Share

Bab 3

Author: Fafacho
last update Last Updated: 2022-06-10 14:00:53

Reynold Gilgan dan Raditya Gilgan datang kerumah keluarga Hermantyo, Radtya membawa sebuket bunga mawar yang cukup besar. Dia tampak tersenyum sembari mencium aroma dari bunga tersebut.

“Kau serius ingin melamar anak dari Hermantyo, kau tidak salah ingin menikah dengan pemilik perusahaan yang baru berkembang” Reynold menanyai anaknya saat mereka berdua sudah berada di luar mobil.

“tidak ada yang salah dengan perusahaan berkembang, kalau aku sudah bilang menyukai anaknya maka aku akan lakukan. Dan tidak ada alasan nantinya mereka menolakku sebagai suami anak mereka” Radit berkata dnegan begitu yakin,

Reynold tentu saja tidak bisa apa-apa, kalau Radit sudah mengambil keuptusan maka ia mau tak mau harus menurutinya. Sebenarnya ia tak begitu setuju dengan keinginan Radit, mau bagaimana lagi pria itu anak tunggalnya.

“Papa ajukan kerjasama dengan mereka tawarkan kemauan mereka apa, sampai mereka melepas anaknya untukku” pinta Radit pada sang Papa.

“Maksudmu Papa menjebak mereka dengan kerjasama agar tidak menolakmu begitu, Radit sadarlah. Lebih baik wanita pilihan Papa daripada wanita pilahanmu” tukas Reynold berat hati.

Radit yang mendengar itu langsung menatap tajam papanya yang, juga menantapnya.

“Papa keberatan? Kalau keberatan ya sudah jalankan saja sendiri bisnismu. Aku tidak akan melakukan semua pekerjaanmu dan lihat apa yang akan dilakukan paman pada perusahaan kita nanti” Radit mengeluarkan kata-kata ancamannya pada sang Papa, membuat Reynold mati kutu. Tentu saja dia tak ingin perusahaan keluarga milik ayahnya jatuh ketangan adiknya dan anak-anak dari adiknya.

“Kau memang sama saja dengan Pamanmu yang suka mengancam, kenapa kau jadi anakku bukan jadi anaknya” cibir Reynold.

“tanyakan saja pada tuhan, ayo pa” Radit langsung melenggang pergi mengajak papanya untuk berjalan kearah perkarangan sebuah rumah berlantai dua.

......................................................

“Maksud kedatangan saya kemari, saya ingin melamar putri anda untuk anak saya. Dengan tawaran kerjasama dengan perusahan milik kita, kau pasti tahu saya siapa dan anak saya siapa?” Reynold langsung menuturkan maksud kedatangannya saat mereka sudah di persilahkan masuk dan disambut oleh sepasang suami istri pemilik rumah.

“Tentu, tentu kita tahu siapa kalian berdua tuan. Ta..tapi apa anda serius ingin melamar anak saya. Anak saya yang mana ya, saya punya dua putri dirumah ini” Herman tampak sedikit terkejut dan dia tergagap untuk menjawab putri mana yang dimaksud Reynold barusan.

“Widya, saya ingin melamar Widya” sahut Radit

“Wi..Widya” gugup istri dari Hermantyo, mereka berdua saling lihat satu sama lain.

“Iya, saya ingin melamar Widya. Bisa minta dia keluar sebentar, saya ingin bicara dengannya” ucap Radit.

“Di..dia sedang keluar dengan temannya,” jawab istri Herman langsung. Herman yang mendengar itu terlihat sedikit terkejut mendengar istrinya berbicara begitu.

“Oh, Intinya saya ingin melamar putri anda. Dan katakan padanya, beberapa hari lagi saya langsung menikahinya” tukas Radit dengan keputusannya sendiri.

“Radit,.”tegur Reynold pada anaknya yang terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan.

“Baiklah akan kami sampaikan pada Widya, dia pasti mau menikah denganmu. Tadi anda bilang teman sekolahnya dulu kan?” ucap istri Hermantyo yang tak menolak sama sekali.

“Ya”

“Saya rasa pembicaraan ini sudah selesai, ayo Radit kita pulang” reynolad langsung menyudahi pembicaraan mereka begitu saja. Dia merasa tak setuju dengan keputusan Radit yang terlalu terburu-buru.

“Ke..kenapa terburu-buru tuan, ba..bagaimana tentang kerja sama kita. Itu belum kita bahas” ucap Herman yang tak mengerti kenapa tamunya terburu-buru pergi.

