Setelah bicara demikian pada Miko, Moreno kembali merunduk tapi lagi-lagi, Miko berteriak untuk mencegah Moreno melakukan hal itu pada Mitha hingga gerakan Moreno kembali terhenti. "Lu berisik banget, sih? Emangnya lu bisa melakukan apa agar dia bisa siuman?" tanya Moreno dengan wajah yang galak. Miko tidak merespon pertanyaan Moreno, tapi ia berusaha untuk memegang puncak kepala sang adik kembar hingga beberapa saat kemudian, kedua mata Mitha terbuka lalu wajah Moreno yang pertama kali dilihatnya dan ia kembali berusaha untuk bergerak agar bisa menjauh dari pemuda itu tapi Moreno buru-buru mencegah karena tidak mau itu dilakukan oleh Mitha."Tetap di situ, tidak perlu turun dari tempat tidur, kondisimu lemah!" katanya berulang kali sambil beringsut mundur agar Mitha tidak lagi merasa panik.Perkataan Moreno tidak digubris oleh Mitha, perempuan itu terlanjur shock dengan apa yang sudah dilakukan Moreno hingga melihat pemuda itu saja ia berusaha untuk menjauh. Melihat sang adik suli
"Tapi, dia cukup bisa dipercaya, Mik, meskipun aku juga pernah berpikir kayak kamu, tapi kurasa sampai sekarang dia masih bisa untuk dipercaya.""Itu ketika kamu dan dia berhubungan, kan? Apakah kamu masih percaya dia tidak berubah setelah semua yang sudah terjadi? Ingat, dia tidak pernah ikhlas dengan keputusan kamu yang meninggalkan dia."Miko mencoba untuk mengingatkan, sambil memperhatikan Moreno yang terlihat seperti tertidur di tempatnya. Namun, mereka tidak tahu bahwa sebenarnya Moreno tidak tidur hanya sedikit lelah hingga ia memilih untuk diam saja karena khawatir Mitha kembali sulit dikendalikan seperti tadi."Aku akan segera meminta dia untuk mengakhiri semuanya setelah kondisi ayahnya membaik.""Jika tidak?""Jangan kayak gitu, doain yang baik-baik, Pak Marvel itu baik, aku ingin beliau benar-benar sembuh, Miko.""Aku tahu, tapi situasinya justru membuat kamu terjebak sama Moreno, bagaimana kamu bisa menikmati hidup kamu dengan keluarga kecil kamu kalau ternyata penyakit a
"Apa?"Moreno tidak peduli dengan reaksi Mitha yang merasa keberatan dengan apa yang diucapkannya tadi. Pemuda itu membaringkan tubuhnya di samping Mitha yang spontan menggeser posisinya lebih ke tepi tempat tidur, bahkan satu kakinya sudah turun dari tempat tidur namun hal itu disadari oleh Moreno hingga pria itu lagi-lagi mengancam Mitha jika perempuan tersebut nekat turun dari tempat tidur apalagi keluar dari kamar, Moreno tidak akan segan untuk menambah hukuman.Terpaksa, karena sudah lelah berdebat, Mitha patuh dengan apa yang diucapkan oleh Moreno. Ia tidak melakukan pergerakan apa-apa, sampai akhirnya, rasa lelah membuat ia tidak bisa menahan diri untuk memejamkan mata meskipun Mitha bertekad tidak mau terlelap karena ia berniat ketika nanti Moreno sudah tidur, ia akan menyelinap pergi dari kamar.Sampai beberapa menit kemudian, Moreno yang tidak tidur justru membuat Mitha kelelahan menunggu hingga akhirnya perempuan itu yang tertidur lebih dulu.Menyadari Mitha tertidur, Mor
"Lu sama Maira ngomong apaan pas gue di kamar? Sampe muka dan pertanyaan kalian ke gue itu sama? Sekongkol lu sekarang sama dia?"Kali ini, Moreno bertanya dengan wajah yang terlihat serius. "Maaf sebelumnya, Tuan, jika saya sedikit lancang, saya hanya ingin tahu hal yang sebenarnya agar saya tidak salah membuat keputusan.""Keputusan apa yang akan lu buat sampe lu macam ini sama gue? Soal perusahaan? Entar juga si Salim itu bisa gue gulung kok!""Bukan soal itu, Tuan. Saya yakin kalau soal itu, Tuan lebih paham dan sudah mengerti untuk apa yang Tuan harus lakukan.""Terus?""Apakah, pernikahan Tuan dengan Nona Mitha itu hanya pernikahan kontrak?"Pertanyaan yang diajukan oleh Danu meskipun dengan suara yang perlahan, cukup membuat Moreno menekap mulut asisten ayahnya itu dengan cepat, dan dari reaksi Moreno yang demikian saja, Danu sudah tahu jawabannya dan pria itu mengelus dada. "Lu tau dari Maira?""Maaf, Tuan....""Danu, apapun yang gue lakukan, gue tau resikonya, tapi gue jug
