Home / Lainnya / PESUGIHAN GUNUNG SEMERU / Kecurigaan Lastri

Share

Kecurigaan Lastri

Author: Ayu Kristin
last update Last Updated: 2021-09-20 12:44:57

Jalanan sudah mulai sepi, meskipun senja masih meremang di ufuk barat. Lastri masih terus menginjak gas mobil jeeb warna merah kepunyaannya. Melajukannya dengan kecepatan tinggi menembus jalanan yang berliku. Jalan yang dikelilingi dengan tabing yang curam. Wanita itu berharap, bisa sampai di rumah Ki Gendeng tepat waktu.

Setelah melewati pemukiman sepi penduduk, mobil jeeb merah itu mulai menembus hutan pinus yang tinggi menjulang. Sayangnya, Sorot lampu mobil itu tidak mampu menjangkau pandangan terlalu jauh. Membuat Lastri harus memperlambat laju kemudinya. Karena Medan yang dia lalui juga tidak cukup mudah. Jalanan berlumpur serta genangan air yang memenuhi jalanan membuat Lastri harus pandai-pandai memilah jalan.

Wuk, wuk, wuk!

Suara burung hantu itu terus mengikuti Lastri, semenjak mobil jeeb merah itu memasuki gelapnya hutan pinus, yang  sebagian masyarakat kenal sebagai hutan telarang. Namun justru dipilih men

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Mimpi Buruk

    Udara terasa samakin dingin. Kabut yang menyelimuti daerah pegunungan Semeru masih terlihat begitu tebal, Lastri harus berjalan merayap melewati tikungan yang setiap sisinya adalah tebing-tebing yang curam. Hampir semalaman wanita itu tidak tidur, kantung matanya terlihat jelas bergelayut menghitam di bawah netra yang terus berfokus menatap jalan.Adzan subuh telah berkumandang, mobil berwarna merah itu baru saja memasuki halaman rumah minimalis miliknya. Suasa rumah Lastri masih begitu sepi, pasti Indah dan Prapto masih tertidur pulas. Benar saja, keluarga Lastri memang jarang sekali melaksanakan sholat.Tak! Tak! Tak!Suara hentakan kaki Lastri ketika wanita itu sedang manaiki anak tangga rumahnya. Dilihatnya kamar yang berada di sudut ruangan lantai itu pintunya sedang terbuka. Lastri mengeryitkan dahi, wanita itu kemudian berjalan mendekati kamar kosong yang berada di sudut ruangan. Lastri melongok ke dalam kamar

    Last Updated : 2021-09-21
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Tumbal

    Indah masih duduk di kursi meja makan dengan wajah yang terlihat pucat pasi. Wanita itu telah mengeluarkan seluruh isi perutnya sedari tadi. Aroma amis yang bercampur dengan bunga tujuh rupa membuat wanita itu tak mampu menahan perutnya yang terasa seperti sedang di aduk-aduk."Minum, Indah!" perintah Lastri yang meletakan segelas wedang jahe di hadapan Indah."Kok bisa-bisanya air itu berubah menjadi darah ya, Bu?" tanya indah tercengang. Wanita itu menyesap dalam wedang jahe yang berada di atas meja. Membuat terasa hangat hingga ke dalaman perutnya yang sudah kosong."Sudah, kamu tidak perlu tau. Yang pasti, ini adalah ilmu hitam yang tidak perlu kamu ceritakan pada suamimu!" ancam Lastri. Wanita yang kini sedang mengunyah sebuah apel yang berada di genggamannya.Kebetulan memang hari ini Prapto sedang tidak pulang ke rumah Lastri. Lelaki itu memilih untuk menengok rumahnya di kampung sebelah. Mungkin ka

    Last Updated : 2021-09-21
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Kemarahan Tejo