“Kita bicarakan lain waktu, Radit apa kau tidak dengan apa yang papa katakan. Ayo pulang” tegas Reynold, dia langsung berdiri lebih dulu tanpa tersenyum dan langsung keluar membuat sang tuan rumah kebingungan sendiri.

“Kalau begitu saya permisi, tolong maklumi sifat Papa saya. Tolong berikan bunga ini untuk Widya” ucap Radit memberikan buket bunga besar tersebut pada Herman.

“Terimakasih, nanti akan kami sampaikan pada Widya” ucap herman.

Radit langsung berjalan keluar dengan diantarkan kedua orang tersebut, sedangkan Reynold sudah masuk kedalam mobil. Pengawal pribadinya sudah membukakan pintu untuknya.

“Ini rejeki nomplok pa, rejeki nomplok. Mimpi apa keluarga kita mau menjadi besan keluarga konglomerat” girang Halima.

“rejeki nomplok apa ma, ini bukan rejeki nomplok tapi musibah ma” tukas Herman yang gelisah sendiri.

“Musibah darimana pa, ini jeas rejeki nomplok, kalau Widya mau menikah dengan putra semata wayang tuan Reynold. Kita benar-benar kaya pa, Papa tidak dengar tadi mereka menawarkan kerja sama pada kita. Ini bagus untuk perusahan tekstil kita pa” ucap Halima menggebu-gebu.

“Nah itu masalahnya ma, ia kalau Widya mau kalau tidak. Kita bisa hancur ma. Tahu sendiri mereka anti penolakan”

“Papa tenang saja, Widya pasti mau. apalagi dia teman sekolah Widya dulu kan, Mama nanti akan menelponnya, Mama bakal bilang padanya soal ini” ucap Halima tanpa rasa cemas sama sekali, dia malah girang sendiri. berbeda dengan Herman yang masih terus saja gelisah. Karena pikirannya begitu buruk, dia tahu anaknya Widya seperti apa. perempuan itu ingin berkarir di luar negeri dan mengejar keinginannya terutama kuliahnya.

“Sudahlah pa, tidak usah gelisah begitu. Ayo masuk, mama mau menelpon Widya. Lebih baik papa cari Wulan daripada gelisah mikirin hal begini”

“Wulan? Memang Wulan kemana?”

“entahlah, mama tidak tahu dia kemana. Dari subuh sudah tidak ada di kamarnya”

“Apa? dari subuh. Kenapa mama tidak bilang?”

“Papa tidak tanya, sudahlah ayo masuk” Halima malah melenggang pergi, sedangkan Herman semakin gelisah bukan karena lamaran mendadak ini tetapi soal Wulan yang dari subuh tak ada dirumah. kemana kira-kira perginya anak keduanya. Anak itu tengah rapuh dan tak punya penopang saat ini.

“Tuhan, jaga selalu putriku Wulan, lindungi dia” harap Herman, dia takut kalau Wulan kenapa-kenapa atau bahkan melakukan hal nekat. “Wira kenapa dua hari ini juga tidak pulang kerumah, apa dia tahu kondisi kakaknya yang seperti ini” gumam Herman,

Herman langsung mengambil ponselnya di dalam saku celana, hendak menelpon sang putra yang sudah dua hari tak pulang dengan alasan menginap dirumah temannya karena libur sekolah.

Wira Hermantyo, putra bungsu Hermantyo yang masih duduk di kelas tiga sekolah menengah atas. Dia tengah libur sekolah sehabis ujian, membuatnya leluasa menginap dirumah temannya.

Baru saja Herman akan menghubungi Wira, remaja itu baru saja turun dari sebuah mobil yang mengantarnya saat ini.

“Kenapa Papa ada didepan rumah?” tanya remaja itu pada sang papa.

“Kau darimana, dua hari tidak pulang kerumah?” Herman malah balik bertanya pada anaknya.

“Kan aku sudah bilang, aku menginap dirumah teman pa” jawab remaja itu santai tanpa rasa takut.

“Wira, Wira, kau tidak pulang apa kau tahu kondisi kakakmu hah”

“Kakakku yang mana, kakakku ada dua?”

“Kakakmu Wulan”

“Kak Wulan kenapa?” tanya Wira wajahnya berubah serius. “mama melakukan apalagi padanya, mengambil darahnya paksa?” tukas Wira dengan sorot mata tajam dan tangannya yang mengepal.