Mendengar pernyataan suka yang diucapkan oleh Maira, Moreno hanya tertawa. Namun, tawa Moreno tidak membuat ekspresi wajah Maira berubah. Wajah itu tetap terlihat serius seperti tadi, hingga Moreno urung untuk melontarkan kata cemoohan.Raut wajah Moreno berubah serius, ia menatap lurus ke arah mata Maira yang saat itu juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya.Sial! Kenapa dia benar-benar suka sama gue? Padahal dia juga pernah bilang macam ini sama gue, tapi, yang sekarang mukanya itu lebih sungguhan daripada yang sebelumnya....Hati Moreno bicara, dan pemuda itu menarik napas. "Gue kan udah bilang jangan pake perasaan karena enggak ada yang bisa lu harapkan dari gue, lu juga pernah bilang sama gue, gue bukan tipe pria idaman lu, pria idaman lu itu macam Dafa, jadi-"Ucapan Moreno terputus ketika tiba-tiba saja satu tangan Maira menarik tengkuk Moreno dan dalam sekejap bibirnya menyentuh permukaan bibir Moreno lalu tanpa menunggu lama, Maira melakukan ciuman yang sesung
"Maaf, Kakek tidak bisa mewujudkan keinginan kamu itu, Nak, karena akan fatal akibatnya jika Marvel tahu dan pastinya rencana untuk membuat dia pulih dengan cepat juga tidak akan pernah terwujud."Mitha menarik napas kecewa ketika mendengar kakek Moreno bicara demikian menanggapi saran yang diucapkannya tadi. Meskipun seperti itu, Mitha berusaha untuk maklum, karena kakek Moreno tidak pernah sembarangan jika sudah berbicara itu sebabnya ia jadinya tidak membantah walaupun ingin melakukannya."Nak, sabar ya. Ini bukan masalah yang sepele, ini menyangkut nyawa Marvel, Moreno sangat baru untuk menjadi pemimpin, tolong biarkan dia terbiasa dulu baru kemudian pelan-pelan Kakek akan membantumu untuk lepas dari semua ini."Suara Kakek Moreno membuyarkan lamunan Mitha."Tapi, kekhawatiran Kakek itu juga sama dengan apa yang aku khawatirkan.""Artinya, kamu tahu, Moreno masih mencintai kamu?"Mitha mengalihkan pandangannya ke arah lain saat kakek Moreno bertanya seperti itu."Dari wajahmu, Kak
"Eh, siapa bilang?""Ayolah, Kak! Mungkin bagi Kakak aku ini kurang pengalaman untuk masalah seperti itu, tapi aku tahu seseorang yang suka dengan lawan jenisnya, Kakak itu suka sama Moreno, kan? Katakan, apa Moreno menolak Kakak sampai Kakak seperti ini?"Maira memalingkan wajahnya, tidak mau membalas tatapan mata sang adik yang tajam seolah ingin menengok isi hatinya."Aku enggak suka cowok muda kaya Moreno, kamu enggak usah sembarangan menyimpulkan, aku enggak suka! Moreno itu bukan tipe idaman aku, berapa kali aku udah bilang ke kamu soal ini! Mulai sekarang, enggak usah berinteraksi dengan dia!"Setelah bicara seperti itu, Maira melangkah meninggalkan Adam karena tidak mau Adam tahu apa yang bergejolak di hatinya setiap kali membicarakan Moreno.Maira mengukuhkan diri, ia pasti bisa memusnahkan perasaan itu secepatnya untuk Moreno. Adam hanya geleng-geleng kepala mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak. Ia tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh sang kakak, hingga akh
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, Pak Salim benar-benar tidak bisa menahan emosinya, pria itu hanya bisa mengepalkan telapak tangannya lalu ia berbalik dan langsung meninggalkan Moreno yang hanya bisa tersenyum penuh arti, juga tidak menahan Pak Salim yang pergi tanpa menanggapi apa yang diucapkan oleh Moreno tadi padanya.Beberapa saat kemudian, Danu masuk ke ruang kerja Moreno, lalu langsung menghampiri majikannya itu segera."Dia mendapatkan dana bantuan dari perusahaan Dafa, mantan tunangan Maira."Tanpa ditanya, Moreno langsung mengucapkan kata-kata itu pada Danu sembari menunjukkan amplop coklat berisi uang yang tadi diserahkan Pak Salim padanya."Ini di luar dugaan, karena perusahaan milik Pak Dafa itu terjerat utang pula dengan perusahaan lain, rasanya mustahil Pak Dafa bisa meminjamkan dana sebesar itu pada Pak Salim, Tuan.""Gue juga berpikir begitu, tapi kita biarkan aja dulu, kita liat, apakah mereka memang bisa mengatasi masalah itu tanpa menimbulkan masalah baru,