    Setelah mengurus administrasi Tejo segera menuju ke dalam mobil miliknya. Kariawan yang membersamainya sudah menunggu di dalam mobil bersama Bambang yang masih tak sadarkan diri."Bos! Bambang badannya panas sekali loh!" ucap kuli yang sedari tadi memangku wajah Bambang dengan panik. Berkali-kali ia menempelkan telapak tangannya pada kening hitam Bambang."Biarkan saja! Tadi aku sudah menelpon kekuarganya. Sebentar lagi dia juga akan di jemput oleh keluarganya!" sahut Tejo dengan nada santai lalu melajukan kemudi.Karyawan itu mengangguk, dia tidak habis pikir jika nasib Bambang akan seperti ini. Masih diingatnya semalam Bambang yang lari terbirit-birit membangunkannya dengan wajahnya terlihat begitu ketakutan."Kus! Kus! Bangun Kus!" ucapnya malam itu, tangannya mengucang hebat tubuh Kusumo yang masih tertidur pulas. Hingga membuat lelaki hampir setengah abad itu mengerjap terbangun.

    Last Updated : 2021-09-22
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Indah Menjadi Aneh

    "Itu Bos, itu!" Lelaki setengah abad itu menunjuk-nunjuk ke arah luar pintu rumah dengan wajah takut.Tejo yang masih geram dengan pertanyaan Damar segera berjalan keluar dari pintu rumah. Kusumo masih terus mengekori Tejo yang memberinya aba-aba untuk menuju depan pintu gerbang rumah."Kamu yang namanya Tejo?" ucap lelaki bertubuh kerdil yang menjatuhkan tatapan tajam kepada Tejo."Iya, Kenapa?" sahut Tejo menahan amarahnya. Giginya terus bergemelutuk saling mengadu. Terlihat dari rahang lelaki berkumis tebal itu yang kian mengeras.Bough!Sebuah tinjauan mengayun cepat mengenai pipi Tejo, hingga lelaki itu jatuh tersungkur di lantai."Kurang ajar!" Tejo mengusap lembut sudut bibirnya yang terluka. Netranya melirik tajam ke arah pria kerdil yang hendak menjatuhkan bogem ke dua."Jangan Pak, jangan!" cegah Kusumo. Lelaki itu menarik pergelangan tangan pria

    Last Updated : 2021-09-24
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Murka Tejo

    Prapto masih menumpu wajahnya dengan kedua tangannya. Matanya terus mengawasi gerak-gerik Indah yang sedang menyiapkan makanan untuknya. Wanita berkulit hitam manis itu berjalan mondar mandir di hadapannya."Mas!" Teriak Indah membuat Prapto tergeragap. Pria dengan wajah ditekuk itu terus mengerucutkan bibirnya."Ada apa sih Mas kok manyun kaya gitu?" tanya wanita yang rambutnya masih basah sisa permainan semalam. Indah masih terus mengoyangkan spatulanya di atas wajan, sesekali melirik Prapto."Dek, semalem adek hadis ngapain?" tanya Proto menyelidik. Pria itu seolah tidak percaya dengan diri Indah yang kini berada di hadapannya. Indah yang semalam itu lebih menggodanya. Dadanya yang besar serta kulitnya yang putih bagaikan pualam. Membuat Prapto mengumulinya hingga adzan subuh berkumandang."Habis apa gimana sih, Mas?" sahut Indah menghentikan gerakannya. Kemudian menatap serius ke arah Prapt

    Last Updated : 2021-09-25
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Kiriman Untuk Tejo

    Huek ... Huek ... Huek ...Indah berkali-kali keluar masuk ke kamar mandi. Sedari pagi perutnya terasa mual sekali. Hingga siang hampir menjelang, perutnya sama sekali tidak dapat diisi oleh makanan."Dek, kita berobat yuk!" ucap Prapto yang khawatir melihat keadaan istrinya dengan wajah pucat pasi."Ngak usah Mas, paling aku cuma masuk angin," ucap wanita berkulit sawo matang itu membalikan tubuhnya menunggungi Prapto yang sedang menyadarkan tubuhnya pada dipan ranjang."Adek yakin?"Prapto mengeryitkan dahi."He'um," sahut Indah lemah."Yo wes, Mas mau lihat rumah kita sebentar ya. Sudah lama rumah itu nggak Mas tengokin," pamit Prapto megusap lembut pundak Indah yang tak bergeming.____"Masa sih? Kamu dapat kabar darimana kalau si Tejo itu ngambil pesugihan," tanya seorang kuli yang sedang sibuk melepar kelapa ke atas truk kepada temann