“Bukan,”

“Lalu, eh sepertinya memang bukan karena itu. kalau darahnya diambil paksa pasti dia tidak akan sesehat tadi sampai memarahiku di Cafe” ucap Wira yang teringat soal kakaknya yang memukulnya tadi saat mereka bertemu secara tak sengaja di sebuah Cafe.

“Cafe? Kalian bertemu di Cafe?”

“Ya, tidak sengaja saja aku bertemu dengannya. dia bekerja di Cafe itu” jawab Wira.

“Kakakmu bekerja?” Herman semakin terkejut mendengar hal tersebut. Ia tak tahu jika putrinya bekerja di Cafe.

“hemm, sudahlah pa. Aku mau masuk dulu, aku ingin mandi dan istirahat” Wira langsung melenggang pergi meninggalkan Papanya yang Seperti masih ingin berbicara. Alasan Wira pergi lebih dulu tentu saja ingin menghindari pertanyaan Papanya soal kakaknya. ia tadi keceplosan berbicara, padahal ini rahasia dirinya dan kakaknya Wulan.

°°°

T.B.C

Related chapters

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 4

    “Kau memang gila Radit, Papa tidak habis pikir dengan jalan pikiranmu. Batalkan rencana pernikahanmu Dengan perempuan itu” tegas Reynold sambil melempar jasnya di sofa menatap anaknya penuh amarah.“Aku tidak perduli papa mengatakan diriku gila atau apa, intinya aku ingin menikah dengan Widya. Dia pacarku dulu pa” tukas Radit tetap pada pendiriannya sendiri.“Kau,..”Reynold tampak emosi tangannya terangkat didepan mata Radit.“Ini apa-apaan sih kalian, siang-siang begini bertengkar” sela seorang perempuan paruh baya dengan gaun sedikit anggun dengan rambut yang digelung.“Anak kamu, mulai bertingkah seenaknya sendiri” tukas Reynold.“Radit apa yang kamu lakukan sampai membuat Papamu marah begitu?” tanya Fiola.“Aku tidak melakukan apa-apa ma. Apa aku salah ingin menikahi pacarku yang dulu” terang Radit pada mamanya, dia berjalan mendekati sang mama bermaksud meminta pembelaan.“Jelas salah, kau gila dia bukan pacarmu tap

    Last Updated : 2022-06-11
  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 5

    Brakk,Bantingan pintu terdengar cukup keras, Wulan masuk kedalam kamarnya membanting pintung kamar tersebut dnegan cukup kuat. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan kegilaan kedua orang tuanya.“Wulan buka pintunya, Mama bilang buka pintunya” ucap Halima meminta putrinya untuk membukakan pintu kamar tersebut.“Wulan, buka pintunya ini Papa” ucap Herman yang datang menyusul istrinya yang tengah mengetuk pintu saat ini.“Tidak mau, kalian berdua sudah gila. Kenapa harus aku yang menanggunya” seru Wulan cukup keras dari dalam pintu. Pagi-pagi sudah membuatnya kesal saja, dia ingin sarapan dan berangkat kerja harus tegagalkan karena ucapan kedua orang tuanya yang cukup gila.“Wulan, tolong buka sebentar. Papa tahu kamu marah, tapi ini demi keluara kita Wulan” Herman berusaha membujuk sang anak untuk membukakan pintunya.“Wulan buka pintunya, mama ingin bicara sama kamu” lagi Halima memaksa sang anak untuk membukakan pintu kamar.

    Last Updated : 2022-06-11
  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 6

    Wira mengetuk-ngetuk kamar kakaknya, dia baru saja mendengar kabar dari kedua orang tuanya bahwa kakak keduanya itu besok akan menikah.“kakak, buka pintunya. Aku mau bicara denganmu” ucap pria itu sembari terus mengetuk pintu yang tak kunjung di bukakan.“Buka atau aku dobrak kak, kakak mau menikah tapi kenapa tiba-tiba dan tidak bilang padaku” Wira bersikeras tak menyerah memanggil dan berbicara pada kakaknya yang berada di dalam kamar.Pintu terbuka dengan perlahan, menampakkan wajah sembab Wulan yang menatap lelah adiknya itu.“Kamu mau bicara apa? kakak capek” lirih Wulan menatap sang adik dengan pintu yang tak terbuka cukup lebar.Wira membuka lebar pintu itu sehingga dia bisa masuk kedalam kaar sang kakak.“Kau kenapa? Mama melakukan apa padamu? Memaksamu menikah atau bagaimana?” pria muda itu langsung mencecar berbagai pertanyaan pada kakaknya.“Bukan urusanmu Wira, kamu bisa keluar sekarang. Kakak ingin sendiri, kakak harus menyiapkan diri untuk besok” ucap Wulan tak bertenag

