"Apa?"Moreno tidak peduli dengan reaksi Mitha yang merasa keberatan dengan apa yang diucapkannya tadi. Pemuda itu membaringkan tubuhnya di samping Mitha yang spontan menggeser posisinya lebih ke tepi tempat tidur, bahkan satu kakinya sudah turun dari tempat tidur namun hal itu disadari oleh Moreno hingga pria itu lagi-lagi mengancam Mitha jika perempuan tersebut nekat turun dari tempat tidur apalagi keluar dari kamar, Moreno tidak akan segan untuk menambah hukuman.Terpaksa, karena sudah lelah berdebat, Mitha patuh dengan apa yang diucapkan oleh Moreno. Ia tidak melakukan pergerakan apa-apa, sampai akhirnya, rasa lelah membuat ia tidak bisa menahan diri untuk memejamkan mata meskipun Mitha bertekad tidak mau terlelap karena ia berniat ketika nanti Moreno sudah tidur, ia akan menyelinap pergi dari kamar.Sampai beberapa menit kemudian, Moreno yang tidak tidur justru membuat Mitha kelelahan menunggu hingga akhirnya perempuan itu yang tertidur lebih dulu.Menyadari Mitha tertidur, Mor
"Lu sama Maira ngomong apaan pas gue di kamar? Sampe muka dan pertanyaan kalian ke gue itu sama? Sekongkol lu sekarang sama dia?"Kali ini, Moreno bertanya dengan wajah yang terlihat serius. "Maaf sebelumnya, Tuan, jika saya sedikit lancang, saya hanya ingin tahu hal yang sebenarnya agar saya tidak salah membuat keputusan.""Keputusan apa yang akan lu buat sampe lu macam ini sama gue? Soal perusahaan? Entar juga si Salim itu bisa gue gulung kok!""Bukan soal itu, Tuan. Saya yakin kalau soal itu, Tuan lebih paham dan sudah mengerti untuk apa yang Tuan harus lakukan.""Terus?""Apakah, pernikahan Tuan dengan Nona Mitha itu hanya pernikahan kontrak?"Pertanyaan yang diajukan oleh Danu meskipun dengan suara yang perlahan, cukup membuat Moreno menekap mulut asisten ayahnya itu dengan cepat, dan dari reaksi Moreno yang demikian saja, Danu sudah tahu jawabannya dan pria itu mengelus dada. "Lu tau dari Maira?""Maaf, Tuan....""Danu, apapun yang gue lakukan, gue tau resikonya, tapi gue jug
Mendengar pernyataan suka yang diucapkan oleh Maira, Moreno hanya tertawa. Namun, tawa Moreno tidak membuat ekspresi wajah Maira berubah. Wajah itu tetap terlihat serius seperti tadi, hingga Moreno urung untuk melontarkan kata cemoohan.Raut wajah Moreno berubah serius, ia menatap lurus ke arah mata Maira yang saat itu juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya.Sial! Kenapa dia benar-benar suka sama gue? Padahal dia juga pernah bilang macam ini sama gue, tapi, yang sekarang mukanya itu lebih sungguhan daripada yang sebelumnya....Hati Moreno bicara, dan pemuda itu menarik napas. "Gue kan udah bilang jangan pake perasaan karena enggak ada yang bisa lu harapkan dari gue, lu juga pernah bilang sama gue, gue bukan tipe pria idaman lu, pria idaman lu itu macam Dafa, jadi-"Ucapan Moreno terputus ketika tiba-tiba saja satu tangan Maira menarik tengkuk Moreno dan dalam sekejap bibirnya menyentuh permukaan bibir Moreno lalu tanpa menunggu lama, Maira melakukan ciuman yang sesung
"Maaf, Kakek tidak bisa mewujudkan keinginan kamu itu, Nak, karena akan fatal akibatnya jika Marvel tahu dan pastinya rencana untuk membuat dia pulih dengan cepat juga tidak akan pernah terwujud."Mitha menarik napas kecewa ketika mendengar kakek Moreno bicara demikian menanggapi saran yang diucapkannya tadi. Meskipun seperti itu, Mitha berusaha untuk maklum, karena kakek Moreno tidak pernah sembarangan jika sudah berbicara itu sebabnya ia jadinya tidak membantah walaupun ingin melakukannya."Nak, sabar ya. Ini bukan masalah yang sepele, ini menyangkut nyawa Marvel, Moreno sangat baru untuk menjadi pemimpin, tolong biarkan dia terbiasa dulu baru kemudian pelan-pelan Kakek akan membantumu untuk lepas dari semua ini."Suara Kakek Moreno membuyarkan lamunan Mitha."Tapi, kekhawatiran Kakek itu juga sama dengan apa yang aku khawatirkan.""Artinya, kamu tahu, Moreno masih mencintai kamu?"Mitha mengalihkan pandangannya ke arah lain saat kakek Moreno bertanya seperti itu."Dari wajahmu, Kak