    Last Updated : 2021-09-26
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bangkrut

    Pria berkumis tebal itu terlih gusar. Aktivitas yang biasanya ramai di gudangnya kini terlihat sepi. Banyak kariawan Tejo yang memutuskan berhenti bekerja setelah menyebar rumor kematian Bambang sebagai tumbal pesugihannya.Namun, bukan itu yang membuat pikiran pria yang masih duduk di kursi putar yang berada di gudang itu terlihat terus berfikir Keras. Terlebih karena tumbal tertolaknya itu berimbas pada usahanya yang hampir bangkrut.Dua bulan sudah berlalu. Tidak ada sedikitpun pun laba yang menguntungkan yang Tejo dapatkan. Yang ada setiap kali ia mengirim kelapa atau memasok kelapa hasilnya selalu bikin pusing kepala. Mulai dari kwalitas kelapanya yang kurang bagus, ukuran kelapanya yang terlalu kecil atau bahkan banyak kelapa yang cepat busuk karena kelamaan. Kurangnya kwalitas dan kwantitas yang Tejo berikan kepada pelanggan membuat para tengkulaknya berlari mencari pemasok kelapa dengan produk yang lebih baik lagi."B-bos!" ucap pria itu me

    Last Updated : 2021-09-27
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Tejo Meradang

    Wajah wanita yang sedang berdiri di ambang pintu itu terlihat sumringah. Manatap para pekerja yang tengah sibuk menaikan kelapa di atas truk truk yang berjajar di gudang. Tempat yang kini telah dirubah menjadi ukuran jumbo dan luas. Jatuh bangun usaha Lastri kali ini pasti tetap menghasilkan uang dan uang. Seiring dengan kandungan Indah yang mulai membesar."Bu, kok senyum-senyum sendiri, sih?" tanya Indah yang meletakkan secangkir teh hangat di atas meja yang berada di teras rumah."Ibu lagi seneng, berkah rejeki jabang bayimu usaha ibu makin maju," seloroh wanita yang mengenakan daster dengan motif bunga-bunga penuh semangat."Loh, kok jabang bayi Indah sih, Bu?""Ya iyalah, anak kan membawa rejeki," sahut Lastri yang kini menjatuhkan bokongnya di kursi teras rumah dengan asal."Dek, mas mau berangkat dulu ya!" suara Prapto yang baru keluar dari dalam rumah."Hati-hati y

    Last Updated : 2021-09-28

Latest chapter

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 143

    Langkah Zaki seketika terhenti, saat lirih suara Indah memanggil namanya. Begitu juga dengan Angga dan Dimas yang nampak terkejut melihat tatapan Indah hampir sama dengan Sekar."Dek, kamu manggil, Mas Zaki?" Prapto yang hendak beranjak kembali terduduk menatap serius pada Indah."Zaki!" lirih Indah lagi.Perlahan Zaki menyeret langkah kakinya berat menghampiri Indah. Tatapannya menerawang pada wanita yang duduk di hadapannya."Hati-hati di jalan! Jaga teman-teman!" lirih Indah dengan suara berat, seperti sedang menahan tangis.Tubuh Zaki gemetaran, ia merasa jika seseorang yang berada dalam diri wanita gila itu bukanlah Indah lagi."Siapa kamu?" lirih Zaki.Indah yang sempat menjatuhkan tatapan pada Zaki, kini kembali terdiam dengan tatapan kosong. Sorot mata itu seketika berubah."Jawab siapa kamu?" Zaki menai

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 142

    Zaki menerobos tubuh Angga dan Dimas. Mendekat pada wanita yang hampir mirip sekali dengan Hanum, netranya yang jeli begitu juga dengan suaranya."Hanum! Apakah itu kamu?" lirih Zaki menyentuh pada kedua bahu wanita yang berdiri di hadapannya. Lelaki bertubuh atletis itu sama sekali tidak dapat menyembunyikan kerinduan dan kesedihannya pada kekasihnya yang sudah meninggal."Dek, siapa?"Deg!Wajah Zaki seketika berubah pias saat mendengar suara lelaki dari dalam rumah. Sepertinya panggilan itu di tunjukkan pada wanita di hadapan Zaki. Dimas menyambar tangan Zaki dan menarik tubuh lelaki itu sedikit menjauh dari wanita yang berada di dalam pintu. Wanita yang hampir mirip sekali dengan Hanum itu nampak tercengang."Maaf, mbak!" ucap Dimas menyungingkan senyuman."Siapa, dek?" Lelaki berkulit sawo matang itu muncul dari dalam rumah. "Oh, kalian!" Semburat