    Last Updated : 2022-07-12
  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 7

    Radit menarik Wulan masuk kedalam kamarnya saat ini, dia mendorong cukup keras Wulan di ranjang kamar yang sudah dihias dengan begitu banyaknya bunga yang membentuk hati di kasur.Sehabis melempar Wulan ke ranjang radit langsung mengunci pintunya rpat-rapat agar orang lain tak mendengar dirinya yang tengah emosi.“Kau siapa, beraninya kau meniuku dnegan menjadi istriku ha” bentak Radit saat berdiri menatap marah Wulan yang terhampar di ranjang.Wulan tampak ketakutan melihat wajah merah penuh amrah tengan menatapnya saat ini. dia menangis sesegukan sembari takut-taku melihat pria didepannya.“JAWAB aku tidak butuh tangisanmu. Aku butuh jawabanmu” ucap Radit sambil mencengkram dagu Wulan.Wulan semakin ketaktan karena hal itu.“A..aku, aku Wulan a..adik kak Widya” dengan terbata Wulan berusaha menjawabnya.“Adik Widya,.” Wajah marah itu tampak mengernyit menatap tak percaya pada perempuan yang mengaku sebagai adik dari Widya.“Pembohong,..” Radit nampak tak percaya dan dia menghempas W

    Last Updated : 2022-07-19
  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 8

    Wulan terdiam sendirian didalam kamar, pria yang telah menjadi suaminya tak knjung juga kembali. Dia menjadi bingung sekarang, ia harus apa saat ini.“Apa yang harus aku lakukan sekarang, apa aku pergi saja dari sini” ucap Wulan yang sesekali berjalan kesana-kemari dnegan gelisah.“Tidak Wulan, tidak. Kalau kamu pergi dari sini. Bagaimana dengan orang tuamu, kamu juga sudah menjadi istri dari pria itu” batin Wulan menolakDitengah kebingungan dan kegelisahan Wulan, tiba-tiba ponselnya berbunyi membuat Wulan sedikit terjingkat kagte mendnegar dering ponsel itu.Dia langsung melihat kearah sumber suara tersebut, steah memastikan kalau itu bunyi ponselnya. Wulan langsung mengambil ponsel itu yang berada di nakas meja rias. Dia melihat nama yang tertera di layar ponsel tersebut, nama Wira yanga da disana. Kira-kira ada apa adiknya menlpon malam-malam begini, batin Wulan.“Lebih baik tidak usah aku angkat, jangan-jangan Wira ingin membahas soal diriku yang menikah” ucap Wulan sambil meneb

    Last Updated : 2022-07-19
  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 9

    Wulan berusaha keras untuk melawan Radit yang mulai mengelayari setiap inci tubuhnya, dia masih terkungkung dalam dekapan pria itu tangannya juga masih tercengram kuat tangan pria tersebut.“Lepaskan, aku mohon lepas kan aku” Wulan merintih sesekali saat radit menggigit lehernya bak vampir.“Argh, Sakit” rintih Wulan cukup keras menahan sakit dilehernya yang digigit cukup kuat oleh Radit.Radit langsung berhenti dan dia melepaskan tangan Wuan begitu saja melihat wajah perempuan tersebut yang ketakutan karena ulahnya barusan. Wajah yang telah di penuhi oleh air mata cukup deras, menatapnya takut-takut.“Itu pelajaran yang setimpal bagi penipu sepertimu” sini Radit dan langsung berjalan pergi kearah tempat tidur.Wulan langsung terperosok ke lantai, kakinya tak kuat menahan tubuhnya sendiri saat ini. ia amat sangat syok dengan hal barusan yang hampir merenggut kesuciannya.Radit duduk di tepi ranjang sambil menatap Wulan penuh kebencian, dia tak perduli de

    Last Updated : 2022-07-21
  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 10

