. bersamaku..” Lucy berbohong, tapi Rehan tidak bisa menangkap itu karena keinginan kuatnya untuk segera menemukan Nayra.“Di mana?!” Rehan sudah beranjak pergi ke mobilnya untuk menemui Lucy.Beberapa jam kemudian, Rehan tiba di sebuah motel kecil di Kota Lawton.Rehan mengernyit. Mengapa Nayra dan Lucy ada di tempat seperti ini?Meskipun Rehan merasa aneh dengan semua itu, tapi ia melanjutkan langkahnya ke dalam