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 141

    Zaki tergeragap, menoleh pada pria berseragam petugas kebersihan yang berdiri di belakang punggungnya menenteng ember dan alat pel di tangannya."Itu Mas, ehm ... Tadi saya mendengar ada orang menangis di dalam kamar ini!" ucap Zaki gugup."Menangis?" Lelaki yang mengenakan seragam kebersihan itu mengeryitkan dahi, menjatuhkan tatapan heran pada Zaki."Mas, yakin ngak salah dengar kan?" cetus petugas kebersihan nampak ragu dengan ucapan Zaki."Iya, Mas, benar, saya mendengar orang menangis dari dalam, makanya saya ingin melihatnya," ucap Zaki penuh keyakinan.Wajah petugas kebersihan itu seketika berubah menjadi takut. "Mas, jangan nakut-nakutin saya deh!" protesnya."Tidak, Mas, saya tidak tahu nakutin Mas," seloroh Zaki. "Tadi saya benar-benar mendengar orang sedang menangis dari dalam situ," imbuhnya."Tapi Mas, di dalam kamar itu suda

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 140

    Dimas dan Zaki mendengarkan cerita Angga dengan seksama. Mereka nampak tenggelam dengan cerita yang Angga sampaikan."Lalu siapa wanita buruk rupa itu?" celetuk Dimas dengan wajah penasaran."Dia adalah ibu Yuda,"jawab Angga melirik pada Zaki."Apa?" Lagi-lagi Dimas dan Zaki terhenyak serentak. Mereka menggeleng bersama."Iya, wanita yang aku lihat saat aku berusia tujuh tahun itu adalah ibu Yuda," tegas Angga dengan sorot mata menerawang jauh."Jadi ibu kamu adalah istri nomor ...?" Dimas kelepasan, satu tangannya segera membungkam mulutnya menghentikan ucapannya. Wajahnya meringis saat Angga menoleh padanya."Ternyata ibuku adalah istri kedua ayahku. Jadi aku dan Yuda miliki ayah yang sama dengan ibu yang berbeda. Semenjak itu aku tinggal bersama Yuda, tapi entah mengapa Ayah lebih perhatian padaku, semua ayah lakukan untuk aku. Seolah Yuda dan ibunya tidak

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 139

    Wajah Yuda yang meradang tidak tinggal diam. Hati yang sakit dengan dendam yang menguasai membuat pemuda itu menjadi lepas kendali. Yuda melompati meja, menjatuhkan tinjauan tepat pada hidung Angga.Bruk!Tubuh Angga hampir terjatuh, beruntungnya ada Zaki yang menopang tubuh pemuda tampan itu. Meskipun hidungnya tetap saja terasa sakit sekali."Hay ... Apa yang kamu lakukan!" sentak seorang lelaki.Petugas penjaga segera menghampiri Yuda. Ia menarik tubuh lelaki itu menjauh dari Angga.Satu tangan Angga memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah segar. Wajahnya meringis menahan sakit. Sementara Yuda, netranya memicing pada Angga dengan dada bergerak naik turun."Angga, kamu nggak apa-apa, kan?" sergah Zaki panik.Beberapa saat Angga tidak menjawab. Hidungnya terasa sangat pedih sekali. "Aku baik-baik saja!" lirih Angga menatap pada telap