"Eh, siapa bilang?""Ayolah, Kak! Mungkin bagi Kakak aku ini kurang pengalaman untuk masalah seperti itu, tapi aku tahu seseorang yang suka dengan lawan jenisnya, Kakak itu suka sama Moreno, kan? Katakan, apa Moreno menolak Kakak sampai Kakak seperti ini?"Maira memalingkan wajahnya, tidak mau membalas tatapan mata sang adik yang tajam seolah ingin menengok isi hatinya."Aku enggak suka cowok muda kaya Moreno, kamu enggak usah sembarangan menyimpulkan, aku enggak suka! Moreno itu bukan tipe idaman aku, berapa kali aku udah bilang ke kamu soal ini! Mulai sekarang, enggak usah berinteraksi dengan dia!"Setelah bicara seperti itu, Maira melangkah meninggalkan Adam karena tidak mau Adam tahu apa yang bergejolak di hatinya setiap kali membicarakan Moreno.Maira mengukuhkan diri, ia pasti bisa memusnahkan perasaan itu secepatnya untuk Moreno. Adam hanya geleng-geleng kepala mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak. Ia tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh sang kakak, hingga akh
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, Pak Salim benar-benar tidak bisa menahan emosinya, pria itu hanya bisa mengepalkan telapak tangannya lalu ia berbalik dan langsung meninggalkan Moreno yang hanya bisa tersenyum penuh arti, juga tidak menahan Pak Salim yang pergi tanpa menanggapi apa yang diucapkan oleh Moreno tadi padanya.Beberapa saat kemudian, Danu masuk ke ruang kerja Moreno, lalu langsung menghampiri majikannya itu segera."Dia mendapatkan dana bantuan dari perusahaan Dafa, mantan tunangan Maira."Tanpa ditanya, Moreno langsung mengucapkan kata-kata itu pada Danu sembari menunjukkan amplop coklat berisi uang yang tadi diserahkan Pak Salim padanya."Ini di luar dugaan, karena perusahaan milik Pak Dafa itu terjerat utang pula dengan perusahaan lain, rasanya mustahil Pak Dafa bisa meminjamkan dana sebesar itu pada Pak Salim, Tuan.""Gue juga berpikir begitu, tapi kita biarkan aja dulu, kita liat, apakah mereka memang bisa mengatasi masalah itu tanpa menimbulkan masalah baru,
"Iya, itu yang saya maksud, Pak.""Keluarlah!"Rani terkejut ketika Moreno justru memintanya untuk keluar setelah mendengar apa yang diucapkannya. Alih-alih memuji, menanggapi dengan sangat antusias saja tidak, ini membuat Rani jadi kesal. "Bagaimana dengan tanggapan Bapak?" kata Rani memancing siapa tahu, Moreno hanya terlalu shock sampai tidak bisa berpikir ke arah sana.Pegangan tangan Rani pada lengan Moreno dihempaskan Moreno begitu saja lalu pemuda itu bangkit berdiri sehingga Rani juga melakukan hal yang sama. Pergerakan Rani yang terburu-buru membuat bagian dada perempuan itu menyembul dari balik kemejanya yang kancingnya terbuka sampai bawah dan itu terlihat oleh Moreno hingga kening Moreno berkerut. "Aku sudah pernah bilang, pakai pakaian yang sopan saat di kantor, kenapa kau selalu memakai pakaian seksi seperti tidak punya baju? Kau tidak punya baju yang lebih sopan?"Perkataan pedas Moreno tentang pakaiannya membuat senyum menggoda di bibir Rani musnah seketika."Tapi,
Rani masih berusaha untuk membuat Moreno terpancing dengan apa yang ingin ia katakan. Tetapi, Moreno sudah terlanjur kesal hingga...."Karena kau sudah membuat aku kesal, sudah bersikap tidak sopan pada atasan, aku tidak perlu lagi mempekerjakan kamu di sini, Rani, silahkan pergi dari kantor ini jika tidak mau apa yang kamu lakukan tadi padaku aku laporkan atas tindakan pelecehan!"Wajah Rani memucat ketika mendengar Moreno memecatnya seperti itu, segera ia mendekati Moreno untuk meminta pemuda itu menarik kembali ucapannya, namun, Moreno mencegah dengan lantang bahwa ia tidak ingin disentuh oleh Rani sedikitpun!"Pak, maafkan saya, tolong jangan pecat saya, saya tidak akan mengulangi kesalahan saya, Pak. Tolong, maafkan saya!"Rani memohon sampai ia bersimpuh di lantai tepat di hadapan Moreno, tapi Moreno yang pantang menarik kembali ucapannya tetap tidak mau menerima permintaan maaf dari Rani hingga ia terus saja meminta Rani untuk segera pergi meskipun Rani mengatakan, informasiny