    Wulan terbangun dari tidurnya, dengan rasa malas ia membuka matanya. Tebakan dikepalanya saat ini harinya ini akan dimulai dengan ketidak tenangan. Dan statusnya juga sudah berbeda saat ini menjadi istri dari pria yang tak ia inginkan sama sekali.Wulan perlahan mendudukkan di rinya di tempat tidur, dan dia langsung terdiam melihat kesana kemari. Ada yang berbeda dengan posisinya saat bangun. Semalam dia tertidur di depan pintu melihat pria yang menjadi suaminya berbaring di atas kasur. Lalu kenapa malah dia saat ini yang berada di kasur lalu kemana pria itu pergi.“jangan-jangan aku di..” wulan segera memeriksa dirinya sendiri menyibak selimut dan melihat tubuhnya yang masih tertutup pakaian pengantinya. Ia pikir dirinya sudah di apa-apakan oleh Radit.“Syukurlah, ternyata aku tidak diapa-apakan oleh pria itu.” ucap Wulan lega saat melihat diirnya yang tak sesuai bayangan buruknya barusan.Tok, Tok Terdengar ketukan pintu dari luar membuat Wulan melihat ke

    Last Updated : 2022-07-21
  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 11

    “Siapa suruh dia akan tidur di kamarku” ucap Radit algi dan erus-terusan menatap Wulan yang gelisah dengan tatapan penuh intimidasi dari pria didepannya.“Radit, bisa tidak untuk hari ini saja dirimu tidak membuat kepala Papa pusing” ucap Reynold dengan tegas dengan tatapan tak kalah tajam dari anaknya. Dia sudah jengah dengan Radit yang apa-apa seenaknya sendiri, gara-gara kelakuan senaknya sendiri itu masalah ini jadi ada.Radit berjalan turun dari tangga, dia sedikit mendorong Wulan agar minggir dari hadapnnya dan membuat Wulan hampir terjatuh dari tangga kalau saja Bi Narsih tidak sigap memegang lengan perempuan itu.“Astagfirullah den” ucap Bi narsih yang terkejut karena ulah anak majikanya itu.“Non Wulan tidak apa-apa?” tanya Bi Narsih khawatir pada Wulan.“Tidak apa-apa bi,” jawab Wulan lirih.“Radit Mama mohon jangan bersikap seperti itu” ucap Fiola yang sudah menghampiri sang anak yang akan berjalan ke sofa yang berada tidak jauh dari tangga.“Wulan, kau naik saja keatas. Bi

    Last Updated : 2022-08-01

Latest chapter

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 16

    Banyak yang tak mengira jika kehidupan seorang konglomerat itu tidak menyenangkan, banyak aturan yang harus dijalakan. Banyak larangan yang menyesakkan harus diturutu, kehidupan bak di penjara apa-apa dibatasi.Radit duduk merenung di kursi kerjanya, yang ada diruangannya tersebut. Dia saat ini berada di kantor, duduk di meja dengan jabatan Direktur tertulis jelas di atas mejanya itu.Benar Radit menjabat sebagai seorang direktur di perusahaan ayahnya, sedangkan CEO serta pemegang saham sepenuhnya ada di tangan ayahnya dan kakeknya.Pintu ruangan Radit terbuka, membuat pria itu mengalihkan pandangannya ke kearah pintu saat mendengar suara pintu yang terbuka tersebut. Pandangannya menatap datar pada pria yang masuk kedalam.Seorang pria tua, dengan tongkat di tangannya berjalan serta topi putih yang dikenakannya. Ia berjalan mendekat kearah Radit yang hanya diam melihat dirinya masuk.“Kakekmu datang tapi kau hanya diam saja begini, mana sopan santunmu?” tukas pria itu pada sang cucu.

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 15

    Wulan menaruh kantung es pada luka Radit, dia melakukan itu agar darah yang mengalir saat ini bisa membeku dan berhenti. Dia merasa aneh dengan darah itu yang terus mengalir padahal lukanya tidak terlalu besar.Radit hanya diam sambil sesekali melihat kearah Wulan yang telaten membersihkan lukanya hingga memplaster lukanya itu. dan dia langsung mengalihkan pandangannya saat Wulan sudah selesai.“kenapa darahmu tadi sulit untuk berhenti?” tanya Wulan yang entah mendapat keberanian darimana untuk bertanya seperti itu.“Sudah sana keluar, kau sudah selesai kan dengan sok jiwa pertolonganmu itu” cibir Radit dan berdiri dari duduknya.Wulan yang masih duduk melihat Radit yang langsung berdiri, dia juga ikut berdiri dari duduknya saat ini.“Ya sudah kalau begitu aku keluar dulu” pungkas Wulan dan akan pergi.“Apa yang terjadi padaku ini, jangan sampai kau bilang pada Mama” ancam Radit “Memang kenapa?” tanya Wulan penasaran.“Aku bilang jangan ya jangan, awas kalau Papa atau mamaku tahu soa