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 138

    "Zak, ada apa?" seloroh Dimas membuat Zaki tergeragap."Tidak!" balas Zaki mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Suara yang tidak asing itu masih terus mendengung dalam indera pendengarannya."Kamu mencari apa, Zaki?" ucap Dimas menatap aneh pada sikap Zaki yang ada di belakang punggungnya.Zaki nampak gelisah. "Tidak, aku tidak sedang mencari apapun. Mungkin aku tadi hanya salah dengar saja!" imbuh Zaki menarik sebelah sudut bibirnya. "Ayo masuk!" ajak Zaki melingkarkan tangannya pada bahu Dimas masuk ke dalam ruangan Angga.____Jangan pernah menanyakan sinar matahari di lereng Semeru. Sekalipun ia menampakkan cahayanya, ia tidak akan pernah membuatmu terasa panas. Justru yang ada ia akan memberi kehangatan dalam dinginnya udara yang membekukan. Semejak semalam, gerimis masih turun seperti biasa, soalnya hujan tidak memiliki jeda di daerah pegunungan itu. Beberapa kali Dimas berjalan monda

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 137

    Zaki beranjak bangun karena terkejut, sesaat lelaki yang mengenakan topeng itupun juga menatap ke arahnya. Dengan gerakan cepat lelaki yang mengenakan topeng itu berhambur lari menuju ke arah pintu."Angga!" teriak Dimas terkejut melihat Angga tengah sekarat bersimbah dengan darah.Zaki bingung, hendak menyelamatkan Angga atau menangkap lelaki bertopeng itu. Zaki memutuskan untuk mengejar lelaki yang mengenakan topeng itu hingga menuju pintu keluar rumah Pak Samsul.Lengan kekar Zaki menyambar jaket kupluk yang lelaki itu kenakan. Tubuh lelaki terpelanting dan terjatuh."Ough!" Suara lelaki yang mengenakan topeng itu mengaduh kesakitan, karena benturan yang cukup keras.Zaki segera mengambil kesempatan untuk menangkap tubuh lelaki itu. Sayangnya lelaki itu menendang tubuh Zaki hingga terjatuh. Saat Zaki hendak melakukan penyerang padanya. Tubuh Zaki tersungkur dengan wajah mering

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 136

    "Hey, tunggu!" teriak Angga dari ambang jendela.Menyadari jika Angga dan Zaki melihat kehadirannya. Lelaki yang bersembunyi di balik pohon pisang itu segera berlari masuk ke dalam kebun pisang."Tunggu!" teriak Zaki terus mempercepat langkah kakinya mengejar lelaki yang mengenakan jaket hitam dan berlari sangat cepat sekali.Mantan jawara beladiri itu tidak kesulitan untuk menangkap lelaki yang mengintai rumah Pak Samsul. Satu tangannya menyambar jaket yang lelaki itu kenakan hingga terjatuh. Secepatnya Zaki, mengunci tubuh lelaki itu, dengan kaki yang menindih pada bagian perut dan tangan yang mencengkeram kuat pada kedua pergelangan tangan lelaki tersebut."Ampun Mas, ampun!" lirih lelaki itu dengan wajah ketakutan."Apa?" Seketika Zaki terkesiap. Melihat sosok lelaki yang berada di bawah tubuhnya bukanlah Yuda. Sahabat yang ia kira sedang mengintai rumah Pak Samsul.&n

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 135

    Lelaki yang mengenakan topeng itu terus menyerang Dimas. Dimas tidak bisa berkutik, karena lelaki itu menindih tubuh Dimas dari belakang punggungnya."Le-lepaskan!" lirih Dimas, satu tangannya hendak meraih penutup topeng yang lelaki itu kenakan.Plak!Lelaki yang menindih tubuh Dimas itu memberikan tamparan tepat pada pipi Dimas. Seketika wajah Dimas pun berpaling hingga kacamata yang ia kenakan pun terlepas. Saat itu juga meramunlah penglihatan Dimas. Ia tidak bisa lagi melihat siapa yang sudah menyerangnya, apalagi gelap malam semakin membuatnya hampir seperti orang buta.Dimas semakin panik, ia tahu lelaki itu bisa leluasa menyakitinya karena kini dirinya hampir tidak dapat melihat sama sekali."Tolong!" teriak Dimas memberontak. Sayangnya tenaga lelaki itu jauh lebih kuat. Beberapa kali lelaki itu menjatuhkan tinjuan pada Dimas."Hentikan!"&n

DMCA.com Protection Status