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 14

    Banyak alasan yang membuat Radit selama ini tampak diam, sedikit keras kepala dan egois terhadap orang lain. Dia sebenarnya pria yang baik yang tidak terlalu menyukai kekarasan. Dia hanya akan keras pada dan acuh pada seseorang jika orang tersebut membuat suasana hatinya buruk dan membuat dirinya terusik.Selama ini yang selalu mengusik hidupnya tentu saja kedua orang tuanya yang selalu tak akur dan saling menyalahkan satu sama lain. Dia bosan dengan itu, apalagi ia juga merasa kesepian tak ada teman di kala dirumah makanya ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu di luar rumah. Tapi setiap kalia ia ingin melakukan apa yang ingin ia lakukan untuk membebaskan diri selalu saja anak buah ayahnya membatasi setiap gerak-geringnya membuat dia sedikit berkutik dan selalu terkekang dalam dirinya.Radit sendiri saat ini duduk termenung di balkon kamarnya sambil meminum soda kaleng yang baru saja dia ambil dari dalam lemari es kecil yang berada di kamarnya itu.Dia mendongak menatap bintang-bi

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 13

    Radit menaikkan Wulan ke atas dengan perlahan, perempuan itu sudah terbatuk-batu di pinggir kolam renang. Radit juga ikut naik saat Wulan sudah berada di atas.“kau begitu saja tenggelam, perempuan bodoh memang” maki Radit didepan wajah Wulan yang tengah batuk-batuk.Wulan yang terus batuk karena habis tenggelam barusan hanya melihat Radit yang duduk diepannya sambil menatap dan memaki diirnya.Radit setelah memaki Wulan langsung berdiri dari duduknya, dan dia mengambil handuk yang ia lempar tadi saat masuk ke kolam renang. Setelah megambil itu radit langsung melemparkannya pada Wulan.“Pakai itu, nanti kau sakit aku yang ribet” pungkas Radit pada Wulan yang masih duduk.“Kau jika bersikap begini denganku, tolong ceraikan aku” ucap Wulan sambil masih terbatuk dia berusaha untuk bicara dengan Radit. Radit yang tadinya akan berjalan, langsung berhenti dan mendekati Wulan lagi. Di berjongkok didepan perempuan itu menatapnya sini,“Kau pikir itu bukan mauku, orang tuaku yang melarang unt

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 12

    Wulan keluar dari kamarnya saat ini, dia sedari apgi hanya di kamar rasanya tak enak hingga sore begini dia masih tetap saja di dalam kamarnya. Meskipun dia tak menerima pernikahan ini tapi rasanya tidak baik juga dia bertindak begini dirumah orang.Baru saja dia membuka pintu, pintu kamar yang berada di sebelah kamarnya juga ikut terbuka. Mata mereka berdua saling bertemu tetapi Radit segera mengalihkan pandangannya tak memperdulikan Wulan yang baru saja keluar dari kamar sebelahnya.Radit yang baru saja keluar dari kamarnya langsung berjalan pergi tak memperdulikan Wulan yang terlihat canggung. Langkah Radit tiba-tiba saja berhenti dan berbalik melihat kearah Wulan yang tadinya akan berjalan langsung terdiam di tempatnya saat melihat Radit yang tiba-tiba saja berhenti dan berbalik melihat kearahnya.“Kau sudah menghapalkan apa yang aku berikan tadi?” tanya Radit pada Wulan,“Su..sudah, aku baca” jawab Wulan sedikit terbata,“Bukan di baca saja tapi di hapalkan mengerti” Radit mening

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 11

    “Siapa suruh dia akan tidur di kamarku” ucap Radit algi dan erus-terusan menatap Wulan yang gelisah dengan tatapan penuh intimidasi dari pria didepannya.“Radit, bisa tidak untuk hari ini saja dirimu tidak membuat kepala Papa pusing” ucap Reynold dengan tegas dengan tatapan tak kalah tajam dari anaknya. Dia sudah jengah dengan Radit yang apa-apa seenaknya sendiri, gara-gara kelakuan senaknya sendiri itu masalah ini jadi ada.Radit berjalan turun dari tangga, dia sedikit mendorong Wulan agar minggir dari hadapnnya dan membuat Wulan hampir terjatuh dari tangga kalau saja Bi Narsih tidak sigap memegang lengan perempuan itu.“Astagfirullah den” ucap Bi narsih yang terkejut karena ulah anak majikanya itu.“Non Wulan tidak apa-apa?” tanya Bi Narsih khawatir pada Wulan.“Tidak apa-apa bi,” jawab Wulan lirih.“Radit Mama mohon jangan bersikap seperti itu” ucap Fiola yang sudah menghampiri sang anak yang akan berjalan ke sofa yang berada tidak jauh dari tangga.“Wulan, kau naik saja keatas. Bi

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 10

    Wulan terbangun dari tidurnya, dengan rasa malas ia membuka matanya. Tebakan dikepalanya saat ini harinya ini akan dimulai dengan ketidak tenangan. Dan statusnya juga sudah berbeda saat ini menjadi istri dari pria yang tak ia inginkan sama sekali.Wulan perlahan mendudukkan di rinya di tempat tidur, dan dia langsung terdiam melihat kesana kemari. Ada yang berbeda dengan posisinya saat bangun. Semalam dia tertidur di depan pintu melihat pria yang menjadi suaminya berbaring di atas kasur. Lalu kenapa malah dia saat ini yang berada di kasur lalu kemana pria itu pergi.“jangan-jangan aku di..” wulan segera memeriksa dirinya sendiri menyibak selimut dan melihat tubuhnya yang masih tertutup pakaian pengantinya. Ia pikir dirinya sudah di apa-apakan oleh Radit.“Syukurlah, ternyata aku tidak diapa-apakan oleh pria itu.” ucap Wulan lega saat melihat diirnya yang tak sesuai bayangan buruknya barusan.Tok, Tok Terdengar ketukan pintu dari luar membuat Wulan melihat ke

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 9

    Wulan berusaha keras untuk melawan Radit yang mulai mengelayari setiap inci tubuhnya, dia masih terkungkung dalam dekapan pria itu tangannya juga masih tercengram kuat tangan pria tersebut.“Lepaskan, aku mohon lepas kan aku” Wulan merintih sesekali saat radit menggigit lehernya bak vampir.“Argh, Sakit” rintih Wulan cukup keras menahan sakit dilehernya yang digigit cukup kuat oleh Radit.Radit langsung berhenti dan dia melepaskan tangan Wuan begitu saja melihat wajah perempuan tersebut yang ketakutan karena ulahnya barusan. Wajah yang telah di penuhi oleh air mata cukup deras, menatapnya takut-takut.“Itu pelajaran yang setimpal bagi penipu sepertimu” sini Radit dan langsung berjalan pergi kearah tempat tidur.Wulan langsung terperosok ke lantai, kakinya tak kuat menahan tubuhnya sendiri saat ini. ia amat sangat syok dengan hal barusan yang hampir merenggut kesuciannya.Radit duduk di tepi ranjang sambil menatap Wulan penuh kebencian, dia tak perduli de

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 8

    Wulan terdiam sendirian didalam kamar, pria yang telah menjadi suaminya tak knjung juga kembali. Dia menjadi bingung sekarang, ia harus apa saat ini.“Apa yang harus aku lakukan sekarang, apa aku pergi saja dari sini” ucap Wulan yang sesekali berjalan kesana-kemari dnegan gelisah.“Tidak Wulan, tidak. Kalau kamu pergi dari sini. Bagaimana dengan orang tuamu, kamu juga sudah menjadi istri dari pria itu” batin Wulan menolakDitengah kebingungan dan kegelisahan Wulan, tiba-tiba ponselnya berbunyi membuat Wulan sedikit terjingkat kagte mendnegar dering ponsel itu.Dia langsung melihat kearah sumber suara tersebut, steah memastikan kalau itu bunyi ponselnya. Wulan langsung mengambil ponsel itu yang berada di nakas meja rias. Dia melihat nama yang tertera di layar ponsel tersebut, nama Wira yanga da disana. Kira-kira ada apa adiknya menlpon malam-malam begini, batin Wulan.“Lebih baik tidak usah aku angkat, jangan-jangan Wira ingin membahas soal diriku yang menikah” ucap Wulan sambil meneb

DMCA.com Protection Status